BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Annelida
(dalam bahasa latin, annulus = cincin
kecil; oidos = bentuk) atau cacing
gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan
Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang
sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun, Annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Sebagian besar annelida hidup
dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata,
termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan
tawar, dan juga ada yang sebagiaan hidup di tanah atau tempat-tempat lembab.
Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
Annelida
memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan
dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Annelida
umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga
yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual
annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang
terpisah pada individu lain (gonokoris). Annelida diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing
berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah ciri-ciri atau karakteristik
dari Annelida?
2. Bagaimana habitat dari Annelida ?
3. Bagaimana morfologi dan antomi dari
Annelida ?
4. Di manakah proses-proses fisiologi
Annelida ?
5. Bagaimana klasifikasi dari Annelida ?
6. Apakah peranan Annelida bagi kehidupan ?
1.3
Tujuan
- Untuk
mengetahui dan memahami ciri-ciri atau karakteristik dari Annelida.
- Untuk
mengetahui dan memahami habitat dari Annelida.
- Untuk mengetahui dan memahami morfologi dan antomi dari Annelida.
- Untuk
mengetahui dan memahami proses-proses fisiologi pada Annelida.
- Untuk
mengetahui dan memahami klasifikasi dari Annelida.
- Untuk
mengetahui peranan Annelida bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri-ciri atau Karakteristik dari Annelida
Annelida merupakan cacing
yang memiliki tubuh bersegmen-segmen. Cacing ini dapat hidup didalam tanah yang
lembab, di dalam laut, dan dalam air tawar. Annelida mempunyai ciri-ciri,
yaitu:
1. Tubunya simetri bilateral, tubuhnya
panjang dan mempunyai segmen-segmen yang jelas.
2. Mempunyai alat gerak berupa bulu-bulu kaku
(setae) di setiap segmen tubuhnya (tidak terdapat pada beberapa bentuk),
misalnya Polychaeta mempunyai
tentakel pada kepalanya dan setae pada bagian-bagian tubuh yang menonjol ke
arah lateral atau pada lobi laterales yang disebut parapodia.
3. Badan cacing annelida ditutupi oleh
kutikula yang licin dan bersifat glanduler. Kutikula yang dimiliki annelida
terletak di atas ephitelium.
4. Mempunyai lapisan-lapisan otot circuler
dan longitudinal pada dinding badan dan tractus digestivus. Tractus
digestivusnya lengkap, tubuler, dan memanjang sesuai dengan sumbu badan.
5. Cacing yang merupakan anggota dari
annelida sudah mempunyai rongga badan (celom)
dan umumnya terbagi oleh septa.
6. Sistem cardiovaskuler pada annelida
merupakan sistem yang tertutup, pembuluh-pembuluh darahnya membujur dengan
cabang-cabang kecil (kapiler) pada setiap segmen (metamer) serta mempunyai
plasma darah yang mengandung hemoglobin.
7. Respirasi pada annelida dilakukan dengan
kulit atau dengan branchia.
8. organ excretoria terdiri atas sepasang
nefridia yang terdapat pada setiap segmen.
9. Annelida mempunyai sistem nervosum yang
terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak. Sepasang
ganglia ini berhubungan dengan berkas
saraf medio-ventral yang memanjang di sepangjang tubhnya. Ganglia ini terdapat
pada setiap segmen. Pada tubuh annelida juga terdapat sel-sel tangoreceptor dan
photoreceptor.
10. Annelida kebanyakan bersifat hermaprodit
(Radiopetro, 1983).
2.2 Habitat Annelida
Habitat annelida umumnya
berada di dasar laut dan perairan tawar, tetapi juga ada yang sebagian hidup di
tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup di berbagai tempat dengan
membuat liang sendiri.
Cacing tanah hidup di
dalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini akan keluar ke permukaan
tanah pada saat-saat tertentu saja. Pada siang hari, cacinga tanah tidak pernah
keluar, kecuali jika pada saat itu terjadi hujan yang cukup mengenai liang itu.
Cacing-cacing tersebut akan
keluar di pagi hari sesudah hujan. Dalan keadaan normal, cacing tanah tersebut
akan pergi ke permukaan tanah pada malam hari. Dalam keadaan yang sangat dingin
atau sangat kering, cacing itu akan masuk ke dalam liang dan seringkali sampai
sedalam 8 kaki. Dalam keadaan ini, beberapa cacing seringkali melinhkar
bersama-sama, dengan di atsnya adalah lapisan tanah yang bercampur lendir
(Kastawi, 2005).
2.3 Morfologi dan Anatomi tubuh Annelida
Bagian tubuh annelida tersegmentasi dan
masing-masing segmen tersebut menyediakan fungsi struktural pentingSegmentation can help the earthworm move.. Each segment or section has muscles and bristles called
setae.Setiap segmen atau bagian memiliki otot dan bulu yang disebut
setae. The bristles or setae help anchor and
control the worm when moving through soil.Bulu atau setae tersebut membantu
dan mengontrol cacing ketika bergerak di tanah. The
bristles hold a section of the worm firmly into the ground while the other part
of the body protrudes forward. Bulunya memegang bagian cacing kuat ke
dalam tanah sedangkan bagian tubuh lainnya menjorok ke depan. The earthworm uses segments to either contract or relax
independently to cause the body to lengthen in one area or contract in other
areas. Segmentation helps the worm to be flexible and strong in its movement.
If each segment moved together without being independent, the earthworm would
be stationary. Segmentasi membantu cacing bergerak dengan fleksibel dan
kuat dalam gerakannya tersebut. Jika setiap segmen bergerak bersama-sama tanpa
independen, cacing tanah akan stasioner (Anonim a, Tanpa tahun).
Bentuk
tubuh Lumbricus terrestris panjang
silindris, dengan ± 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih kea rah
dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external bersesuaian
dengan jumlah segmen dalam, yaitu ± 150 segmen dalam seluruh tubuh. Warna tubuh
permukaan atas (facies dorsalis) berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan
dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas; permukaan bawah (facies ventralis)
lebih pucat, umumnya merah jambu dan kadang-kadang putih. Mulut terdapat di
ujung anterior pada bagian yang disebut prostomium, yang tidak merupakan segmen
yang sebenarnya; bagian ventral mulut dibatsai oleh prestomium, yang merupakan
segmen pertama. Anus terletak pada ujung segmen yang terakhir. Pada
segmen-segmen ke 32-37, terdapat penebalan kulit ialah clitellum. Clitellum ini
jelas pada bagian dorsal dan lateral, dimana di sini tidak terdapat annuli.
Pada tiap-tiap segmen terdapat 4 apsang setae, kecuali segmen pertama dan
terakhir; 2 pasang di lateral dan 2 pasang lainnya di ventro-lateral. Setae
berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan oleh musculus
retractor.
Anatomi
Eksternal dari Lumbricus terrestris (http://cronodon.com/BioTech/Earthworm.htm,
diakses 2 April 2010 )
Dinding tubuh dari Lumbicus terrestris (http://cronodon.com/BioTech/Earthworm.html,
diakses 2 April 2010 )
Struktur
dari Kutikula Lumbricus terrestris
Struktur
epidermis dari Lumbricus terrestris
Pada permukaan tubuh cacing tanah
terdapat beberapa lubang-lubang muara keluar dari berbagai alat atau organ-organ
di dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut, ialah: (a) mulut, berbentuk bulan sabit
yang terletak di medio ventral segmen pertama; (b) anus, terletak pada segmen
terakhir; (c) lubang muara keluar receptaculum seminalis berupa 2 pasang pori
yang terletak di antara segmen ke-9 dan ke-10 dan di antara segmen ke-10 dan
ke-11; receptaculum seminalis ialah tempat penyimpan sperma; pori ini mudah
terlihat; (f) pori dorsales merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini
terletak di medio-dorsal pada tepi anterior pada tiap segmen, segmen ke-8 atau
ke-9, sampai ujung posterior tubuh; (g) sepasang nephridiopor, merupakan lubang
muara keluar dari saluran ekskresi dan terletak pada tiap segmen, kecuali
segmen terakhir dan segmen pertama.
Jika tubuh cacing dipotong membujur
melalui dinding tubuh bagian dorsal, akan nampak bahwa di antara saluran
pencernaan dan dinding tubuh terdapat rongga tubuh atau coelom. Coelom ini terbagi menjadi bagian-bagian kecil
oleh septa. Bagian-bagian kecil ini disebut segmen; tetapi di antara segmen 1
dan 2 tidak terdapat septum, sedang di antara segmen 3 dan 4 septumnya tidak
lengkap, demikian juga septum di antara segmen 17 dan 18. Dinding coelom
dibatasi oleh suatu epithelium yang disebut
peritoneum. Suatu cairan yang tidak berwarna mengisi coelom ini dan
mengalir dari satu segmen ke segmen yang lain. Saluran pencernaan lurus dan
menembus septa. Di sebelah dorsal saluran pencernaan terdapat aorta dorsalis,
sedangkan di sebelah ventralnya terdapat aorta ventralis (Kastawi, 2005).
Struktur dalam (irisan melintang dan
membujur) Lumbricus terrestris
2.4 Proses-proses Fisiologi Annelida
2.4.1
Sistem
Gerak
Dinding
tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu stratum circulare dan stratum
longitudinal. Stratum circulare adalah lapisan otot yang terletak di sebelah
luar, sedangkan stratum longitudinale adalah lapisan otot yang terletak di
sebelah dalam. Gerakan pada cacing terjadi karena adanya kontraksi dari musculi
yang akan menimbulkan gerakan menggelombang. Dinding intestin juga mempunyai
lapisan otot, yaitu stratum longitudinale. Apabila stratum longitudinale ini
melakukan kontraksi maka akan terjadi suatu gerakan peristaltik. Gerakan
peristaltik inilah yang akan menyebabkan makanan terdorong di dalam saluran
percernaan serta dapat mendorong sisa-sisa pencernaan keluar. Selain itu, di
dalam dinding-dinding pembuluh darah dan pharynx juga terdapat musculi yang
merupakan musculi yang melekatkan pharynx pada dinding tubuh.
Bagian dinding tubuh ventral dari Lumbricus terrestris yang menggambarkan berbagai
otot yang saling berhubungan
Setae
pada annelida digeerakkan oleh berkas otot, yaitu musculus protactor dan
musculus retractor. Musculus protactor inilah yang menyebabkan setae terdorong
keluar, sedangkan musculus retractor menyebabkan setae tertarik kembali atau
masuk ke dalam rongganya (Kastawi, 2005).
Susunan dari sebuah setae dan jaringan di sekitarnya
Setae inilah yang merupakan ciri khas dari Annelida. Chaetae (also called setae) are bundles of chitinous,
thin-walled cylinders held together by sclerotinized protein.Chaetae
(juga disebut setae) adalah kumpulan chitinous, silinder berdinding tipis yang
dibentuk bersama oleh protein sclerotinized. They
are produced by a microvillar border of certain invaginated epidermal cells and
so can be defined as cuticular structures that develop within epidermal
follicles. Mereka diproduksi oleh perbatasan microvillar sel epidermis
tertentu invaginated dan dapat didefinisikan sebagai struktur cuticular yang
berkembang dalam folikel epidermis. Chaetae show a
huge amount of variation, from long thin filaments (capillary chaetae) to stout
multi-pronged hooks (Fig. 3).Setae menunjukkan jumlah besar variasi,
dari filamen tipis panjang (chaetae kapiler) (Rouse, 2002).Apart from annelids, chaetae are found in Echiura and
Brachiopoda.
Setae pada Annelida
2.4.2 Sistem Respirasi
Cacing tanah tidak mempunyai paru-paru
sehingga cacing ini bernapas melalui kulitnya. Oxygen
and carbon dioxide pass through the earthworm's skin by diffusion. Pertukaran
Oksigen dan karbon dioksida terjadi secara difusi melalui kulit cacing. For diffusion to occur, the earthworm's skin must be
kept moist. Body fluid and mucous is released to keep its skin moist.
Untuk mempertahankan terjadinya proses difusi tersebut, kulit cacing ini harus
tetap lembab. Cairan lendir akan dilepaskan untuk menjaga kelembaban kulitnya. Earthworms therefore, need to be in damp or moist soil.
Oleh karena itu, cacing perlu berada dalam tanah basah atau lembab. This is one reason why they usually surface at night
when it is possibly cooler and the “evaporating potential of the air is low.”
(www.amonline.net.au/factsheets/earthworms.htm) Earthworms have developed the
ability to detect light even though they cannot see. Inilah salah satu
alasan mengapa mereka biasanya keluar pada malam hari, mungkin ketika itu
keadaannya lebih dingin dan potensi penguapan yang terjadi pada tubuh cacing
tanah akan menjadi rendah Cacing tanah memiliki jaringan yang sensitif terhadap
cahaya, yaitu jaringan yang terletak pada bagian kepala. Jaringan inilah yang
memungkinkan cacing tanah mendeteksi mendeteksi cahaya pada siang hari yang
dapat empengaruhi kelembaban tubuh cacing tersebut (Anonim a, Tanpa tahun)
Cacing tanah bernapas melalui kulitnya
2.4.3
Sistem
Pencernaan Makanan
Saluran pencernaan makanan
cacing tanah sudah lengkap dan sudah terpisah dari sitem cardiovasculer.
Saluran pencernaan ini terdiri dari mulut, pharinx, esophagus, proventriculus,
ventriculus, intestin, dan anus. Masing-masing organ yang menyusun sistem
pencernaan mempunyai fungsi tertentu.
Mulut cacing tanah
terletak di dalam rongga oris atau rongga buccale. Pharynx terdapat di dalam
segmen ke-4 dan ke-5 yang memiliki sifat musculer ddan berfungsi untuk mengisap
partikel-partikel makanan. Esophagus terletak di ujung pharynx memanjang dari
segmen ke-6 sampai segmen ke-14. Bagian ujung eshopagus ini akan membesar untuk
menyimpan makanan, bagian inilah yang disebut dengan Proventriculus. Lanjutan
ke arah belakang dariproventrikulus akan membentuk ventrikulus yang terletak
pada segmen ke 17 dan ke-18 dan
berfungsi untuk mencernakan makanan. Intestin merupakan lajutan ke ujung dari ventrikulus.
Dinding intestin bagian dorsal melekuk ke dalam intestin sehingga membentuk
kantong yang disebut dengan typhlosole yang berfungsi untuk memperluas
permukaan intestin sehingga sari-sari makanan yang disbsorbsi lebih banyak
(Kastawi, 2005).
Irisan melintang dari bagian Pharyngeal (segmen
ke-4)
Irisan melintang tubuh pada segmen ke-10
Makanan cacing tanah terdiri atas
sisa-sisa hewan dan tanaman. Makanan-makanan itu diambil melalui mulutnya.
Kemudian meuju esophagus dan masuk ke dalam ventrikulus. Di sini makanan
dicerna menjadi partikel-partikel halus. Dari ventrikulus inilah makanan akan
bergeran menuju intestin. Dalam intestin, makanan akan dicerna lebih lanjut
sehingga menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang dapat diabsorbsi oleh
dinding intestin tersebut. Usus itu terdapat sepanjang bagian tubuh menuju ke anus
(Kastawi, 2005).
Penampang melintang Lumbricus terrestris
(http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Laboratories/Bio%20Pix%204%20U/Image35.gif, diakses 2 April 2010)
Saluran Pencernaan makanan pada cacing tanah
2.4.4
Sistem
Sirkulasi
Sistem organ penting
lainnya adalah sistem peredaran darah. Cacing tanah memiliki sistem peredaran
darah tertutup. An earthworm circulates blood
exclusively through vessels. There are
three main vessels that supply the blood to organs within the earthworm.
Ada tiga pembuluh darah utama yang mengedarkan darah menuju organ dalam tubuh cacing. These vessels are the aortic arches, dorsal blood
vessels, and ventral blood vessels. Bagian ini adalah lengkungan aorta, pembuluh darah
punggung, dan pembuluh darah ventral. The aortic
arches function like a human heart. Lengkungan aorta berfungsi seperti
jantung manusia. There are five pairs of aortic
arches, which have the responsibility of pumping blood into the dorsal and
ventral blood vessels. Ada lima pasang lengkung aorta, yang berfungsi untuk
memompa darah ke pembuluh darah ventral dan dorsal. The dorsal blood vessels are responsible for carrying
blood to the front of the earthworm's body. The ventral blood vessels are
responsible for carrying blood to the back of the earthworm's body.
Pembuluh darah dorsal ini berfungsi untuk membawa darah ke bagian depan tubuh
cacing tanah itu sedangakan pembuluh darah ventral yang bertugas untuk membawa
darah ke bagian belakang tubuh cacing tanah itu (Anonim a, Tanpa tahun).
Dinding tubuh cacing
tanah kaya dengan darah.
Kapiler (pembuluh darah kecil) membentuk loop di dalam dinding
tubuh. Kapiler ini hanya memperluas bagiannya di bawah epidermis. Kapiler inilah yang membantu memberikan cacing merah-warna coklat
dan memiliki fungsi pernafasan – oksigen akan berdufusi di kutikula dan
epidermis. Oksigen akan diserap dengan cepat oleh pigmen yang terdapat di dalam
darah yang kemudian akan berdifusi di sepanjang bagian dinding dengan cepat.
Dengan cara inilah kulit cacing memiliki fungsi yang mirip dengan lapisan
paru-paru mamalia. Pada proses ini, karbondioksia dan gas yang tidak diperlukan
(gas buangan) juga akan dibawa dalam darah dan akan berdifusi keluar melalui
epidermis (Anonim b, Tanpa tahun).
Panampang
melintang dinding tubuh dari Lumbricus
terrestris
Suplai darah menuju
dinding tubuh dari Lumbricus
Sistem Peredaran darah pada Annelida
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen,
sari-sari makanan, sisa-sisa metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada
saan darah mengalir menuju kulit, hemoglobin mengikat CO2, CO2 keluar
melalui kulit sedangkan O2 dari udara masukke dalam tubuh
cacingtanah melaui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin membentuk
oxyhemoglobin. Dalam proses respirasi, jaringan memerlukan adanya O2.
darah mengalir dari dinding tubuh ke kapiler-kapiler dalam jaringan-jaringan.
Pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan terjadi di dalam rongga-rongga
lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut substansi-substansi lain,
seperti sekresi kelenjar-kelenjar.
Di samping sel-sel darah
atau korpuskula, daran juga terdiri dari bagian cair yang disebut dengan plasma
darah. Plasma darah dan beberapa korpuskula memebentuk lympha, yang keluar dari
aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan. Lympha mengangkut
O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO2 dan
sisa-sisa metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler
darah (Kastawi, 2005).
2.4.5
Sistem Ekskresi
Hampir semua
segmen cacing yang memiliki sepasang metanephridia yang kompleks. Dalam spesimen segar ini mudah dilihat pada kedua sisi
setiap segmen. Metanephridia ini besar,
berwarna pucat, dan berdinding tipis. Masing-masing terdiri dari saluran bersilia yang disebut nephrostome (nephr = ginjal,
stome = mulut) yang membuka dari rongga
selom menjadi tortuously (Fox, 2007)
.
Silia pada nephrostome
dapat bergetar. Getaran yang terjadi ini akan menimbulkan aliran cairan tubuh
yang mengandung sisa-sisa metabolisme dari celom masuk ke dalam saluran
ekskresi. Kemudian cairan ini keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus,
yaitu sebuah lubang kecil yang merupakan muara keluar dari saluran ekskresi dan
terletak pada permukaan ventral tubuh cacing. Di antara nephrostoma dan saluran
ekskresi terdapat sekat yang disebut septum intersegmentale (Kastawi, 2005).
2.4.6
Sistem
Saraf
Sistem saraf (sistem
nervosum) cacing tanah terletak di sebelah dorsal pharynx di dalam segmen yang
ke-3 dan terdiri atas ganglion celebrale, berkas saraf ventralis dengan
cabang-cabangnya. Ganglion celebrale tersusun dari 2 kelompok sel-sel saraf
dengan comissura. Ganglion celebrale ini terletak di sebelah dorsal pharynx, di
dalam segmen ke-3.
Bagian anterior dari
sistem saraf pusat Lumbricus
Dari tiap kelompok
sel-sel tersebut terdapat saraf-saraf yang menginnervasi daerah mulut dan
berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel-sel tersebut, yang kedua
adalah cabanga saraf yang menuju ventral dan melingkari pharynk. Saraf ini
disebut commissura ciecumpharyngeale yang berhubungan dengan berkas saraf
ventralis (Kastawi, 2005).
Sistem saraf Lumbricus (potongan bagian dorsal)
Susunan saraf pada segmen Lumbricus
Saraf
yang berjalan sepanjang dinding tubuh melewati bagian yang terletak di antara
otot sirkuler dan lapisan luar longitudinal dalam tembok. Saraf ini mengeluarkan
cabang-cabang yang membentuk pleksus intermuskularis dan pleksus subepidermal.
Pleksus pada dasaranya adalah bagian sel saraf yang dihubungkan bersama-sama
dalama dua dimensi gris sebagian besar atau matriks. Pleksus subepidermal
terdapat di bawah epidermis atau luar sel lapisan dinding tubuh dan innervates
berbagai sensor yang terkait dengan kulit cacing tersebut (Anonim b, Tanpa
tahun).
2.4.7
Sistem
Reproduksi
Cacing tanah bersifat
hermaprodit. Sepanjang ovarium menghasilkan ova dan terletakdi dalam segmen
ke-13. kedua oviduknya juga terletak di dalam segemn ke-13 dan ininfudibulumnya
bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak di antara segmen ke-13 dan
ke-14. pada segmen ke-14 inilah segmennya membesar membentuk kantong telur. Testes:ductus
spermaticus atau vasa deferentia masing-masing ada dua pasang, sedangkan
vesikula seminalisnya ada 3 pasang. Testes terletak di dalam suatu rongga yang
dibentuk oleh dinding-dinding vesicula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari
testes bagian ujung kemudian terus menuju ke posterior sampai segmen ke-15.
Pada segmen ini jugalah ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah
meninggalkan testes akan masuk ke dalam vesicula seminalis dan selanjutnya
tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak
terjadi autofertilisasi. Receptaculum seminalis merupakan tempat penampung
spermatozoa yang terdapat di antara segmen-segmen 9 dan 10 serta pada segmen 10
dan 11 (Kastawi, 2005).
Sistem reproduksi pada cacing tanah
2.4.7.1 Cara Kopulasi
Cara
kopulasi dari cacing annelida terjadi pada saat ekor dari dua cacing tanah
saling berdekatan. Perilaku
ini diikuti dengan saling merapatkan diri pada bagian ventral segmen-segmen
ke-9 sampai ke-11. Pada saat inilah cacing akan membentuk pipa lendir kemudian
masing-masing cacing itu akan mengeluarkan spermatozoa dari masing-masing
vesicula seminalisnya. Spermatozoa dari cacing yang satu akan masuk ke dalam
receptaculum seminalis cacing yang lain melalui pipa lendir. Hal ini juga akan
terjadi sebaliknya.
Setelah
itu, masing-masing cacing tadi saling memisahkan diri dengan tetap membawa
bagian pipa lendirnya. Di dalam pipa lendir ini, cacing akan mengeluarkan suatu
substansi dan kemudian membentuk kantong (cocon). Kantong inilah yang akan
menuju ke atas segmen ke-14 dan menerima ova dan di atas segmen ke-9 sampai
segmen ke-11 akan menerima spermatozoa. Di dalam cocon inlah, terjadi pembuahan
antara spermatozoa dan ova. Hasil dari fertilisasi antara spermatozoa dan ova
yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi cacing-cacing muda (Kastawi,
2005).
Reproduksi Cacing tanah (saat kopulasi)
2.4.7.2 Regenerasi
Cacing tanah dari genus Lumbricus dan Pheretima
juga mempunyai kemampuan untuk beregenerasi seperti pada kebanyakan
avertebrata. Kemampuan
regenerasi pada cacing bergantung pada bagian tubuh yang dipotong. Apabila
seekor cacing tanah dipotong menjadi dua bagian, maka yang terjadi pada bagian
anterior adalah membentuk bagian ekor baru, sedangkan bagian potonga
posteriornya akan membentuk kepala baru, tetapi prosesnya lambat (Kastawi,
2005).
2.5 Klasifikasi Annelida
Filum Annelida dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu kelsa Polychaeta, kelas Oligochaeta, dan kelas
Hirudinae.
2.5.1
Kelas
Polychaeta
Anggota
kelas Polychaeta mempunyai
segmen-segmen yang jelas pada tubuhnya. Coelom pada cacing kelas ini terbagi
oleh septa intersegmental. Anggota dari Polychaeta
hidup di laut serta mempunyai setae yang banyak (poli = banyak dan setae =
rambut-rambut kaku). Setae terjadi dari bagian dinding tubuh yang spesial yang
dinamakan parapodia. Cacing-cacing Polychaeta
mempunyai kepala yang jelas dan dilengkapi sejumlah alat tambahan atau
extremitas hampir bersifat gonochoristis. Cacing Polychaeta mengalami fertilisasi eksternal, perkembangan melalui
stadium larva yang disebut dengan trochopora. Beberapa contoh dari anggota
kelas Polychaeta adalah Nereis¸ Chartopretus, Arenicola
Spirorbis, Serpula, dan Nereis (Kastawi, 2005).
Polychaeta merupakan kelompok yang besar
dan sangat beragam. Sekitar 10.000 spesies telah ditemukan. Polychaeta dapat ditemukan dengan sangat banyak di berbagai daerah.
Anggota kelas polychaeta
memainkan peran ekologi yang penting, di satu sisi sebagai predator bagi
invertebrata kecil dan di sisi lain sebagai makanan untuk ikan dan invertebrata
yang besar (Myers, 2001).
Anatomi
Polychaeta (membujur)
Anatomi Polychaeta (irisan melintang)
Beberapa contoh anggota kelas Polychaeta
2.5.2
Kelas
Oligochaeta
Anggota
kelas Oligochaeta meliputi cacing
tanah dan beberapa spesies yang hidup dalam air tawar. Tubuh dari Oligochaeta juga memiliki segmen-segmen
yang jelas dengan jumlah setae yang sedikit (oligos = sedikit dan setae =
rambut kaku atau setae). Tubuh cacing yang merupakan anggota kelas Oligochaeta umumnya berbentuk silinder
panjang (panjang tubuhnya kira-kira 18 cm) dengan diameter tubuhnya kira-kira
0,935 cm.
Ciri-ciri
dari anggota kelas Oligochaeta, yaitu
setae tidak terdapat pada parapodia, prostomiumnya jelas tetapi umumnya tanpa
extremitas, bersifat hermaprodit, testis dan ovariumnya terdapat pada
segmen-segmen bagian anterio dan testis selalu terletak di sebelah anterior
ovarium, ductus genitalisnya bermuara ke dalam suatu rongga yang disebut dengan
spermatheca, reproduksi pada cacing Oligochaeta
dilakukan dengan fertilisasi silang, ovanya terdapat di dalam cocon atau
kantong, pertumbuhan atau perkembangan secara langsung tanpa melalui stadium
larva (Kastawi, 2005).
Kelas
Oligichaeta dibagi menjadi dua ordo,
yaitu ordo Terricolae dan ordo Limicolae. Ordo terricolae merupakan Oligichaeta yang bersifat terrestrial,
yaitu cacing yang hidup di tanah. Ordo limicolae merupakan Oligichaeta yang bersifat aquatis. Beberapa contoh dari ordo
terricolae adalah Lumbricus, Allolobophora, dan Eutyphoeus sedangkan contoh dari ordo limicolae antara lain Tubifex, Stylaria, dan Aelosoma
(Radiopetro, 1983).
Bagian dorsal dari oligochaeta
Beberapa contoh kelas Oligochaeta
2.5.3
Kelas
Hirudinae
Pada
keadaan diam atau istirahat tubuh Hirudinaei
(hirudo = lintah) berbentuk langsing atau oval dan memipih ke arah
dorsoventral. Pada permukaan tubuhnya terdapat banyak lekukan-lekukan atau
annuli dan tidak terdapat setae (kecuali pada Acanthobdella) atau parapodia,
pada ujung anterior dan ujung posterior beberapa segmen mengalami beberapa
perubahan bentuk alt penghisap (batil penghisap). Dengan demikian pada tubuh
seekor lintah terdapat dua batil penghisap, yaitu satu di ujung anterior yang
terletak di sekitar mulut dan satu lahi di ujung posterior. Batil penghisap ini
berfungsi untuk melekatkan diri pada permukaan tubuh hewan atau manusia yang
akan dihisap darahnya (Kastawi, 2005).
Kelas
Hirudinae dapat dibagi menjadi
beberapa famili, diantaranya famili Acanthobdellidae, Rhynchobdellidae, dan
Gnathobdellidae. Acanthobdellidae merupakan famili bentuk peralihan antara Oligichaeta dan Hirudinea. Famili ini hanya memiliki satu genus, yaitu Acanthobdella. Rhynchobdellidae
merupakan cacing hirudinae yang hidup di laut dan di air tawar, darahnya tidak
berwarna, proboscis dapat ditonjolkan, dan tidak mempunyai rahang. Famili
Gnathobdellidae merupakan cacing yang mempunayi darah berwarna merah, tanpa
proboscis, tetapi umumnya mempunyai rahang. Gnathobdellidae ada yang bersifat
aquatis (hidup dalam air tawar) dan ada juga bersifat terrestrial (Radiopetro,
1983).
Anatomi Hirudo medicinalis
(http://chestofbooks.com/animals/zoology/Life/Plate-XIII-Figure-Of-Medicinal-Leech-Hirudo-Medicinalis.html, diakses 2 April 2010)
Penampang melintang tubuh cacing Hirudinae
(http://bio.classes.ucsc.edu/bio136/annelids/hirudinea/hirudinea.html, diakses 2 April 2010)
Lintah kebanyakan
ditemukan di habitat air tawar, tetapi sedikit yang laut dan di beberapa darat
(tetapi mereka membutuhkan tempat yang hangat dan kondisi yang basah).
Sebagian besar dari lintah adalah karnivora atau parasit. . Lintah ada yang memiliki peran sebagai obat yang telah digunakan
selama berabad-abad oleh dokter untuk mengontrol penyakit yang diyakini
disebabkan kelebihan darah. Selain itu, lintah juga mampu melakukan
pekerjaan pengendalian pembengkakan di tungkai yang telah disambungkan (Myers, 2001).
Beberapa contoh anggota kelas Hirunidae(http://bio.classes.ucsc.edu/bio136/annelids/hirunidae/hirunidae.html, diakses 2 April 2010)
2.6 Peranan Annelida
Annelida,
khususnya cacing tanah juga mempunyai peranan dalam kehidupan. Cacing tanah
mempunyai peranan yang penting dalam pertanian. Liang tanah yang dibuat oleh
cacing tanah dapat meningkatkan drainase dan aerasi tanah. Cacing tanah juga
dapat melunakkan tanah sehingga memungkinkan penetrasi akar dari suatu tumbuhan
menjadi lebih mudah. Cacing tanah dapat mempercepat pembentukan humus.
Tidak hanya itu, bagian tanah yang melaui hasil pencernaan kanal dalam partikel
tanah dapat menjadi tanah ke tekstur yang lebih halus serta cacing tanah ini
mempunyai kemampuan untuk mengurangi keasaman tanah (Anonim, 2009).
4.
7.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Annelida merupakan cacing yang memiliki
tubuh bersegmen-segmen, dapat hidup didalam tanah yang lembab, di dalam laut,
dan dalam air tawar, tubunya simetri bilateral, mempunyai alat gerak berupa
bulu-bulu kaku (setae) di setiap segmen tubuhnya, badan cacing annelida
ditutupi oleh kutikula, mempunyai lapisan-lapisan otot circuler dan
longitudinal pada dinding, mempunyai rongga badan (celom) dan umumnya terbagi oleh septa.
2. Habitat annelida umumnya berada di
dasar laut dan perairan tawar, tetapi juga ada yang sebagian hidup di tanah
atau tempat-tempat lembap. Annelida
hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
3. Bagian tubuh annelida tersegmentasi
dan masing-masing segmen tersebut menyediakan fungsi struktural penting. Mulut
terdapat di ujung anterior pada bagian yang disebut prostomiumAnus terletak
pada ujung segmen yang terakhir. Clitellum ini jelas pada bagian dorsal dan
lateral. Setae berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan
oleh musculus retractor. Jika tubuh cacing dipotong membujur melalui dinding
tubuh bagian dorsal, akan nampak bahwa di antara saluran pencernaan dan dinding
tubuh terdapat rongga tubuh atau coelom. Coelom ini terbagi menjadi
bagian-bagian kecil oleh septa. Di sebelah dorsal saluran pencernaan terdapat
aorta dorsalis, sedangkan di sebelah ventralnya terdapat aorta ventralis
4. Saluran pencernaan pada Annelida
lengkap, sistem cardiovasculer merupakan sistem tertutup dan plasma darah
mengandung hemoglobin, respirasi pada annelida dilakukan memalui kulit atau
dengan branchia, organ ekskresi annelida terdiri atas sepasang nephridia yang
terdapat pada setiap segmen, sistem nervosumnya terdiri dari sepasangganglia
cerebrales dengan berkas saraf medio-ventral yang memanjang di sepanjang
tubuhnya dengan ganglia pada tiap segmen, kebanyakan bersifat hermaprodit,
tetapi ada yang bersifat gonochoristis serta ada juga yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan regenerasi.
5. Filum annelida diklasifikasikan
menjadi tiga kelas berdasarkan keadaan rambut pada permukaan tubuhnya, yaitu
kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae. Polychaeta merupakan cacing yang memiliki banyak setae. Contoh dari
kelas ini adalah Nereis¸ Chartopretus, Arenicola Spirorbis, Serpula,
dan Nereis. Oligochaeta merupakan cacing yang memiliki segmen-segmen yang jelas
dengan jumlah setae yang sedikit Kelas Oligichaeta dibagi menjadi dua ordo,
yaitu ordo Terricolae dan ordo Limicolae.. Pada permukaan tubuh Hirudinae terdapat banyak
lekukan-lekukan atau annuli dan tidak terdapat setae (kecuali pada
Acanthobdella) atau parapodia. Kelas Hirudinae
dapat dibagi menjadi beberapa famili, diantaranya famili Acanthobdellidae,
Rhynchobdellidae, dan Gnathobdellidae.
6. Annelida, khususnya acing tanah
mempunyai peranan penting dalam pertanian, antara lain meningkatkan drainase,
meningkatkan aerasi tanah, mempercepat pembentukan humus, mempunyai
kemampuan untuk mengurangi keasaman tanah, serta dapat melunakkan tanah sehingga memungkinkan
penetrasi akar dari suatu tumbuhan menjadi lebih mudah.
3.2
Saran
1. Agar dilakukan pembahasan lebih
lanjut mengenai filum Annelida sehingga didapatkan pemahaman yang lebih luas
mengenai filum ini.
2. Agar diberikan penjelasan yang lebih
spesifik mengenai klasifikasi dari filum Annelida serta peranannya dalam
kehidupan dari sumber yang lebih bervariasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
a. Tanpa tahun. Cacing Tanah.
(Online), (http://www.sas.upenn.edu/~rlenet/Earthworms.html,
diakses 2 April 2010).
Anonim
b. Tanpa tahun. Cacing Tanah – dinding
tubuh. (Online), (http://cronodon.com/BioTech/Earthworm.html,
diakses 2 April 2010).
Anonim.
2009. Cacing tanah. (Online), (http://www.studentxpress.ie/educ/biology/bio2.html,
diakses 2 April 2010).
Fox,
Richard. 2007. Lumbricus terrestris.
(Online), (http://webs.lander.edu/rsfox/invertebrates/lumbricus.html,
diakses 2 April 2010).
Kastawi,
Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata.
Malang: UM Press.
Myers,
P. 2001. Polychaeta. (Online), (http://animaldiversity.ummz.edu/site/accounts/information/Polychaeta.html,
diakses 2 April 2010).
Myers,
P. 2001. Hirudinae. (Online), (http://animaldiversity.ummz.edu/site/accounts/information/Hirudinae.html,
diakses 2 April 2010).
Radiopetro.
1983. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rouse,
Greg W., Fredrik Pleijel, dan McHugh Damhnait. 2002. Annelida, Segmen cacing: bristleworm, ragworm, cacing tanah, lintah,
dan sekutu mereka 07, Versi Agustus 2002. (Online), (http://tolweb.org/Annelida/24861/2002.08.07.htm,
diakses 2 April 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar