BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai macam
organisme terdapat di alam. Mereka saling mengadakan hubungan ketergantungan
antara satu dengan yang lain. Dalam hubungannya dengan manusia, mereka dapat
bersifat manguntungkan maupun merugikan. Dikatakan menguntungkan karena tidak
jarang mereka memiliki peranan yang langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan manusia. Keberagamannnya menjadikan kita untuk terus mempelajarinya
lebih dalam. Sebaliknya di antara mereka juga tidak sedikit yang merugikan bagi
manusia. Kederadaannya kerap kali membuat berbagai macam masalah bagi kita,
mulai dari penyebab berbagai macam penyakit, hama, merusak tanaman budidaya,
dan sebagainya.
Sebagai hama, mereka
kerap kali meresahkan para petani atau pemilik kebun. Salah satu yang paling
meresahkan adalah serangga. Banyak para petani dan pemilik kebun yang dengan
terpaksa gagal panen disebabkan karena tanaman yang mereka miliki diserang
hewan ini. Ada juga diantara
serangga-serangga ini yang menjadi fektor pembawa penyakit pada manusia. Demam
berdarah yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegepty, malaria
tejadi karena gigitan naymuk Anopheles, penyakit tidur, dan masih banyak
lagi yang lainnya menjadi masalah yang serius apalagi jika sudah mewabah di
suatu daerah. Hewan-hewan ini berasal
dari filum arthropoda, salah satu anggota dari kerajaan hewan yang mempunyai
jumlah spesis paling banyak di alam. Bahkan diantaranya sudah mengalami
kepunahan.
Di sisi lain
hewan-hewan dalm filum artropoda memilik peranan lain. Ada sebagian dari mereka
yang dapat dimakan dan menjadi bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
banyak disukai oleh manusia, misalnya: kepiting, udang, dan sebagainya.Untuk
mengetahui lebih jelasnya tentang filum ini, penulis akan menjelaskannya secara
terperinci dalam makalah ini.
Rumusan
Masalah
1.Bagaimana
ciri-ciri umum dari Arthropoda?
2.Bagaimana morfologi dan anatomi Arthropoda?
- Bagaimanakah fisiologi dari
Arthropoda?
- Bagaimana pengklasifikasian
Arthropoda?
- Bagaimanakah peranan Arthropoda
dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
- Mengetahui ciri-ciri umum dari
Arthropoda.
- Untuk mengetahui bagaimana
bentuk morfologi dan anatomi dari
Arthropoda.
- Untuk mengetahui bagaimanakah
fisiologi dari Arthropoda.
- Untuk mengetahui bagaimana
pengklasifikasian dari Arthropoda.
- Untuk mengetahui perana Arthropoda
dalam kehidupan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ciri-ciri Umum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra
= ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki
beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.
Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata. Hewan ini disebut sebagai arthropoda karena kakinya beruas - ruas.
Tubuh beruas – ruas terbagi atas → kepala (caput), dada (Thoraks), perut
(abdomen). Memiliki eksoskeleton terbuat dari zat KITIN. Arthropoda merupakan
philum yang spesiesnya paling banyak.
Ciri
tubuh
Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Ukuran
dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm. Namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm. Namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
2.2
Anatomi dan Morfologi Arthropoda
2.2.1
Pembagian tubuh
Moyang ancestor Arthropoda kemungkinan
seperti annelida yang memiliki dinding tubuh
berotot dan tubuh tidak lagi terbagi menjad daerah tertentu. Pada
Crustacea, Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda tubuh dibedakan mejadi 3 dearah
yang jelas yaitu kepala, dada, dan abdoman atau kepala dan dada bergabung
menjasi sefalotoraks. Chelicerata biasnya memeliki sebuah cefalotoraks atau
prosoma dan sebuah abdoman atau ophistoma yang terdiri atas gabungan mesosoma
dan metasoma, Ukuran dan jumlah segmen setiap pembagian tubuh tersebut berbeda
di dalam kelompok dan berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitas setiap
spesies (Kastawi,2005:200).
2.2.2
Sistem Peredaran Darah
Arthropoda
memiliki perdaran darah terbuka. Jantung terdiri dari sebuah kantong otot yang
dapat berdenyut, memiliki 3 pasang lubang, disebut ostium.(jamak=ostia)
sepasang di dorsal, sepasang latero-caudal, dan sepasang lagi di
ventral.Pericardium adalah selaput tipis yang membungkus jantung, bertindak
sebgai atrium. Jantung terendam dalam cairan yang terkandung dalam bungkus itu
dan bertindak senagai ventrikel. Pericardium menerima darah dari seluruh tubuh,
dan masuk jantung lewan ostia.
Darah
dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh lewat arteri yang terdiri dari 3
cabang utama: ke anerior, ke posterior, dan ke abdomen atau ventral. Arteri
tidak memiliki vena yang menampung darah itu kembali ke jantung. Sesudah
melalui arteri darah sekarang tumpah ke jaringan, melalui celah-celah yang
disebut lacuna (jamak=lacunae) atau haemocoel (Yatim, 1996:200).
2.2.3
Sistem Pencernaan
Saluran
pencernakan terdiri atas 3 daerah. Usus depan atau stomodeum dan usus belakang
atau protodeum merupakan daerah ektodermal dan dilapisi dengan khitin. Usus
tengah mungkin berasal dari mesoderm tidak dilapisi khitin. Panjang, diameter,
dan pembagian saluran pencernakan menjadi berbagai bagian berhubungan erat
dengan kebiasan makanan suatu spesies dan cukup berbeda dalam kelompok yang
berbeda (Kastawi,2005:200).
2.2.4
Sistem Pernapasan
Bermacam
– macam tergantung jenis spesiesnya:
a.
Insang
b.
Permukaan tubuh
c.
trakea
d. Paru
– paru buku
Secara
garis besar dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
- Bernapas dengan insang.
- Bernapas dengan corong hawa.
Kelompok satu bagi arthropoda air,
kelompok 2 yang hidup di darat, terutama insecta. Sebagai perkecualin Arachnoidea, memilik
belahan-belahan tipis mirip buku yang kalau beranapas di udara disebut
paru-buku dan yang bernapas di air disebut insang-buku.
Pada Crustacea insang terletak
berpasangan di pangkal anggota daerah kepala-dada, terlindung olah eksoskeleton
berupa tameng disebut carapace. Insang itu sendiri tak bergerak, air dikayuhkan
oleh anggota sehingga insang dapat pengaliran ynag segar terus.
Corong hawa (trachea) pada Insecta
terdiri dari 2 batang corong utama (sepasang), terletak di lateral, lalu
sepasang corong kecil di ventral, dan sepasang di dorsal. Pada setipa segmen
trachea memeliki lubang keluar disebut spiraculum atau stigma. Spiraculum itu
berkatip dapat digerakkan oleh otot mebuka menutup.
Trachea bercabang-cabang halus mencapai
seluruh jaringan dan alat dalam, disebut tracheolous (jamak= tracheoli).
Trachea serta tracheoli itu sam halnya dengan trachea vertebrata, bumbung yang
ditunjang oleh cincin-cincin yang pada insecta ini terdiri dari bahn cutin.
Trachea utam ditambah lagi penunjangnya agar terus terbuka lebar oleh adanya
benang-benang spiral di dindingnya. Di pangkal percangan trachea dan tracheoli
ada sel ynag memelihara sifat pernapasan, disebut tracheoblast
(Yatim,1996:225).
2.2.5 Eksoskeleton
2.2.5.1 Struktur
Arthropoda memiliki lapisan
eksoskeleton berupa lapisan kutikula yang melindungi tubuh. Kutikula ini
tersusun atas protein dan khitin (polisarida yang tesusun atas
N-aceyglycosamine).Kutikula Arthropoda dapat dibedakan menjadi epikutikula dan
prokutikula. Kutikula ini juga bertanggung jawab atas warna spekatkuler yang
berfungsi untuk kamuflase, warna pengenaln, dan peringatan. Warna ini
dihasilkan dari pigmen yang ada dalam tubuhnya.
2.2.5.2 Pergantian Kulit (Molting)
Eksoskleleton merupakan lapisan pelindung
tubuh yang keras dan kaku. Aadnya kerangka luar ini akan emnghalangi
pertumbuhan. Oleh karena itu Arthropoda secara periodik mengganti kutikula saat
mereka tumbuh. Proses pergantian kutikula ini disebut molting atau ekdisis.
Proses ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan, peningkatan tekanan dalam
tubuhnya aaupun karena hormo. Hormon yang dimaksud adalah hormon ekdison yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin tertentu. Hormon ini kan diedarkan ke seluruh
tubuh melalui aliran darah yang bekerja secara langsung trhadap sel-sel
epidermis.Selanjutnya epidermis akan mensekresikan enzim protease dan khitinase
yang berfungsi mencerna endokutikula. Setelah itu terbentklah epikutikula baru
yang lama kelamaan akan emebentuk endokutikula yang baru pula. Hewan Arthropoda
membutuhkan waktu beberapa emnit sama untuk bisa terlepas dari eksoskeleton
lamanya.
2.3 Klasifikasi pada Arthropoda
Kelas
Insecta
Ordo
1. Apterygota
Famili : Lepismilae
Contohnya : Lepisma, kutu buku.
2. Neuroptera
Famili :
a.
Termitidae : Macrotermes gilves, rayap
b.
Hemerobiidae : Myrmelon formicarius,
undur-undur.
c.
Aeschnidae : Aeschna, capung.
3. Thysanoptera
Famili : Thrips oryzae.
4. Rhynchota
Famili :
a. Pentatomidae : Podops vermiculata, Nezera viridula.
b. Coreidae : Leptocorisa acuta’
c. Lygaedae : Colobathrisetes saccharida
d. Capsida :
Helopeltis
e. Cimmicidae : Cimex rotundalus, Cimex lactularius.
f. Cicadiae : Cicada, Dundubia.
5. Ortoptera
Famili :
a.
Battidae : Perilaneta americana
b.
Mnatidae : Mantis religosa.
c.
Phasmidae : Phasma, Phyllum crurifolium.
d.
Acridiilae : Acridium melanocorne
e.
Locustidae : Sexava nubila,
Macopoda signifera.
f.
Gryllidae : Gryllus bimaculatus,
Gryllotalpa africana.
6. Coleoptera
Famlili :
a.
Scerabaeidae : Oryctes rhinoceros
b.
Dynistidae : Xyloptrupis creptans
c.
Dystisvidae : Brachynus creptans
d.
Coccinellidae : Coccunella arenata
e.
Lampyrinae : Colophotia brevis
f.
Bostrychidae : Rhizopertha
g.
Ptinidae : Lasioderma
h.
Tenebrionidae : Tribollium castraneum
i.
Curulionidae : Rhynchophorus ferrngineus,
Lalandra oryzae.
7. Hymnenoptera
Famili :
a.
Braconidae : Stenobarcum luteus
b.
Chalcinidae : Brachymeria
c.
Formicidae : Dorylus laevigatus, Monomarium
destructor, Crematogaster treubi
d.
Vespidae : Vespa orientalis
e.
Apidae : Apis floralis, Apis
indica
8. Diptera
Famili :
a. Tipulidae : Tipula
b. Culicidae : Culex fatigans, Anopheles lativer
c. Tabanidae : Tabanus, Chrysops
d. Asilidae : Asilus
e. Trypetidae : Drosophila melanogaster
f. Muscidae : Musca domestica, Glossina palpalis
g. Agromyzidae : Agromyza
h. Oestridae : Gastrophilus equi
9. Siphonoptera
Famili : Pullicidae
Contohna : Pulex irritans,
Xenopsyyilla ceopis
10. Lepidoptera
Famili :
a.
Sphingidae : Acherontia
lachesis
b.
Bombycidae : Bombyx mori
c.
Noctuidae : Agrotis
interjectionis, Leucania unipuncta
d.
Geometridae : Antitrygodes
divisaria
e.Microlepidoptera : Tieola tripazella
f.
Saturnidae : Attacus
atlas
g.
Papilionadae : Popilio
memnon
h.
Zygaenidae : Artona
catoxantha
i.
Cossidae : Zeuzera
coffae
j.
Pyralidae : Seirophaga
sericea
Kelas
Arachnida
Ordo
- Xiphosura
Contoh : Limulus
- Scorpionida
Famili :
Scorpinidae : Butus afer, Srorpio
- Pedipalpi
Contoh : tarantula
- Arachnida
Contoh : Garteracantha arcuata, Nephila
maculata
- Acarina
Famili :
- Gamasidae : Sarcoptes scabiles
- Argasidae : Argas
Kelas
Myriapoda
Ordo :
- Chilopoda : kelabang, lipan
- Diplopoda : keluwing, sengguling
Kelas
Crustacea
Terdiri
dari 2 subklas, yaitu:
Entomostraca
Contohnya : Cyclops, Argulus, Lepas, Sacculina
Malacostraca
Ordo
- Decapoda
Contohnya : Palaemon, Homarus, Panulirus,
Parathelpusa convexa
- Stomatopoda
Contohnya : Squila, udang belalang
- Isopoda
Contohnya : Limnoria , kutu kayu di laut
(Yatim,1996).
Menurut Engeman dan Hegner, filum
Arthrophoda dibagi menjadi empat sub-filum yaitu: Trilobita, Chelicerata,
Onychophora, dan Mandibulata.
2.3.1 Sub Filum Trilobita
Gambar
fosil Trilobita (Anonim, 2009)
Salah satu invertebrata (hewan tak
bertulang belakang) zaman purba yang paling dikenal manusia adalah Trilobita.
Trilobita sebenarnya adalah hewan laut yang termasuk Crustacea dengan bentuk
tubuh seperti lipan atau kutu kayu berukuran besar. Nama “trilobita” sendiri
berarti “berdaun tiga” karena tubuhnya jika dilihat dari atas seperti daun yang
bertumpuk-tumpuk. Rata-rata Trilobita memiliki panjang antara 5-8 cm.
Keberhasilan para ahli menguak banyak hal dari Trilobita tidak lepas dari fosilnya
merupakan fosil Arthropoda purba yang paling melimpah. Umumnya fosilnya
merupakan cangkang kulit yg kosong - persis seperti cangkang lobster zaman
sekarang yang merupakan hasil pergantian kulit.
Berdasarkan pengamatan pada fosilnya,
Trilobita memiliki 3 bagian tubuh utama : kepala, dada (thorax), dan ekor. Pada
kepala Trilobita biasanya terdapat sepasang antena dan sepasang mata. Tipe mata
ini bervariasi; ada yang hanya berupa tonjolan kecil untuk membedakan terang
dan gelap, sementara sebagian Trilobita lainnya memiliki mata majemuk yg
terdiri dari 15.000 lebih lensa - persis seperti capung atau Crustacea zaman
sekarang. Dadanya sendiri terdiri dari ruas-ruas yang lentur; pada fosil yang
terbesar jumlahnya mencapai 40 ruas. Di setiap ruas pada dadanya ini pada
Trilobita dasar laut terdapat sepasang kaki.
Trilobita adalah satu dari sedikit
hewan yang perkembangan hidupnya dari telur hingga dewasa. Trilobita yang baru
menetas disebut protaspid. Protaspid memiliki kemiripan dengan Trilobita
dewasa, namun tubuhnya belum beruas-ruas. Seiring dengan pertumbuhannya,
Trilobita harus melakukan pergantian kulit karena cangkangnya tidak ikut tumbuh
hingga memasuki fase meraspid dan ruas-ruas dadanya pun mulai terbentuk pada
bagian tengah tubuhnya. Meraspid ini kemudian melanjutkan pertumbuhannya sambil
berganti kulit hingga menjadi tahap dewasa yang disebut tahap holaspid.
Menurut para ahli berdasarkan temuan
fosilnya selama ini, ada sekitar 17.000 spesies Trilobita yang sudah diketahui
manusia. Masing-masing Trilobita ini memiliki ciri-ciri khusus yang
membedakannya dengan Trilobita lain bergantung pada habitatnya. Trilobita yang
hidup di dasar laut misalnya, tubuhnya mirip dengan lipan dengan kaki-kaki
kecil untuk merayap, sementara yang hidup melayang di lautan memiliki kaki
dayung untuk berenang dan tubuh yang termodifikasi untuk melayang di lautan.
Semua fosil Trilobita diketahui berasal dari masa Paleozoikum, - sekitar 300
juta tahun yang lalu. Terutama pada masa Kambrium di mana fosil mereka dari
zaman itu sangat melimpah.
Di masa di mana populasinya melimpah,
para ahli percaya bahwa Trilobita memiliki peran yang kurang lebih sama seperti
Crustacea zaman sekarang. Spesies yg hidup di dasar laut misalnya, mereka
diperkirakan hidup dengan memakan bangkai dan sisa-sisa makhluk hidup di dasar
laut. Adapun hewan-hewan yang dipercaya memakan Trilobita pada masa itu adalah
Arthropoda dasar laut lainnya seperti kalajengking laut, sementara spesies yang
hidup berenang menjadi mangsa ubur-ubur dan ikan laut purba. Jika spesies
Trilobita yang berada di dasar laut ini terancam, mereka bisa menggulng dirinya
sehingga musuh tidak bisa menembus cangkang luar mereka yang keras. Teori ini
muncul karena ada beberapa fosil Trilobita yang ditemukan dalam kondisi
menggulung seperti bola (Devina, 2009).
2.3.2 Subfilum Chelicerata
Ciri-ciri
umum subfilum Chelicerata:
- Tubuh dibedakan atas dua bagian yaitu cefalotorak (prostoma) dan
abdomen (ophistosoma) (kecali Acarina). Memiliki 6 pasang apendik
yaitukelisera, pedipalus, an 4 pasang kaki yang semuanya terletak pada
cefalotorak. Tidak memilik antena atau andibula.
- Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya untuk fungsi
penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun.
- Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea, atau insang.
- Ekskresi dengan menggunakan tubulus Malphidian atau kelnjar koksa
atau dengan menggunakan kedua organ tersebut.
- Sistem saraf terdiri aa ganglion dorsal (sebagai otak), dan tali
saraf ventral yang memiliki pasangan ganglia. Mata bisanya sederhana dan
berpasangan, pada permukaan tubuh memiliki rambut-rambut taktil
- Berkelamin terpisah, lubagn kelamni berjumlah satu (atau dua) yang
terletak pada anterior abdomen. Fertilisasi biasanya secara internal,
utamanya bertelur (ovipar), perkembangan langsung atau melalui fase larva.
- Hidup terestrial dan hidup soliter, yang lainnya hidup bebas dan
bersifat predator atau parasitik (Kastawi, 2005).
Ukuran
tubuh anggota filum ini bervariasi dari yang memiliki panjang tubuh hanya 0,5
mm (kelompok tungau) sampai yang terpanjang 500 mm (20 in) yaitu Limulus.
Anggota subfilum ini terdiri atas lima kelas yaitu kelas Pycnogonoidea, kelas
Merostomata, kelas Arachnoidea, kelas Tardigrada, dan kelas Pentastomoidea
(Kastawi, 2005).
2.3.2.1 Kelas Pycnogonidea
Pycngonidea adalah sebuah kelas
arthropoda primitif dari subfilum Chelicerata. Ia dibedakan oleh cara hidup
mereka di air dan perut mereka yang dikenakan organ pernapasan, hanya tiga
spesies hidup yang diketahui.
Anggota kelas ini habitatnya di laut, biasnya disebut sebagai laba-laba laut. Hewan ini memiliki 4 mata dan kaki panjang yang mendominasi sebagia besar tubuh. Sekitar 600 spesies Pycnogonidea memiliki 4 pasang kaki yang panjang, tetapi sebagian kecil spesies memiliki 5 atau 6 pasang kaki. Setiap kaki terdiri atas 9 segmen. Pada beberapa spesies apabila kakinya direntangkan dapat mencapai panjang 70 cm, namun yang khas disebut kaki ovigerous (=oviger) yang berfungsi mengumpulkan dan mengerami telur yang telah dibuahi. Larva Pycnogonidea memilki 3 pasang kaki. Hewan ini biasanya berada di sekitar porifera, hydroid, karang lunak, anemon, dan remis. Dengan menggunakan proboscisnya hewan ini memakan bagian yang lunak dari hewan-hewan di sekitarnya. Beberapa spesies tidak memiliki chelicera. Pencernaan terjadi di sel-sel mukosa dari saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini bercabang-cabang sampai ke ujung kaki. Spesies Pynogonidea tidak memiliki sistem respirasi d ekskresi (Kastawi, 2005).
Anggota kelas ini habitatnya di laut, biasnya disebut sebagai laba-laba laut. Hewan ini memiliki 4 mata dan kaki panjang yang mendominasi sebagia besar tubuh. Sekitar 600 spesies Pycnogonidea memiliki 4 pasang kaki yang panjang, tetapi sebagian kecil spesies memiliki 5 atau 6 pasang kaki. Setiap kaki terdiri atas 9 segmen. Pada beberapa spesies apabila kakinya direntangkan dapat mencapai panjang 70 cm, namun yang khas disebut kaki ovigerous (=oviger) yang berfungsi mengumpulkan dan mengerami telur yang telah dibuahi. Larva Pycnogonidea memilki 3 pasang kaki. Hewan ini biasanya berada di sekitar porifera, hydroid, karang lunak, anemon, dan remis. Dengan menggunakan proboscisnya hewan ini memakan bagian yang lunak dari hewan-hewan di sekitarnya. Beberapa spesies tidak memiliki chelicera. Pencernaan terjadi di sel-sel mukosa dari saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini bercabang-cabang sampai ke ujung kaki. Spesies Pynogonidea tidak memiliki sistem respirasi d ekskresi (Kastawi, 2005).
Gambar Contoh speies Pycnogonidea
(Pamungkas,2008)
2.3.2.2
Kelas Merostomata
Kelas
Merostomata adalah salah satu dari tiga cabang dari garis chelicerate dari
arthropoda; dua cabang lainnya termasuk laba-laba laba-laba laut dan darat.
Dengan demikian kepiting purba yang lebih erat terkait dengan laba-laba dan
kalajengking daripada kepiting lainnya. Tanggal kepiting sepatu kuda untuk periode Karbon (350 juta tahun yang
lalu [juta tahun yang lalu]). Leluhur
kerabat dari periode Kambrium (550 juta tahun yang lalu) telah ditemukan.
kepiting Horseshoe diklasifikasikan ke dalam perintah tunggal (Xiphosura) dan
keluarga (Limulidae). Empat spesies diakui. Banyak ilmuwan sekarang
mengategorikan Merostomata sebagai kelas daripada subkelas.
· Karakteristik fisik
Tubuh
kepiting tapal kuda ditutupi oleh eksoskeleton coklat gelap. Eksoskeleton ini
terdiri dari tiga bagian utama: melengkung, perisai berbentuk tapal kuda di
depan, yang prosoma, sebuah bagian tengah, opisthosoma itu, dan ekor tipis,
telson tersebut. Di bagian prosoma ini terdapat dua pasang mata sederhana di
atas dan sepasang mata majemuk pada lateral. Di bawah eksoskeleton,
terdapat delapan pasang pelengkap yang
selaras sepanjang sumbu memanjang dari prosoma tersebut. Tujuh pasang yang pertama fungsi untuk makanan. Pasangan kedelapan adalah menyatu dan mencakup lima
pasang insang buku di opisthosoma tersebut. Insang buku menjaga aliran
air untuk pernapasan, gerakan, dan reproduksi. Duri menonjol dari tepi luar opisthosoma itu, jumlah duri
bervariasi oleh spesies. Lama telson
tipis memanjang dari bagian belakang tubuh.
Gambar Kepiting Tapal Kuda (Anonim, 2008)
Kepiting
Horseshoe harus melepaskan eksoskeleton mereka, atau meranggas. Setiap Individu dapat meranggas 16 atau 17
kali selama hidup mereka. Enam molting ini terjadi dalam tahun pertama. Betina lebih besar daripada
jantannya. Dalam spesies terkecil, Carcinoscorpius rotundicauda,betina
dapat mencapai 15 inci (38 cm) panjang dan 5 inci (12,5 cm) lebarnya. Dalam
Tachypleus tridentatus, spesies terbesar, betina mencapai panjang 33,5 inci
(85 cm), dan lebar sebesar 15,5 inci (39,3 cm).Distribusi dari hewan ini adalh di wilayah Pantai
Atlantik Barat dan wilayah Hindia dan samudra Pasifik.
·
Habitat
Kepiting Horseshoe mendiami bagian muara atau dekat pantai wilayah
pesisir. Mereka sering hidup di teluk-teluk kecil, teluk, atau lahan
basah dilindungi dari tindakan gelombang kuat. Mereka tetap di daerah sublittoral berpasir atau berlumpur
kecuali ketika mereka bergerak ke pantai untuk bertelur.
·
Tingkah
laku
Sebagai
larva, kepiting tapal kuda berenang keras selama berjam-jam, tetapi mereka
mengadopsi pola aktivitas harian sebagai remaja dan dewasa. Ketika beristirahat, kepiting tapal
kuda sering mengubur diri di liang dangkal. Merangkak di sepanjang substrat
adalah sarana utama gerak, tapi kepiting tapal kuda kadang-kadang berenang
terbalik dengan menggunakan insang buku untuk propulsi. Sebagai hewan dewasa, kepiting tapal kuda bermigrasi
setiap tahun dari lebih dalam perairan dekat pantai ke pantai untuk bertelur.
Individu yang membalik ke punggung mereka menggunakan telson untuk lengkungan
badan dan berguling.
·
Makanan
Kepiting sepatu kuda larva tidak makan.
Makanan dimulai setelah
tahap pertama adalah remaja tercapai. Kepiting sepatu kuda tidak memiliki
rahang, sehingga mereka menggunakan kaki mereka untuk menangkap dan
menghancurkan mangsanya. kepiting Horseshoe mengais di hampir semua bahan
makanan yang mereka temui di sedimen, seperti moluska dan cacing. Mereka juga
mengikis alga dari batuan. Orang dewasa yang dimakan oleh predator
oportunistik, termasuk hiu, penyu laut, burung camar laut, dan mamalia
terestrial. Kebanyakan
pemangsaan terjadi pada kepiting tapal kuda muda, larva dan telur yang dimakan
oleh ikan. Telur menyediakan sumber makanan penting bagi banyak shorebirds
selama migrasi musim semi dari Amerika Selatan ke Arktik.
·
Reproduksi
Kepiting
Horseshoe panjang-hidup dan jatuh tempo lebih dari invertebrata lainnya. Pria
dewasa antara 9 dan 11 tahun dan perempuan, antara 10 dan 12 tahun. Horseshoe kepiting bertelur selama
musim semi dan musim panas. Pemijahan
terjadi saat air pasang di pantai-pantai rendah energi dari muara, teluk, dan
teluk-teluk kecil. Satu spesies (Carcinoscorpius rotundicanda) bergerak
ke hulu sungai untuk bertelur.
Selama perkawinan, para laki-laki
menangkap tepi opisthosoma betina. perempuan menggunakan kakinya dan prosoma untuk menggali sarang, ke mana
ia deposito sekelompok telur. Telur yang dibuahi oleh laki-laki, dan pasangan
bergerak 4-8 dalam (10-20 cm) jauh di pasir dan mengulangi proses tersebut.
Sebagai betina menggali sarang kedua, penggalian pasir didorong ke belakang
untuk menutupi sarang sebelumnya. Individu kepiting sepatu kuda mampu
pemijahan lebih daripada sekali per musim. Telur-telur menetas menjadi larva trilobita; setelah ganti
kulit menjadi muda, kepiting tapal kuda menetap untuk dasar laut.
Tidak ada spesies yang terdaftar oleh
IUCN. Namun, kepiting sepatu kuda populasi telah menurun sebagai hasil panen
dan rusaknya habitat.
Kepiting Horseshoe telah dipanen untuk makanan dan umpan. Mereka juga telah diproses menjadi pupuk. Mungkin yang paling penting, kepiting tapal kuda telah mengaktifkan berbagai kemajuan kesehatan manusia. Studi dari mata kepiting tapal kuda telah menyebabkan terapi untuk gangguan mata manusia. Darah bentuk zat kepiting tapal kuda, Limulus Amebocyte lisis (LAL), yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gram-negatif dalam cairan medis dan obat-obatan dan alat bedah. Beracun dan biodegradable kitin dari kepiting tapal kuda digunakan dalam produk seperti lensa kontak, jahitan bedah, dan lotion kulit. kitin Bentuk bahan kimia yang menghilangkan racun dari logam dan air, dan sifat menyerap lemak-membantu menghilangkan lemak dan kolesterol dari tubuh manusia.
Kepiting Horseshoe telah dipanen untuk makanan dan umpan. Mereka juga telah diproses menjadi pupuk. Mungkin yang paling penting, kepiting tapal kuda telah mengaktifkan berbagai kemajuan kesehatan manusia. Studi dari mata kepiting tapal kuda telah menyebabkan terapi untuk gangguan mata manusia. Darah bentuk zat kepiting tapal kuda, Limulus Amebocyte lisis (LAL), yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gram-negatif dalam cairan medis dan obat-obatan dan alat bedah. Beracun dan biodegradable kitin dari kepiting tapal kuda digunakan dalam produk seperti lensa kontak, jahitan bedah, dan lotion kulit. kitin Bentuk bahan kimia yang menghilangkan racun dari logam dan air, dan sifat menyerap lemak-membantu menghilangkan lemak dan kolesterol dari tubuh manusia.
Ø Arachnida lain
·
Kalajengking
Kalajengking (scorpion, ordo scorpion)
merupakan Arachnida bertubuh panjang dengan pedipalpus yang besar, kelisera
kecil dan segmen abdomen terdiri dari 12 segmen dengan ujung terminal berbentuk
duri runcing. Tubuh dibedakan atas sepalotoraks dan sebuah abdomen yang terdiri
ata sdua bagian yaitu anterior yang tebal dan (mesosoma) dan sebuah ekor yang
berbentuk seprti tabung (metasoma) yang akan diangkat naik saat kalajengking
berjalan. Prosoma pendek dan ditutup dengan sepasang karapak yang memiliki
seppasang mata dibagian tengah permukaan dorsal tubuh, dan tiga mata lateral di
setipa sisinya (anterior karapak). Empat pasang kaki melekat pada prosoma dan
berakhir pada dua pasang cakar. Pada segmen abdomen kedua terdapat sepasang
struktur seperti sisir yang disebut pectin. Struktur ini unik dan mungkin
berfungsi sebagai alat sensori (organ taktil). Rambut-rambut taktil teersebar
di atas tubuh dan berfungsi sebagai peraba. Kalajengking juga memiliki 4 pasang
paru-paru buku yang bermuara pada stigma. Stigma terletak di pemukaan bawah
abdomen segmen III-VI. Kalajengking
banyak dijumpai di daerah tropic dam subtropik.
Biasanya kalajengking bersembunyi di
bawah batu atau di dalam lubang pada siang hari, dan aktif mencari mangsa pada
malam hari. Makanannya dapat berupa serangga dan laba-laba. Mangsa ditangkap
dengan pedipalpus dan dirobek-robek dengan kelisera. Kalajengking bersifat
vivipar, hewan muda diletakkan di punggung hewan dewasa beberapa hari lalu
hidup mandiri. (Kastawi, 2005)
·
Tungau
Tungau dan kutu (ordo Acarina) umumnya
berukuran kecil sampai mikroskopis. Kepala, dada, dan abdomen mengalami fusi
membentuk tubuh yang tidak bersegmen. Sekitar 25000 spesies telah diketahui.
Hewan ini ada yang hidup bebas di tanah, ada juga yang hidup parasit ditubuh
hewan maupun manusia.
Ciri-ciri hewan ini adalah terdapat
kepala berukuran kecil di ujung anterior, tidak bersegmen, tubuh biasanya
ditutupi membrane dan terkadang berupa kerangka yang keras, memiliki 8 kaki di
lateral tubuh, dan berkelamin terpisah. Pada sebagian spesies larva yang
menetas dilengkapi dengan 6 kaki dan kemudian tumbuh menjadi 8 kaki yang
merupakan fase nimfa. Nimfa tersebut akhirnya tumbuh menjadi hewan dewasa
setelah tiga kali molting.
Tungau merupakan spesies yang melimpah,
diperkirakan terdiri atas 20.000 spesies. Habitatnya anatar lain tanah, humus,air
atwar, air laut, dan tumbuhan. Hewan ini bersifat parsit pada hewan lain dan
tanaman. Beberapa dari mereka makan tumbuhan dan hewan yang masih hidup maupun
yang sudah mati. Beberapa yang lain menghisap cairan tumbuhan. Selain itu ada
yang berada di kulit, darah, atau jaringan dari vertebrata darat.
2.3.2.4 Kelas Tardigrada
Habiatat Tardigrada atau beruang air
adalah di dalam lumut atau pasir yang lembab, di dalam air tawar atau air asin.
Tubuhnya dapa tdibedakan atas kepala dan badan. Badan terdiri atas 4 segmen
tubuh yang berfusi. Setiap segmen tubh memiliki sepasang kaki yang pendek dan
tebal. Kaki tersebut tidak berseggman. Di ujung kaki terdapat 4 sampai 9 cakar
yang runcing. Hewan anggota kelas Tardigrada tidak memiliki system sirkulasi,
respirasi, dan ekskresi. Tetapi system syarafnya berkembang dengan baik. Hewan
ini dapat dibedakan atas jantn dan betina. Telur berukuran besar, anak yang
menetas terkadang hanye memiliki tiga pasang kaki.
Gambar tardigrada (Annim,
2008)
2.3.2.5 Kelas Pentastomoidea
Gambar salah
satu anggota Pentastomoidea (Anonim, 2007)
Hewan yang termasuk kelas
Pentastomoidea berbentuk seperti cacing dan semua bersifat paradit. Zaman
dahuku hewan ini dikelopokkan bersama cacing, tetapi ternyata morfologi hewan
dewasanya menunjukkan ciri-ciri Arthropoda. Tubuh tidak bersegnen walaupun
dinding tubuh terdiri atas lingkaran-lingkaran
Hewan ini tidak memiliki system
ekskresi, respirasi, dansirkulasi. Saluran pencernaan lurus dam di sekitar
mulut terdapat sepasng kait yang keras. Berjenis kelamin terpisah. Larva
memiliki dua pasang kaki.. anggota kelas Pentastomoidea antara lain Reighardia
sternae, Linguatulaserrata, dan Porocephalus armillatus.
2.3.3 Sub Filum Onycophora
Kata Onicophora berasal dari bahasa
Yunani dari kata onyx yang berarti cakar dan phora yang berarti membawa.
Karakter umum yang dimiliki hewan ini sebagai beirkut
·
Bentuk
tubuhnya seperti cacing dengan 14 sampai 43 pasang kaki.
·
Rongga
tubuhnya berupa homocoel.
·
Memiliki
kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan dikeluarkan melalui papilla oral
untuk memangsa makanan atau predator
·
System
saluran pencernaan makanannya lengkap.
·
System
syaraf memiliki ganglion kepala dan dua taali saraf longitudinal yang membentuk
tangga tali.
·
Metanefridium
dengan lubang yang terletak dekat kaki di setiap kakinya.
·
Jantung
berbentuk tubukar, terletak di sebelah dorsal dan system sirkulasi terbuka.
·
Kerangka
tubuh bersifat hidrostatis.
·
Pergerakan
tubuh etrjadi karena kontraksi peristaltic yang dibantu oleh lobopodia.
·
Bersifat
bebas dan habitatnya terrestrial, khususnya pada habitat yang lembab.
·
Pernafasan
mengguankan tabung trakeal.
·
Berjenis
kelamin terpisah. Fertilisasai terjadi secara internal maupun eksternal.
Gambar
penampang morfologi Gambar
penampang anatomi
Pentastomoidea
(Anonim, 2008) Pentastomoidea
(Anonim, 2008)
Beberapa ahli zoologi menganggap bahwa
Onycophora merupakan bentuk pertengahan anatra Annelida dan Arthropoda.
Pendapat ini berdasarkan karakter yang dimiliki oleh Onycophora. Kemiripannya
dengan Arthropoda dapat diliha dari adanya kutikula yang berkhitin, jantung
tubular yang terletak disebealh dalam bagian dorsal, system sirkulasi terbuka,
homocoel sebagai rongga tubuh utama,memiliki yabung pernafasan, dan tubuh
bersegmen-segmen.
Sedangkan yang membedakan Onycophora
dengan Arthropoda adalah pada Onycophora kutikula tidak mengeras, apendik tidak
bersendi, tidak memiliki ganglion thoraks dan abdomen, dan pembuka trachea
tidak dapat menutup sehingga menyebabkan Onycophora hanya aktif pada malam
hari, saat lingkungan lembab atau hujan. Selain itu, cara makan Onycophora
berbeda dengan Arthropoda. Cara Onycophora mendapatkan mangsa dengan
menyemprotkan lumpur pada mangsa sekitar jara 30 cm. lumpur tersebut dihasilkan
oleh kelenjar lumpur yang bermuara pada papilla oral. Setelah mangsanya
terjerat, Onycophora memuntahkan ludah ke sarah mengsanya unutk mencerna
jaringan tubuh mangsa. Hasil pencernaan tersebut diisap ke dala mulut.
Gambar anatomi dan morfologi Onychopora (Anonim, 2008)
Subfilum Onycophora hanya terdiir atas
satu kelas yaitu kelas Onycophora. Kelas ini terdiri ats 10 genus dan 80
spesies. Contoh anggota Onycophora adalah Peripatus. Hewan ini hidup di
celah-celah batu dibawah pohon, serat di tempat lembab lainnya/ hewan ini hanya
aktif pada malam hari. Sebagai hewan yang bergerak perlahan dari satu tempat ke
tempat lainnya menggunakan kakinya. Maka memiliki 2 antenna yang bersifta
sensitive unutk mendeteksi kondisi tanah. Di dasar antenna terdapat sepasang
mata yang sensitive terhadap rangsang cahaya.
Peripatus (Anonim, 2009)
Ketika Peripatus terganggu maka dia akan menyemburkan lumpur pada
jarak sekitar 30 cm dari sepasang kelenjar lumpur yang bermuarake dalam papilla
oral. Fungsi lumpur tesebut unutuk menangkap mangsa berupa lalat, rayap, dan
hewan kecil lainnya. Selain itu, juga berperan unutk mempertahankan diri dari
predator.. di sekitar mulut terdapat apendik yang telah mengalami modifikasi
menjadi rahanng dan berfungsi untuk meronek makanan menjadi potongan-potongan.
Sebagian besar spesies Peripatus bersifat vivipara. Seekor hewan betina
berukuran besar dapat menghasilkan 30-40 hewan muda setiap tahunnya. Kondisi
hewan muda saat muda hampir sama dengan kondisi hewan dewasa, hanya berbeda
dalm ukuran dan warna tubuhnya.
Pada kepala Peipatus jantan
memiliki 3 pasang apendik yaitu, antenna, papilla oral, dan rahang. Selain itu
terdapat sepasang mata yang sederhana dan mulut yang terletak di sisi ventral
kepala kakki berdaging berjumlah 17 sampai 40 pasang, dan jumlah ini
berbeda-beda tergantung spesiesnya. Setiap kaki memiliki cakar yang tajam. Anus
terletak pada bagian posterior tubuh, lubang kaki terletak di antara pasangan
kaki terakhir, dan nefridiofor terletak pada setiap dasar kaki. Kulit tertutup
oleh papilla dan setiap papilla membawa sebuah duri. Jumlah papila banyak
terutama di bagian antenna, bibir, dan papilla oral. Peran papilla tersebut
mungkkin sebagai organ taktil. Lingkaran eksternal tubuh lebih banyak jumlahnya
dari pada segmen-segmen internal.
System pencernaan sangat sederhana
terdiri atas satu faring yang berotot, esophagus pendek, lambung panjang, dan
usus pendek. Sepasang kelenjar ludah yang merupakan modifikasi dari nefridia
bermuara ke dalam ronggan mulut. Jantung berupa tabung dorsal yang memiliki
pasangan-pasangan ostia berfungsi menghubungkan jantung dengan rongga
pericardium tempat jantung berada. Rongga tubuh berupa homocoel. Organ
pernafasan tabung udara yang disebut trachea. Trachea ini berakhir dengan
pori-pori yang terletak pada berbagai bagiantubuh. Organ ekskresi berupa
nefridia berjumlah satu di setiap dasar kaki system saraf terdiri atas otak,
terletak di kepalabagian dorsal, dan sepasang tali saraf dorsal yang
dihubungkan oleh beberapa saraf transfersal. Hewan ini bekelamin terpisah.
2.3.4
Subfilum Mandibulata
Karakter spesial yang dimiliki subfulum
mandibulata adalah dimilikinya mandibula dan antena. Subfilu ini terdiri atas
enm kelas yaitu kelas Chilopoda, kelas diplopoda, kelas Crustacea, kelas
Insecta, kelas Pauropoda, dan kelas Symphyla.
Gambar:
morfologi Mandibulata (Anonim, 2008)
2.3.4.1
Kelas Chilopoda
Tubuh pipih dorso-vnetral dan terdiri
atas 17 sampai 173 segmen, yang setiap pasang tubuh membawa sepasang kaki
kecuali pada dua segnmen terakhir dan satu segmen tepat di belakang kepala.
Segmen tersebut membawa sepasang cakar racun yang disebut maksilapoda untuk
membunuh mangsanya. Di daerah kepala terdapat
sepasang antena panjang yang tersusun atas 12 segmen sepasang mandibula
dan dua pasang maksila.
Saluran pencernaan luas dengan tiga
pasang kelenjar ludah bermuara ke mulut dan dua tubulus Malphigi yang panjang
untuk ekskresi trachea becabang-cabang seperti pada serangga dan bermuara pada
stigmata yang terleta hampir di setiap segmen tubuh. Jantung terdapat dalam
rongga perikardium dengan sepasang ostia dan arteri lateral pada setiap segmen
tubuh.
Berkelamin terpisah, setiap jenis
kelamin memiliki gonad yang terletak di sebelah dorsal dan sepasang kelenjar
asesori yang dihubungkan ke lubang kelamin yang terletak di ventral tubuh pada
ujung posterior tubuh. Telur biasanya diletakkan di tanah, dan pada Lithobius
telurnya satu dan ditutup dengan tanah.
2.3.4.2 Kelas Diplopoda
Diplopoda disebut juga millipod.
Tubuh berbentuk subsilindrik, terdiri atas 25 sampai 100 segmen, dan jumlah tersebut
tergantung spesiesnya. Hampir pada setiap segmen membawa dua pasang apendik
yang kemungkinan berasal dari fusi dua segmen, dua pasang spirakel, ostia, dan
ganglia saraf. Pada hewan jantan salah satu atau kedua pasang kaki pada segmen
ketujuh mengalami modifikasi menjadi organ kopulasi. Dia daerah mulut terdapat
sepasang mendibula dan sepasang maksila. Memiliki sepasang antena pendek dan
sepasang mata yang masing-masing terdiri atas sekelompok mata sederhana. Pada
antena terdapat rambut-rambut olfaktori dan setiap segmen tubuh memiliki
kelenjar bau atau repugnatorial gonad yang mensekresikan cairan berisis
asam hidrosianik. Akibat sekresi cairan tersebut dari spesies tropikal dapat
menyebabakan kebutaan pada anak-anak. Trakhea tidak bercabang yang bermuara
pada lubang yang terletak di sebelah depan bagian kaki. Jantung merupakan
pembuluh dorsal dengan ostia yang terletak di sisi lateral. Memiliki dua atau
empat organ ekskresi yang berbentuk tabung seperti benang (Tubulus Malpighi)
yang akan bermuara pada usus.
Habitat hewan meliputi tempat yang
gelap, memiliki kelembapan yang tinggi, dan secara prinsip memakan tumbuhan
yang membusuk, namun terkadang memakan tumbuhan yang masih hidup sehingga dapat
menyebabkan kerusakan bagi tanaman tersebut. Berkelamin terpisah, telur
diletakkan di dalam tanah. Pada saat menetas, hewan muda memiliki segmen yang
berjumlah sedikit dengan tiga pasang kaki. Dalam pertumbuhannya segmen
ditambahkan di depan segmen tempat anus berada.
2.3.4.3
Kelas Crustacea
Anggota
Crustacea antara lain meliputi udang, teritip, dan lobster. Habitat Crustacea
meliputi air laut, air tawar, dan payau. Beberapa larva dan beberapa spesies
anggota keas ini bersifat meliang (tinggal di dalam liang), sedangkan yang lain
bersifat pelagik, bahkan ada yang menghuni laut dalam. Sebagian besar hidup
bebas dan ada yang hidup dalam kelompok-kelompok besar.
Crustacean terdiri dari dua
kelompok besar, yaitu:
1
|
Entomostraka crustacea miroskopik; hidup sebagai
zooplankton. Meliputi ordo Branchiopoda, Ostrcoda, Branchiura parasit, CopepodaÞ parasit beberapa ikan
dan Cirripedia, misalnya : Daphnia sp. dan Mesocyclops sp.
|
2
|
Malakostraka crustacea tingkat tinggi; makroskopik.
Meliputi ordo Isopoda, Stomatopoda dan Dekapoda yang memiliki nilai ekonorni bagi manusia, misalnya : Portunus sexdentatus (kepiting) dan Penaeus monodon (udang windu). |
Untuk mempelajari lebih mendalam,
berikut ini dicontohkan pada udang. Sebagai bahan kajian.
Gambar Morfoloi dan Anatomi Udang (Anonim, 2000)
·
Morfologi
Eksternal
Permukaan
tubuh dilindungi oleh kutikula tersusun atas zat kitin yang ditambah dengan
garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Eksoskeleton menutupi seluruh
permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan yang menjadi tipis dan lunak
agar mampu bergerak. Tubuh dibedakan menjadi sefalotorak dan abdomen yang
terdiri atas segmen-segmen (kepala 5, torak 8, dan abdomen 6) masing-masing
dengan satu pasang anggota tubuh yang terdiri atas ruas-ruas.
Setaip
segmen tubuh dobedaka atas tergum (bagian dorsal), sternum (bagian ventral),
pleura (lateral tubuh) dan pleura merupakan keping, terletak sisi tubuh serta
epimera (keping kecil antara pleura dan dasar anggota gerak).
Sefalotorak
terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Pada karapak terdapat
lekuk cervikal yang terdapat pada pertengahan karapak yang membedakan bagian
kepala dari bagian dada. Ujung anterior karapak merupakan rostrum. Antenula dan
antena merupakan struktur indera. Di bawah rostrum terdapat mata bertangkai
yang dapat digerakkan. Mulut terdapat pada permukaan ventral, dekat posterior
daerah kepala terdapat mandibula, sedangkan anus terletak di bagian ventral
telson di ujung posterior abdomen.
Udang
memiliki satu pasang anggota tubuh (apendik) yang berbuku pada setiap somit.
Mulut memiliki sepasang mandibula dan di posteriornya terdapat maksila ke 1 dan
ke 2. Pada daerah “torak” terdapat maksilopoda ke 1, ke 2, dan ke 3,
selanjutnya diikuti dengan chellped dan 4 pasang kaki jalan. Pada daerah
abdomen terdapat 6 pasang kaki renang yang beberapa di antaranya mengalami
modifikasi.
Terdapat
tiga macam apendik yang dapat dibedakan pada hewan dewasa yaitu (1) foliaceus,
contohnya maksila ke-2, (2) biramus, contohnya kaki renang, (3) uniramus,
contohnya kaki jalan. Pada kaki jalan pertama memiliki capit (cela) yang
berfungsi untuk menyerang dan mempertahankan diri. Kaki jalan berfungsi untuk
bergerak, memegang makanan dan membersihkan tubuhnya. Sedangkan kaki renang
berfungsi sebagai alat berenang, respirasi dan pembawa telur pada hewan betina.
Uropoda dan telson memiliki peran dalam berenang dan melindungi telur.
·
Anatomi
Dan Fisiologi
Tubuh
udang tersusun atas sistem organ seperti yang dimiliki oleh hewan tingkat
tinggi. Selom merupakan ruang yang tidak begitu luas, namun terbatas untuk
rongga organ-organ reproduksi. Organ tertentu tersusun secara metamerik seperti
sistem saraf, sedangkan organ ekskresi terkosentrasi ke dalam sebuah rongga
kecil.
·
Sistem
Pencernaan
Sistem
pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Lambung
dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar (anterior) disebut kamar
kardiaka dan yang kecil adalah pilorus. Pada permukaan dalam lambung terdapat
bentukan seperti gigi-gigi yang mengapur untuk melumatkan makanan. Gigi-gigi
tersebut dapat bergerak satu terhadap yang lain karena dihubungkan dengan
otot-otot yang kuat. Pada kedua sisi bagian akhir lambung bermuara saluran dari
kelenjar pencernaan dan muara dari cecum yang kecil. Usus merupakan tabung
kecil yang mengarah ke arah posterior tubuh dan bermuara pada anus yang
terletak pada permukaan ventral telson. Kelenjar pencernaan berupa hati yang
terletak di daerah torak. Setiap lobus tersusun atas sejumlah kecil tubulus.
Epitelium yang melapisi dinding-dinding tubulus bersifat glandular dan menghasilkan
sekresi yang akan mengalir menuju ke duktus hepatik dan akhirnya menuju ke
kamar pilorik di lambung.
Makanan
udang pada prinsipnya adalah hewan-hewan yang masih hidup, antara lain siput,
berudu, larva insekta, dan ikan-ikan kecil. Namun ternyata udang juga makan
material organik yang membusuk. Hewan ini makan pada waktu malam hari, tetapi
lebih aktif pada waktu senja dan fajar daripada waktu-waktu lainnya. Cara makan
udang pernah diteliti di laboratorium dengan memberinya sepotong daging. Cara makannya
maxillaped dan maxilla memegang makanan sementara itu mandibula melumatkan
makanan menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-potongan makanan selanjutnya
masuk ke dalam esofagus kemudian ke lambung. Sedangkan bagian-bagian yang kasar
dikeluarkan melalui mulut.
·
Sistem
Peredaran
Alat
peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan
darah yan hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang
berupa sel-sel ameboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkat material
makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut oksigen dari
insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke
insang, dan mengangkat urea menuju alat ekskresi.
Pembuluh darah terdiri
atas sebuah jantung, tujuh buah arteria utama, dan sejumlah rongga-rongga yang
disebut sinus. Jantung beripa kantong berbentuk pelana di dalam sinus
pericardial dan terletak di dalam bagian pertengahan dorsal. Jantung terikat
pada dinding sinus pericardial dengan perantaraan 6 ligamen yang elastik. Tiga
pasang lubang yang dilengkapi dengan valva disebut ostia (bentuk tunggal ostium).
Ostia ini memungkinkan darah masuk kembali dari sinus yang melingkupinya.
Gambar: penampang melintang
udang. Tanda panah menunjukkan arah aliran darah (Anatomi, 2008)
Pada ujung anterior jantung mempercabangkan lima buah pembuluh arteri
yaitu (1) arteria ophthalmica terletak di pertengahan dorsal, berjalan
ke arah anterior di sebelah dorsal lambung, mengalirkan darah untuk pars
cardiaca ventriculli, esofagus, dan kepala, (2) dan (3) dua buah arteria
antennary terletak di kanan dan kirir arteria ophthalmica dengan
cabang-cabangnya menuju pars cardiaca ventriculli, antenna, alat-alat ekskresi,
dan menuju ke otot-otot dan jaringan lain di daerah kepala,(4) dan (5) dua buah
arteria hepatic, menuju ke kelenjar-kelenjar pencernaan. Sedangkan pada
ujung posterior jantung terdapat terdapat arteri abdomal dorsal.
Pembuluh darah ini mensuplai bagian dorsal abdomen. Arteria midi dekat
pangkalnya bercabang menuju ke arah bawah (arteri sternal) dan di daerah
ventral tubuh bercabang menjadi dua buah arteri yaitu yang menuju ke arah
anterior adalah arteri thoraxventral dan yang menuju ke arah posterior
tubuh adalah arteri abdominal ventral. Arteri torak ventral
bercabang-cabang menuju ke daerah torak
sebelah ventral serta ke apendik III sampai XIII. Sedangkan cabang-cabang
arteri abdominal ventral menuju ke daerah abdominal sebelah ventral dan apendik
di daerah abdomen.
Sinus
adalah rongga-rongga yang terletak di antara jaringan-jaringan yang menampung
darah dari arteri. Misalnya sinus pericardii yang telah disebutkan. Selain itu
di daerah thorax terdapat sinus yang besar (sternal sinus) dan sejumlah
pembuluh-pembuluh (branchiocardian canal) yang menghubungkan insang
dengan sinus pericardii. Saluran pencernaan di daerah sefalotorak juga
diselubungi oleh suatu sinus (pervisceral sinus).
Jantung
berkontraksi secara teratur, akibatnya darah akan mengalir ke seluruh bagian
tubuh melalui arteri. Setiap arteri dilengkapi dengan valva pada pangkalnya
untuk mencegah darah kembali. Cabang-cabang yang paling halus berupa pembuluh
kapiler yang bermuara ke dalam ruang-ruang di antara jaringan-jaringan, dan
kemudian darah mencapai sinus sternalis. Dari sini darah mengalir menuju ke
pembuluh-pembuluh afferent insang dan selanjutnya mencapai lembaran-lembaran
insang. Pada bagian ini terjadi pertukaran antara larutan asam karbonat dengan
oksigen dari air yang ada di dalam kamar insang. Kemudian darah mengalir ke
dalam pembuluh-pembuluh efferent, selanjutnya menuju ke sinus branchiocardiaca
dan akhirnya masuk ke dalam sinus percardii. Dari sinus ini darah masuk ke
dalam jantung melaui ostia. Valva pada ostia memungkinkan darah masuk ke dalam
jantung, tetapi menghalanginya mengalir kembali ke dalam sinus pericardii.
·
Sistem
Respirasi
Di
antara bagian lateral karapak (branchiostegit) dan dinding badan
terdapat rongga-rongga atau kamar-kamar berisi insang dan bagian ventral kamar
tersebut terbuka. Insang merupakan penjuluran dinding badan yang berbentuk bulu
dan mengandung pembuluh darah. Skafognatit (bagian berbentuk sadel) dari
maxilla II bergerak ke depan dan ke belakang menarik air yang kaya oksigen
menuju ke filamen insang.
·
Sistem
Ekskresi
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut “kelenjar
hijau” terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus. Setiap kelenjar
terdiri atas bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria terbentuk dari
dilatasi dinding yang tipis, dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu
pori terletak di bagian ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau
adalah membuang sisa metabolisme tubuh.
·
Sistem
Saraf
Sistem saraf udang mirip cacing
tanah, tetapi relatif lebih besar. Sistem saraf terdiri atas ganglion
supraesophageal (otak) yang bercabang ke saraf-saraf mata, antenula, dan
antena. Sepasang saraf penghubung yang berhubungan dengan ganglion
subesophageal yang terletak di belakang mulut bagian ventral. Ganglion
subesophageal merupakan gabungan dari 5 atau 6 pasang ganglion yang ketika masih
embrio terpisah. Saraf-saraf dari ganglion subesophageal bercabang ke anggota
tubuh, mulut, kelenjar hijau, dan otot-otot depan. Sepanjang tali saraf dari
segmen VIII sampai XIX terdaoat sepasang ganglion yang menyatu, dan meneruskan
saraf-saraf ke anggota tubuh, otot-otot,
dan organ-organ tubuh lainnya.
·
Alat-alat
Indera
-Mata
Sebagian besar Crustacea memiliki penglihatan yang baik. Mata berupa
mata majemuk yang terletak oada ujung tangkai yang dapat bergerak, jumlahnya
satu pasang, terletak di kanan dan kiri
rostrum. Disebut mata majemuk karena setiap mata tersusun atas beberapa
sub-unit yang disebut ommatidia. Setiap mata tertutup oleh kutikula
transparan yang disebut cornea, dimana terbagi-bagi menjadi area-area
bersisi empat oleh garis-garis halus. Setiap area persegi tersebut disbeut facet.
Setiap facet menutup setiap ommatidium. Di sebelah bawah setiap facet terdapat
kerucut kristal (crystalline cone). Sedangkan daerah fotoreseptif dari
ommatidium adalah retinula (“retina kecil”). Retinula ini biasanya
terdiri atas 7 atau 8 sel-sel retinula dan sel-sel retinula memiliki sejumlah
mikrovili paralel. Di bagian tengah gabungan sel-sel retinula membentuk rhabdom
yang merupakan sumbu tengah ommatidium. Rhabdom terdiri atas
fotopigmen-fotopigmen dan diperkirakan sebagai tempat tranduksi energi cahaya
ke dalam perubahan voltage yang akan menimbulkan potensial aksi. Potensial aksi
yang sebenranya merupakan inforrmasi tentang intensitas, warna, dan sudut dari
polarisasi cahaya yang diterima ommatidium akan dikirim ke ganglia
supraesofageal. Dengan cara demikian, mata majemuk Arthropoda menganalisis
sebuah stimulus visual sedikit demi sedikit, tanpa memfokuskan gambar ke dalam
retina. Ganglia supraesofageal agaknya mengintegrasikan informasi dari semua
ommatidia ke dalam beberapa jenis gambar berdasarkan stimulus visual. Namun
gambar tersebut hanya berupa bayangan yang disebut mosaik.
Beberapa Arthropoda memiliki
penglihatan warna yang baik. Hewan memiliki beberapa fotopigmen yang
masing-masing sensitif terhadap panjang gelombang berbeda. Beberapa udang
memiliki 10 fotopigmen yang berbeda, sedangkan maniusia hanya memiliki 3
fotopigmen. Adanya mikrovili dari sel-sel retinula yang tersusun paralel di
dalam rhabdom mengakibatkan beberapa Arthropoda mampu mendeteksi sudut
polarisasi cahaya. Kemampuan ini membantu hewan mengetahui posisi matahari
untuk navigasi, sekalipun saat matahari tertutup oleh mendung, garis pantai,
atau obyek lainnya.
Mata mejemuk Arthropoda secara umum
diadaptasikan untuk penglihatan tajam di dalam cahaya terang atau untuk
sensitifitas tinggi di dalam cahaya suram. Pada Crustacea dan serangga yang
aktif pada cahaya terang, maka setiap ommatidium terlindung dari ommatidium
lainnya oleh pigmen. Mata majemuk dari tipe ini disebut mata aposisi. Pada
mata aposisi ini cahaya difokuskan ke dalam retinula dari setiap ommatidum oleh
kerucut kristal (untuk hewan Crustacea) atau oleh cornea (untuk serangga). Mata
aposisi tersebut tampaknya diadaptasikan untuk penglihatan yang rinci. Mata superposisi lebih sensitif di
dalam cahaya redup. Pada Crustacea dan serangga yang aktif di malam hari, dalam
tempat teduh, atau di dalam air yang gelap, maka setiap retinula menerima
cahaya dari beberapa ommatidia sebab pada bagian tersebut kurang mengandung
pigmen. Selanjutnya kerucut kristal maupun cornea akan memfokuskan cahaya. Mata
superposisi tersebut tidak setajam mata aposisi, bahkan ketika cahaya terang
mata superposisi umumnya akan berkurang
sensitifitasnya dan meningkat ketajamannya dengan terjadinya pigmen yang
berpindah di sekitar ommatidia.
Gambar A.
Mata Majemuk Cambarus, terdiri atas sekitar 2500 ommatidia B. Sebuah ommatidum
mata udang pada cahaya terang. C. Sebuah ommatidium dari mata majemuk
superposisi seekor Crustacea yang diadaptasikan pada cahaya redup. Pigmen dari
sel-sel pigmen di sebelah distal dan basal membentik sebuah sarung yang
mengisolasi setiap ommatidum dari cahaya yang berasal dari ommatidia lainnya.
-Statocyst
Statocyst berfungsi sebagai alat keseimbangan. Letak organ tersebut
adalah di segmen basak setiap antenulla. Statocyst berbentuk kantong dan
dinding kantong tersebut tersusun atas zat khitin. Di dalam kantong terdapat
suatu peninggian yang disebut bantalan indera, dan terdapat tiga set rambut
dengan jumlah sekitar 200 buah rambut. Pada setiap bantalan indera akan
berhubungan dengan satu serabut saraf. Pada rambut-rambut itu terdapat sejumlah
butir-butir pasir yang disebut statolith. Statolith melekat pada rambut-rambut
dengan menggunakan zat hasil sekresi kelenjar-kelenjar yang terletak di bawah
bantalan indera. Kontak antara statolith dengan rambut-rambut tersebut akan
menentukan orientasi udang ketika berenang. Perubahan posisi tubuh udang akan
berpengaruh terhadap perubahan posisi statolith yang berhubungan dengan
gravitasi. Akan tetapi kemampuan orientasi ini akan menjadi lemah saat udang
mengalami ekdisis.
Gambar Statocyst (Elis, 2007)
·
Sistem
Otot
Otot-otot udang yang terdapat dalam tubuhnya menempel pada permukaan
sebelah dalam eksoskeleton. Pada prinsipnya otot di dalam tubuh udang terletak
di dalam abdomen. Otot tersebut digunakan untuk membengkokkan bagian-bagian
tubuh udang pada permukaan ventraltorak ke arah depan dan selanjutnya
menghasilkan gerak ke belakang pada saat berenang. Otot-otot lain berperan
untuk gerak yang lain. Otot yang terbesar terdapat di dalam apendik khususnya
di dalam cheliped.
·
Sistem
Reproduksi
Udang bersifat diosius, yang betina
memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan yang jantan. Alat reproduksi
udang jantan terdiri atas sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang
vesikula seminalis. Testis lunak berbentuk lonjong, berwarna putih, dan
terletak tepat di bawah sinus pericardii. Testis terbagi atas dua lobus, di
bagian depan testis tersebut menyatu. Sedangkan pada setiap ujung posterior
testis timbul vas deferens berupa pipa panjang berkelok-kelok dan bermuara pada
tungkai kaki jalan ke lima. Di dalam vas deferens setiap udang jantan terdapat
sekitar dua juta spermatozoa. Di dekat koksa vas deferens membesar membentuk
vesikula seminalis tempat menampung spermatozoa.
Pada udang betina, alat
reproduksinya terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk. Ovari berbentuk
sabit dan terletak tepat di bawah sinus pericardii. Bagian depan dan bagian
belakang dari kedua ovari saling berhubungan. Dari tengah-tengah kedua sisi
tiap ovari keluar oviduk pendek yang bermuara pada apertura genital dari
pasangan kaki jalan ketiga.
Pembuahan terjadi di luar tubuh.
Ketika musim reproduksi udang jantan dan udang betina mengadakan kopulasi. Pada
saat kopulasi spermatozoa akan ditampung dalam penampung sperma dari udang
betina, kemudian kedua hewan terpisah. Beberapa hari kemudian, udang beina
membersihkan daerah abdomennya menggunakan kaki renangnya. Kemudian udang
betina membalikkan tubuhnya, melipat tubuh, dan keluarlah sekresi berupa lendir
yang menyelaputi kaki renang. Kemudian ovum akan keluar dari oviduk sekitar 200-400 buah (diameter 2 mm) dan akan
dibuahi oleh spermatozoa yang keluar dari kantong penampung spermatozoa. Ovum
tersebut akan menempel pada kaki renang dan mendapat udara dari gerakan kaki
renang. Selanjutnya udang betina mengembalikan posisi tubuhnya. Telur tetap
melekat pada kaki renang sampai menetas, sekitar 5 minggu lamanya. Setiap anak
berupa udang kecil berukuran 4 mm dan transparan. Setelah anak udang mengalami
beberapa pergantian kulit, hewan akan menjadi dewasa.
Gambar Perkembangbiakan Udang
·
Sistem
Endokrin
Hormon berperan utama dalam
mengkoordinasikan fisiologi Crustacea. Organ endokrin yang terpenting adalah
kompleks X organ sinus gland (XOSG) complex yang
terletak dekat saraf optik. Organ endokrin lainnya yang juga penting adalah Y
organ, terletak pada bagian dasar setiap maksila. Diantara
hormon-hormon yang dihasilkan oleh sistem XOSG adalah molt-inhibiting hormone
(MIH). MIH tersebut akan merintangi terjadinya molting dengan menghambat
sekresi ekdison dari organ Y. Ketika terjadi perubahan lingkungan sekitarnya
seperti perubahan suhu atau panjang hari, maka sekresi organ X terhambat dan
organ Y terstimulus untuk untuk mensekresi ekdison. Oleh karean itu terjadinya
molting hanya ketika adanya perubahan lingkungan yang akan memicu kerja organ
Y.
Komplek XOSG juga mensekresi hormon
yang berfungsi mengontrol kromatofor, sehingga memungkinkan hewan mengubah
warna kulitnya. Salah satu hormon menyebabkan pigmen menjadi lebih
terkonsentrasi di sebelah dalam kromatofor merah, akibatnya warna kulit hewan
menjadi kurang merah. Hasil sekresi lain dari sistem XOSG adalah crustacean
hyperglycemic hormone yang analog dengan adrenalin dan glukagon dalam
hewan Vertebrata. Fungsi hewan tersebut adalah meningkatkan pengubahan glikogen
yang disimpan menjadi glukosa. Sistem XOSG juga mensekresi distal retinal-pigment
hormone yang berperanan membantu proses adaptasi mata majemuk dalam
cahaya redup.
Udang karang dan Crustacea lain yang
berkerabat dekat memiliki juga androgenic glands, dimana akan
menyebabkan sifat maskulin. Kelenjar androgenik tersebut dalam tubuh hewan
betina mengalami kemunduran, sedangkan di dalam tubuh hewan jantan berkembang
baik. Jika karena suatu sebab, kelenjar-kelenjar androgenik di dalam tubuh
hewan jantan dipindahkan oleh parasit-parasit tertentu, maka hewan jantan
tersebut menjadi feminis baik dalam struktur maupun prilakunya. Namun jika kelenjar-kelenjar
androgenik ditanamkan ke dalam tubuh hewan betina, maka fungsi ovari berubah
menjadi fungsi testes dan hewan tersebut setelah mengalami molting berikutnya
akan mirip seekor hewan jantan.
·
Regenerasi
dan Autotomi
Udang memiliki daya regenerasi pada
bagian-bagian tubuh yang rusak atau hilang. Regenerasi dapat terjadi terutama
pada bagian-bagian ekstremitas yang rusak atau dipotong. Pertumbuhan
jaringan-jaringan pada organ yang mengalami regenerasi lebih sering terjadi dan
lebih cepat pada hewan-hewan muda. Struktur baru tidak selalu sama dengan yang
digantikan. Contohnya pada Orconectes pellucidus testii memiliki mata
yang tidak berfungsi. Namun setelah terjadi regenerasi, terbentuk bangunan
semacam antena yang berfungsi sebagai alat peraba. Regenerasi semacam ini
disebut heteromorfosis karena struktiur baru tidak serupa dengan
struktur yang digantikan.
Udang juga memiliki kemampuan
autotomi yaitu pemutusan kaki pada titik-titik tertentu. Sebenarnya fenomena
ini juga terjadi pada hewan lainnya. Pada udang yang sangat menarik berkaitan
dengan proses regenerasi adalah titik pemutusan tertentu yang terletak dekat
dasar kaki jalan. Jika chela (capit) terluka, maka akan dipatahkan pada titik
pemutusan. Sedangkan jika kaki jalan lainnya terluka, kemungkinan akan
dipatahkan pada persendian bebas antara segmen kedua dan ketiga. Selanjutnya
tumbuh kaki baru yang berkembang dari sisa ujung kaki yang buntung, tetapi
ukurannya lebih kecil.
Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan
ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
1)
Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
a) Branchiopoda
b) Ostracoda
c) Copepoda
d) Cirripedia
2)
Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
a) Isopoda
b) Stomatopoda
c) Decapoda
1. Entomostraca (udang tingkat rendah)
Kelompok Entomostraca umumnya merupakan
penyusun zooplankton, ia melayang-layang di dalam air dan merupakan makanan
ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk Entomostraca antara lain :
a) Branchiopoda
Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun
zooplankton. Pembiakan
berlangsung secara parthenogenesis.
Contoh: Daphnia
pulex dan Asellus aquaticus.
Gambar Daphnia pulex dan Asellus
aquaticus.
b) Ostracoda
Hidup di air
tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena.
Contoh: Cypris
candida, Codona suburdana
Gambar
Cypris candida
c) Copepoda
Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi
tubuhnya jelas.
Contoh: Argulus
indicus, Cyclops.
Gambar Argulus indicus, Cyclops.
d) Cirripedia
Tubuh dengan
kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat
pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit. Cara hidup Cirripedia beraneka
ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar
kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.
Contoh: Lepas atau
Bernakel, Sacculina
Gambar Bernakel
2. Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang
hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada
yang bersatu serta perut (abdomen). Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo,
yaitu Isopoda, Stomatopoda
dan
Decapoda.
a) Isopoda
Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh:
- Onicus asellus (kutu perahu), Limnoria lignorum. Keduanya adalah pengerek
kayu.
Gambar Kutu Perahu Onicus
asellus
b) Stomatopoda
Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah
dan mempunyai warna yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapui
dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan antena.
Contoh: Squilla empusa (udang
belalang)
c) Decapoda (si kaki sepuluh)
Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam.
Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok udang yang sangat
penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak digunakan sebagai
sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya adalah udang, kepiting,
ketam dan rajungan. Kepala – dada menjadi satu (cephalothorax) yang
ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki
sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa
yang hidup di laut. Beberapa contoh Decapoda berikut uraiannya, yaitu:
- Udang
1. Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau, enak
dimakan dan banyak dibudidayakan.
2. Macrobrachium rasenbengi (udang galah), enak dimakan, hidup di air
tawar dan payau.
3. Cambarus
virilis (udang air tawar)
4. Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak memiliki kaki
catut.
5. Palaemon carcinus (udang sotong)
-
Ketam
1.
Portunus sexdentatus (kepiting)
2.
Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp.
3.
Parathelpusa maculata (yuyu)
4.
Scylla serrata (kepiting)
5.
Birgus latro (ketam kenari) (Irnaningtyas, tanpa tahun)
2.3.4.4
Kelas Insecta
Berdasarkan jumlah spesies, jumlah
individu, dan rentangan habitatnya, Insekta memiliki keberhasilan yang sangat
besar. Hasil penelitian Terry Erwin (1983 dalam Harris, 1992) tentang
penggunaan insektisida yang bersifat biodegradasi di dalam hutan Amazon,
memperlihatkan bahwa ditemukan banyak spesies Insekta baru yang keluar dari
kanopi hutan Amazon dan diperkirakan jumlah total spesies Insekta mencapai 50
juta. Keadaan ini kira-kira 35 kali jumlah spesies yang telah dideskripsikan
dari semua organisme yang hidup. Sampai saat ini, lebih dari 750.000 spesies
Insekta telah diberi nama, namun jumlah spesies Insekta yang belum bernama jauh
lebih banyak. Setiap tahun para ahli mendeskripsikan ratusan spesies Insekta
baru.
Kelas Insekta merupakan kelompok
yang melimpah pada lingkunagn terrestrial dan air tawar. Walaupun beberapa
diantaranya merupakan Insekta berbahaya, namun ada juga yang berguna dalam
mengontrol hama dan penyerbukan tanaman. Beberapa gambaran khusus yang
berperanan dalam keberhasilan Insekta terrestrial adalah sebagai berikut :
- Pelindung eksoskeleton yang
memungkinkan untuk gerak dan terbang.
- Sistem respirasi trakheal yang
menghambat hilangnya air.
- Tubulus malpighi, berfungsi
mengeluarkan sisa nitrogen berupa asam urat yang bercampur dengan feses
yang mengandung sedikit air.
- Adaptasi perilaku, biokimia, dan
anatomi.
- Mekanisme reproduksi, termasuk
tingginya potensial biotik.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang Insekta,
berikut akan dibahas belalang (Dissosteira carolina) sebagai salah satu
anggotanya.
Ø
Morfologi
Luar
·
Eksoskeleton
Belalang memiliki eksoskeleton yang berfungsi melindungi organ-organ
dalam. Eksoskeleton berupa kutikula yang terdiri atas zat khitin dan terbagi
menjadi segmen-segmen. Antara segmen satu dengan lainnya terdapat sutura
yaitu bagian yang lunak, dan berfungsi untuk memudahkan pergerakan abdomen,
sayap, kaki, antena, dan lain-lain. Setiap segmen tubuh tersusun dari
potongan-potongan terpisah yang dikenal sebagai sklerit. Beberapa sklerit dari
segmen khusus tidak dapat dibedakan sehingga sutura tidak berfungsi lagi. Tubuh
belalang dibedakan menjadi 3 kelompok segmen, yaitu kepala (caput), dada
(torak), dan perut (abdomen).
·
Kepala
(Caput)
Kepala pada dasarnya tersusun atas 6
segmen yang berfusi. Keenam segmen tersebut tidak tampak lagi pada hewan
dewasa, tetapi pada saat embrio teramati. Bukti adanya keenam segmen pada saat
dewasa yaitu terlihat adanya apendiks yang meliputi preoral, antena,
intekalari, madibula, maksila, dan
labial.
Eksoskeleton kepala dikenal sebagai epicranium
yang terletak di sebelah belakang, merupakan daerah diantara dan di belakang
mata. Genae merupakan bagian yang terletak di kedua sisi lateral kepala bagian
depan. Sedangkan sklerit empat persegi panjang yang terletak di bawah
epicranium depan disebut clypeus.
Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Mata
majemuk dilindungi oleh bagian transparan dari kutikula yaitu cornea,
yaitu disebut sebagai facet.
Setiap facet merupakan ujung terluar dari suatu unit yang disebut ommatidium.
Adanya struktur ini akan memberikan gambaran mosaic seperti pada udang. Di
antara beberapa serangga, kemungkinan belalamg memilki mata sederhana atau occelus
(jamak : ocelli) di daerah kepala bagian atas serta di tepi ssebelah dalam mata
majemuk. Mata sederhana ini terdiri dari sekelompok sel-sel penglihatan yaitu retinula
dan dibagian tengahnya terdapat batang optic yaitu rhabdom. Bagian
terluar mata sederhana terdapat lensa transparan yang merupakan modifikasi dari
kutikula.
Selain mata, terdapat juga sepasang
antena yang panjang dan sangat mobil (bergerak-gerak). Antena belalang
berbentuk benang dan tersusun atas sejumlah segmen. Pada antena terdapat
rambut-rambut sensori yang kemungkinan berfungsi sebagai indra pembau.
·
Mulut
Bagian-bagian mulut belalang diantaranya adalah : Labrum atau
bibir atas terletak di sisi ventral clypeus. Di sebelah bawah labrum
terdapat organ yang bentuknya seperti lidah yaitu hypopharynx. Di setiap sisinya terdapat rahang keras mandibul.
Permukaan rahang ini bergigi untuk menggiling makanan. Di sebelah bawah
mandibula terdapat sepasang maxilla. Setiap maxilla terdiri atas cardo
(bagian basal), stipes (bagian tengah), lacinia (berbentuk kurva
panjang, galea (bentuknya panjang sedikit bulat), dan pallpus
maxillary. Labium atau bibir bawah terdiri atas submentum (bagian
basal), mentum (bagian tengah), ligula (berjumlah dua, merupakan
penutup yang dapat bergerak), dan palpus labial yang terdapat di setiap
sisinya. Labrum dan Labium berperan memegang makanan di antara mandibula dan
maxilla yang bergerak secara lateral untuk menggiling makan tersebut. Sedangkan
palpus maxillary dan palpus labial berfungsi untuk membedakan jenis makanan
karena adanya organ-organ indera.
·
Dada
(Thorax)
Dada (thorax) terdiri
atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior), mesothorax (tengah), dan metathorax
(posterior). Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksosekeleton, di bagian dorsal di
sebut tergum, di sisi lateral disebut pleura, dan dibagian
ventral disebut sternum. Pada mesothorax dan metathorax masing-masing
terdapat sepasang sayap. Sayap pada segmen mesothorax merupakan sayap anterior
dan disebut tegmina atau elytra. Istilah tegmina digunakan untuk
sebutan sayap anterior dari anggota Ordo Orthopthera (contohnya : belalang),
sedangkan istilah elytra digunakan untuk sebutan sayap anterior anggota Ordo
Coleoptera (contohnya : kumbang). Sayap pada segmen metathorax merupakan sayap
posterior. Ditinjau dari strukturnya sebuah sayap terdiri dari membrane atas
dan membrane bawah. Sayap sebenarnya merupakan perluasan dari kutikula yang
diperkuat dengan anyaman vena dan saraf yang bercabang-cabang. Di dalam
vena sayap terdapat trachea dan serabut saraf yang halus. Sayap anterior merupakan lembaran tebal tidak
tembus cahaya, sedang sayap posterior berupa lembaran tipis dan transparan.
Pada waktu istirahat,sayap posterior
terdapat di bawah sayap anterior. Berdasarkan perbandingan dari aneka ragam
sayap, pada dasarnya tetap mengikuti prinsip rangkaian vena longitudinal dari
anterior menuju ke posterior yaitu :
- Kosta; tidak bercabang, terletak pada atau
di tepi sayap.
- Subkosta; ujungnya bercabang dua, dan
mendekati ujung basal ada kemungkinan berhubungan dengan kosta melalui
vena humeral.
- Radius; dengan dua cabang , cabang ke-1
tidak bercabang, sedangkan cabang ke-2 disebut sector radial dan ujung
dari sector radial bercabang.
- Media; kedua cabang menghasilkan 4 cabang.
- Kubitus; cabang dari kubitus menghasilkan
dua sampai tiga cabang.
- Anal; vena yang tidak dan bernomor
ke-1,ke-2,ke-3 dan seterusnya. Penomoran ini di mulai dari sisi anterior
menuju ke posterior.
Di sisi mesothorax dan metathorax terdapat spirakel yang merupakan
lubang dari system respirasi. Setiap semen dada membawa sepasang kaki. Setiap
kaki tersusun atas segmen. Kelima segmen tersebut dari proksimal ke distal
sebagai berikut.
1.
Coxa,bersendi
dengan tubuh
2.
Trochanter,
kecil berbentuk segitiga.
3.
Femur, khusus
famur dari metathorax ( kaki ke-3) membesar dan mengandung otot yang digunakan
untuk melompat.
4.
Tibia, ramping
dan berduri.
5.
Tarsus, terdiri
atas 3 segmen yang tampak, salah satu
yang bersendi dengan tubia memiliki 3 bantalan pada permukaan ventral.
Seadangkan segmen pada ujung dilengkapi sepasang cakar yang terletak di sie
antara lubus berdaging.
·
Perut
(abdomen)
Jumlah segmen abdomen embrio insekta adalah 11
dan masing-masing segmen membawa sepasang apendik rudimenter. Sedangkan pada
insekta fase dewasa abdomennya tidak memiliki apendik dan sejumlah segmen
biasanya mereduksi. Segmen pertama abdomen belalang berfusi dengan metathorax.
Hasil penggabungan ini hanya terdiri atas tergum saja, dan di setiap sisi
segmen ini terdapat sebuah membran tympani berbentuk oval yang merupakan
penutup sebuah kantung pendengaran. Pada segmen ke 9 dan ke 10, sternumnya
berfusi, sedangkan tergumnya hanya sebagian saja yang berfusi. Segmen ke 11
hanya terdiri atas tergum saja dan membentuk alat genitalia. Pada hewan jantan
terdiri atas lempeng subgenital, 2 lempeng podical, dan 2 cerci.
Sedangkan pada hewan betina memiliki 2 lempeng podical, 2 cerci, dan 3 pasang
lempeng yang dapat digerakkan dimana membentuk ovipositor, alat untuk
meletakkan telur (Kastawi, 2005).
Ø
Anatomi
dan Fisiologi
System organ yang dimiliki belalang sama
seperti yang dimiliki hewan tingkat tinggi. System organ tersebut terletak di
dalam rongga tubuh yang terisi darah (hemocoel). System organ belalang adalah
sebagai berikut.
·
Sistem
Otot
Otot yang dimiliki belalang tergolong otot
lurik, bersifat sangat lunak dan lembut, tetapi cukup kuat. Di daerah perut
otot tersebut tersusun bersegmen-segmen. Otot ini membantu gerak dari
mandibula, sayap, kaki di daerah metatorak, dan ovipositor.
·
Sistem
Pencernaan
Saluran pencernaan pada dasarnya meliputi usus
depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan terdiri atas faring
yang merupakan kelanjutan dari mulut dan terletak di daerah kepala yang di
setiap sisinya terdapat kelenjar ludah, kemudian esophagus yang membesar
membentuk tembolok dan terletak di daerah mesotorak dan metatorak.organ
selanjutnya adalah proventrikulus yang berperan sebagai organ
penggiling. Usus tengah meliputi lambung yang bagian posteriornya masuk
ke dalam abdomen. Pada permukaan lambung terdapat 16 kantong berbentuk kerucut
yaitu gastric-ceca yang berperan menghasilkan enzim-enzim pencernaan,
dan hasil sekresi ini akan diberikan kepada lambung. Sedangkan usus belakang
tersusun atas usus yang membesar dan usus kecil yang meluas ke dalam rectum,
dan anus sebagai muara akhir saluran pencernaan. Pada ujung anterior usus besar
terdapat tubulus malphigi (Kastawi, 2005).
·
Sistem
Sirkulasi
Organ sistem sirkulasi berupa pembuluh tunggal
yang diselubungi sinus perikardii dan terletak di tengah-tengah sepanjang tubuh
dalam rongga abdomen. Pembuluh tersebut dianggap sebagao “jantung” belalang.
Jantung ini terbagi menjadi kamar-kamar yang tersusun segmental. Masing-masing
kamar memiliki hubungan dengan sinus perikardii melalui sepasang ostia yang
terletak di lateral jantung. Ujung anterior jantung membentuk sebuah aorta yang
menuju ke daerah kepala ke dalam hemocoel di daerah kepala. Pada saat jantung
berkontraksi secara bergelombang dari posterior ke anterior, ostia tertutup
oleh katup, dan darah didorong ke anterior. Selanjutnya darah keluar dari
jantung menuju organ-organ yang terdapat di dalam hemocoel. Darah terdiri atas
plasma dan sel-sel darah putih (leukosit). Fungsi darah adalah hanya membawa
zat-zat makanan, tidak berperan dalam respirasi (Kastawi, 2005).
·
Respirasi
System respirasi terdiri atas susunan pipa-pipa
udara atau trachea yang bercabang-cabang membentuk anyaman yang membawa
udara ke seluruh bagian tubuh. Trachea terdiri atas selapis sel yang berkhitin.
Batang pokok trachea membentuk penebalan serupa spiral untuk mencegah rusaknya
trachea dari kerusakan akibat gerakan dari bagian tubuh hewan. Batang pokok
trachea tersebut berhubungan dengan lingkungan luar melalui aperture yang
berpasangan yaitu spirakel atau stigmata yang tersusun segmental.
Dikenal 10 pasang spirakel, 2 pasang terletak di daerah torax (pro dan
metathorax) dan satu pasang pada masing-masing segmen dari delapan segmen,
mulai dari segmen pertama abdomen. Setiap spirakel memiliki sebuah katup yang
berperan mengurangi hilangnya air dari cairan tubuh, dan melindungi dari
parasit, partikel-partikel, dan air. Katup spirakel membuka sebagai respon dari
tingginya kadar CO2 di dalam hemolimfe. Batang trachea yang besar
bercabang-cabang menjadi cabang trachea yang semakin kecil. Pola yang
dihasilkan dari rangkaian cabang trachea tersebut berbeda-beda tergantung
spesiesnya. Cabang trachea yang sangat tipis adalah tracheolus, dan
secara umum memiliki diameter lebih kurang 0,1 µm. Tracheolus berhubungan
langsung dengan jaringan dan berperanan mensuplai kebutuhan oksigen serta
membawa CO2 hasil metabolism tubuh. Ujung akhir tracheolus yang
terletak pada otot atau organ lainnya berupa ujung buntu dan terisi cairan.
Selama otot berkontraksi kensentrasi cairan tubuh di sekitar tracheolus
meningkat.
Keadaan ini menyebabkan cairan dalam tracheolus
berdifusi ke luar, sehingga membawa oksigen menuju ke bagian yang memerlukan.
Setelah aktivitas otot berhenti, hasil-hasil metabolic akan mengubah tekanan
osmotic cairan sel, akibatnya air kembali ke dalam tracheolus. Pada belalang
dan serangga tertentu, tracheanya meluas menjadi kantong udara berdinding
tipis. Udara keluar dan masuk ke dalam system trachea akibat kontraksi dan
perluasan abdomen. Pada belalang 4 pasang spirakel pertama membuka saat
inspirasi dan menutup saat ekspirasi. Sedangkan 6 pasang spirakel lainnya
tertutup saat inspirasi dan membuka saat ekspirasi.
·
Ekskresi
Proses ekskresi dan osmoregulasi serangga
bergantung pada tubulus malphigi dan rektumnya. Setiap serangga memiliki 2
sampai dengan ratusan tubulus malphigi yang tipis. Tubulus malphigi umumnya
berwarna kuning dan memiliki otot untuk menjaga pergerakannya di dalam
hemocoel. Salah satu ujung dari setiap tubulus malphigi melekat pada perbatasan
antara usus tengah dan usus belakang. Sedangkan ujung lainnya tidak melekat
atau jika melekat yaitu ke rectum.
Tekanan darah hewan sangat rendah,
mengakibatkan tubulus malphigi secara aktif mengabsorpsi ion-ion khususnya
potassium (K+) dari hemolimfe dan air yang mengandung ion-ion secara
osmotic. Ion potassium tersebut berasal dari potassium karbonat di dalam
hemolimfe. Di dalam air yang masuk ke dalam tubulus malphigi terlarut juga molekul-molekul termasuk asam
urat. Cairan yang berada di dalam tubulus malphigi tersebut kemudian masuk ke dalam usus
belakang bercampur dengan sisa proses pencernaan. Di dalam usus banyak ion-ion
yang diserap kembali dan dikembalikan ke hemolimfe. Pada insecta yang bersifat
herbivore di dalam fesesnya banyak mengandung ion K+. Ion tersebut
berasal dari tanaman yang merupakan makanannya. Ketika feses melewati rectum
maka rectal pad menyerap kembali air dan mengembalikannya ke dalam
hemolimfe. Akibatnya feses sangat kering dan di dalamnya mengandung asam urat.
Beberapa spesies serangga, seperti belalang gurun Schistocerca gregaria
maka semua air yang masuk ke dalam tubulus malphigi akan dikembalikan lagi ke
dalam hemolimfe melalui penyerapan kembali oleh rectal pad. Pada dasarnya
adanya kemampuan tubulus malphigi untuk mengekskresikan asam urat dan sangat
sedikitnya kehilangan cairan tubuh dalam proses ekskresi merupakan faktor
penting dalam keberhasilan serangga hidup di lingkungan terestrial.
· Sistem Saraf
Otak terletak di daerah kepala bagian
dorsal, terdiri dari 3 pasang ganglion yang berfusi. Ganglion-ganglion tersebut
berperan mengatur mata antenna, dan lubrum. Otak berhubungan dengan ganglion
subesofageal melalui circumesophageal connective. Ganglion tersebut terdiri
dari 3 pasang ganglion anterior dari rangkaian saraf ventral yang berfusi
bersama dan berfungsi mengatur bagian-bagian mulut. Selanjutnya kea rah posterior
berhubungan dengan sepasang ganglion besar di setiap segmen thorak. Ganglion
yang terdapat di dalam segmen metatorak merupakan ganglion terbesar, dan
sebenarnya merupakan gabungan dari ganglion segmen metatotorak dengan ganglion
segmen pertama abdomen. Di dalam abdomen terdapat 5 pasang ganglion. Pasangan
ganglion pada segmen kedua abdomen sebnarnya merupakan gabungan dari pasangan
ganglion dari segmen kedua dan ketiga abdomen. Sedangkan pasangan ganglion pada
segmen ketujuh merupakan gabungan dari ganglion pada segmen ke tujuh sampai
kesebelas abdomen. Otot,
saluran pencernaan, dan spirakel berhubungan dengan otak melalui system saraf
simpatetik.
Gambar: komponen dari otak insekta (Anonim,2009)
·
Organ-organ Indera
Belalang memiliki organ penglihatan,
pendengaran, peraba, perasa, dan pembau.
Organ penglihatan berupa mata majemuk dan ocelli. Daya lihat mata majemuk in
sama seperti yang dimiliki udang yaitu menghasilkan bayangan mozaik. Sedangkan
ocelli mungkin tidak digunakan untuk melihat obyek, tetapi hanya organ yang
peka terhadap cahaya. Organ pendengaran terletak di lateral tergit dari segmen
pertama abdomen. Organ tersebut terdiri dari tympani yang direntang di dalam
cincin berkitin yang bentuknya hamper bulat. Organ peraba berupa bentukan seperti
rambut yang terletak di permukaan berbagai bagian tubuh belalang, tetapi
khususnya di permkaan antenna. Organ perasa terletak di dalam bagian-bagian
mulut, sedangkan antenna merupakan organ pembau.
·
Sistem
Reproduksi
Belalang betina dapat dengan dengan
mudah dibedakan dai belalang jantan karena adanya ovipositor. Hewan betina
memiliki dua ovari yang masing-masing terdiri dari sejumlah filamen yang
disebut tubulus ovari. Setiap
filament ovari mengandung oogonia, dan oocyt yang tersusun dalam seri linier.
Selain itu juga berisi nurse cells dan sel-sel jaringan lainnya. Ke arah
posterior filament ovari semakin mebesar, sehingg tampak tubulus itu makin
melebar ke arah posterior. Pada setiap ovari, ujung posterior semua s filament
menempel pada oviduk yang merupakan saluran pelepasan telur. Kemudian kedua
oviduk bergabung membentuk vagina, selanjutnya menuju ke lubang kelamin yang
terletak di antara lempeng-lempeng ovipositor. Seminal receptacle atau
spermatheca membuka kea rah vagina. Fungsi organ tersebut adalah menerima
spermatozoa selama kopulasi, dan spermatozoa tersebut akan dilepaskan kembali
saat membuahi sel telur. hewan jantan
memiliki dua testis, tempat spermatozoa berkembang. Selanjutnya spermatozoa
akan dilepas ke dalam vas deferens. Kedua vas deferens bergabung membentuk
duktus ejakulatori yang membuka ke permukaan dorsal dai lempeng subgenital. Di
ujung anterior, duktus ejakulatori terdapat kelenjar sensori yang fungsinya
mengahasilkan cairan. Cairan itu berfungsi membantu dalam proses memindahkan
spermatozoa ke hewan betina.
Belalang
muda yang keluar dari telur disebut nympha. Hewan ini mirip dengan induknya
tetapi memiliki kepala yang besar dibandingkan badannya dan tidak memiliki
sayap. Oleh karena terjadi pertumbuhan, maka tubuhnya menjadi besar. Akibatnya
hean akan mengalami molting beberapa kali. Sayap secara bertahap tumbuh dari tunas sayap
sampai mencapai fase dewasa. Jenis perkembangan belalang tersebut dikenal
sebagai metamorfosis sederhana.
(A) (B)
Gambar : organ
reproduksi insekta (Anonim, 2006) (A) organ reproduksi betina, (B) organ
reproduksi jantan
Pada dasarnya yang dimaksud
metamorfosis adalah perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa
melalui tahap-tahap tertentu.
Ada dua macam metamorfosis yaitu :
- metarmofosis
sempurna atau metamorfosis lengkap (metamorfosis tipe holometabola),
diawali dari telur, larva, kepompong (pupa), dan bentuk dewasa (imago).
Contohnya, antara lain: pada kupu-kupu, kumbang, dan lebah;
- metamorfosis
tak sempurna atau metamorfosis sederhana (metamorfosis tipe hemimetabola),
diawali dari telur, nympha, dan imago. Contohnya antara lain pada
belalang, kecoa, dan laron.
v Klasifikasi Insekta
Klasifikasi Insekta menurut Engenmann dan Hegner sebagai berikut
Kelas Insekta
Sub-kelas
1.
Apterygota
Ordo Thysanurida, contoh: silverfish: kutu buku
Ordo Collembolida, contoh: sprngtails: Colllembola
2. Palepterygota
Ordo Ephemeroptera, contoh: mayfly
Ordo Odonata, contoh: dragonflesy: capung
3. Exopterygota
a. Super-ordo Orthopteroidea
Ordo Orthoptera, contoh: cokroac: kecoa;
grasshopper: belalang.
Ordo Isoptera, contoh: termite: rayap
Ordo Emibioptera, contoh: web-spinner
Ordo Plecoptera, contoh: stoneflies
Ordo Dermaptera, contoh: earwings
Ordo Zoraptera, contoh: zorapterans
b. Super-ordo Hemipteroidea
Ordo Psocoptera, contoh: book lice
Ordo Thysanoptera, contoh: thrips
Ordo Homoptera, contoh: plant lice
Ordo Hemiptera, contoh: bugs
Ordo Mallophagida, contoh: bord lice
Ordo Anoplurida, contoh: sucking lice
4. Endopterygota
Ordo
Neuroptera, contoh: aphis-lions
Ordo
Coleoptera, contoh: beetles: kumbang
Ordo
Strepsiptera, contoh: stylopids
Ordo
Mecoptera, contoh: scorpionflies
Ordo
Trichoptera, contoh: caddisflies
Ordo
Lepidoptera, contoh: kupu-kupu
Ordo
Diptera, contoh: flies
Ordo
Siphonaptera, contoh: kutu
Ordo
Hymenoptera, contoh: semut
Ø Sub-kelas Apterygota
Anggota
Sub-kelas Apterygota terdiri atas serangga yang tidak memiliki sayap dan tidak
mengalami metamorfosis. Hewan muda pada fase instar memiliki ciri seperti hewan
dewasa. Pada bagian abdomen memiliki apendik ventral (styli) dan biasanya
dilengkapi dengan cerci.
·
Ordo
Thysanurida
Serangga
tidak bersayap primitif, ukuran tubuh 30mm (1cm), antena panjang terdiri dari
segmen-segmen, tipe mulut pengunyah, tubuh biasanya bersisik, abdomen terdiri
dari 11 segmen, biasanya dilengkapi dengan 2 atau 3 apendik caudal yang
bersegmen dan berbentuk filiform (jika memiliki 3 apendik caudal maka 2 apendik
yang terletak paling luar adalah cerci, sedangkan apendik tengah merupakan
filamen caudal), bergerak cepat atau dengan cara meloncat. Contoh: Lepisma
saccharina (silverfish: kutu buku), dan Campodea staphylinus
Gambar: thysanura ( Anonim,2009)
·
Ordo
Collembolida
serangga
tidak bersayap; ukuran tubuh mikroskopis sampai sekitar 5mm; tubuh berwarna
atau putih; antena terdiri dari 4 sampai 6 segmen; tipe mulut pengunyah atau
penghisap; tidak memiliki trachea, mata majemuk, tubulus malphigi, dan tarsi;
abdomen terdiri dari 6 segmen; memiliki organ untuk melompat (furcula) yang
terletak pada segmen keempat bagian abdomenny; pada segmen pertama abdomen
terdapat bentukan seperti tabung (collophore) yang berfungsi untuk melekat pada
permukaan substrat dengan bantuan sekresi dari kelenjar yang terletak di
belakang labium.
Gambar:
collembolida (Carrel, 2006)
Ø Sub-kelas Palapterygota
Serangga
memiliki sayap pada fase dewasa, sayap tidak bisa melipat dan terletak di
dorsal abdomen. Fase nympha bersifat akuatik dengan mengalami metamorfosis
sederhana. Adaya tunas sayap pada nympha
·
Ordo
Ephemeroptera (Ephemerida)
Panjang
tubuh dapat mencapai 25mm; bersifat hemimetabola; tubuh lunak; bagian-bagian
mulut untuk mengunyah dan pada hewan dewasa hanya tinggal sisa saja; antena
pendek; sayap 2 pasang dan berwujud membran, sayap depan berukuran lebih besar
daripada sayap belakang, pada saat hewan istirahat maka sayap ditarik vertikal
di dorsal tubuh; pada bagian ujung abdomen memiliki filamen caudal dan cerci
yang sangat panjang. Nympha bersifat akuatik, memiliki insang tracheak yang
terletak di lateral tubuh; makanan berupa tumbuhan; peristiwa molting ada yang
sampai 21 dan lama fase nympha ada yang sekitar beberapa bulan, bahkan ada yang
selama 3 tahun; akhirnya nympha akan menuju ke permuakaan air dan akan
berkembang menjadi sub-imago, kemudian mengalami molting menjadi hewan dewasa
(imago). Fase imago sangat singkat hanya beberapa jam atau beberapa hari,
melakukan reproduksi kemudian mati tanpa melakukan aktivitas makan. Contohnya
adalah Ephemera (mayfly).
(A) (B)
Gambar: Ephemeroptera Galactica
(A)hewan fase dewasa ,(B) fase
nympha
·
Ordo
2. Odonata
Bersifat hemometabola,
mulut pada hewan dewasa bertipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap berwujud
membran, sayap belakang lebih besar dibandingkan sayap depan, memiliki mata
majemuk yang besar tersusun atas omatidia yang jumlahnya mencapai 30.000,
antenanya kecil, nympha bersifat akuatik. Hewan fase nympha dan dewasa semuanya
bersifat predator, pada hewan dewasa kaki tidak digunakan untuk bergerak tetapi
digunakan untuk menangkap serangga lain pada saat terbang. Perkawinan
berlansung di udara, telur diletakkan di atas air atau diselipkan pada tumbuhan
air. Peristiwa molting 11 sampai 15 kali dan lama fase nympha ada yang selama 3
bulan bahkan ada yang sekitar 5 tahun. Contoh : Macromia magnifica (capung), Ischnura
cervula (capung jarum)
Gambar: dragonfly (capung) (Anonim,
2008)
Gambar: damselfly (capung jarum) (Anonim, 2008)
Ø Sub-kelas Exopterygota
Serangga bersayap, mengalami
metamorfosis sederhana (hemimetabola). Pada instar nympha akhir dari spesies
bersayap memperlihatkan tunas sayap yang berkembang secara eksternal. Serangga
Exopterygota dikelompokkan menjadi 2, yaitu : (1) serangga paleopterous yang
meliputi Ephemeroptera dan Odonata, yang diperkirakan serangga bersayap tipe
primitif yang saat ini banyak yang sudah punah, (2) sisanya adalah serangga
exopterygota neopterous, memiliki sayap yang lebih berkembang dan sayap dapat
dilipat pada abdomen bagian dorsal. Kelompok serangga neopterous dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Orthopteroids, meliputi serangga yang
memiliki cerci, mulut biasanya tipe pengunyah, sayap memiliki banyak vena yang bercabang-cabang,
serta sayap belakang berukuran besar, (2) hemipteroids, meliputi serangga yang
tidak memiliki cerci, tipe mulut merupakan modifikasi dari tipe pengunyah,
sayap memiliki sedikit vena yang bercabang-cabang, sayap belakang berukuran
sama atau lebih kecil daripada sayap depan, dan nympha tidak memiliki ocelli.
§ Super-Ordo 1. Orthopteroidea (meliputi serangga yang memiliki cerci)
Ordo 1. Orthoptera
Tubuh berukuran
medium sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 2
pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, serta
disebut tegmina, sayap belakang berupa membran dan dapat dilipat seperti kipas
dan terletak di bawah sayap depan, pada beberapa spesies sayap berupa sisa saja
atau tidak bersayap. Contoh: Stagmomantis
carolina (belalang sembah), Periplaneta americana (kecoa amerika), Acheta domesticus (jengkerik), Scapteriscus didactylus (orong-orong).
Gambar Stagmomantis Carolina Gambar Acheta
Domesticus
(Anonim, 2007) (Anonim,
2007)
Gambar:
Scapteriscus Didactylus (Anonim, 2007)
Ordo 2. Isoptera
Tubuhnya lunak,
bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap sempit
atau tidak bersayap, torak berhubungan klangsung dengan abdomen yang berukuran
besar. Merupakan serangga sosial. Contohnya adalah rayap. Rayap terdiri dari 4
kasta meliputi : (1) Kasta reproduksi pertama, bersayap dan akan ditinggalkan
setelah melakukan perkawinan, (2) kasta reproduksi ke-dua, dewasa secara
seksual tetapi dalam bentuk nympha, (3) kasta pekerja, tidak bersayap, buta,
dan memiliki banyak tugas yang berguna memelihara koloni, (4) tentara, bersifat
steril, tidak bersayap, memiliki kepala dan mandibula yang besar serta bertugas
menjaga koloni.
Ordo 3. Embioptera
Tubuh panjang dan lunak,
bersifat hemimetabola. Memiliki mulut tipe pengunyah, tidak bersayap atau
bersayap dua pasang yang bersifat membran dan halus, cerci terdiri dari 2
segmen, sedangkan tarsi terdiri atas 3 segmen, segmen pertama tarsi dari kaki
pertama meluas. Hewan jantan memiliki sayap sedangkan hewan betina tidak
memiliki sayap. Contohnya adalah Oligotoms
california.
Gambar rayap Gambar: Oligotoma california
(Anonim,
2007) (Anonim, 2008)
Gambar: Thysanoptera
(Anonim, 2008)
Ordo 4. Plecoptera
Tubuhnya
lunak dan berukuran sedang sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut tipe
pengunyah tetapi tidak berkembang pada hewan dewasa. Memiliki antena yang
panjang, 2 pasang sayap, sayap belakang berukuran lebih besar dan biasanya
dilipat di bawah sayap depan, tarsus terdiri dari 3 segmen , nympha bersifat
akuatik dan memiliki berkas insang tracheal yang terletak di posterior setiap
pasang kaki. Contohnya adalah Allocapnia
pygmae dan Taeniopteryx pacifica.
Gambar:
plecoptera (A) Fase nympha (B) fase dewasa (Anonim, 2005)
Ordo 5. Dermaptera
Bersifat
hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap atau dengan 1 atau 2 pasang
sayap, sayap depan kecil tetapi keras dan keduanya bertemu pada satu garis
sepanjang bagian dorsal punggung; sayap belakang berukuran besar dan bersifat
membran, dilipat di bawah sayap depan. Tarsi terdiri atas 3 ruas; cerci
membentuk bentukan seperti gunting tang yang kuat pada ujung posterior abdomen.
Serangga ini aktif noktural dan makanannya tumbuhan. Contoh: Anisolabis
maritima.
Ordo 6. Zoraptera
Panjang
tubuh sekitar 3 mm; antena terdiri atas 9 sgemen; tarsi terdiri atas 2 segmen;
cerci pendek; seperti rayap yaitu serangga berkoloni. Contoh: Zorotypus
hubbardi (ditemukan di Amerika Serikat bagian Selatan).
Gambar: Anisolabis maritima Gambar: Zorotypus
hubbardi
(Anonim, 2005) (Anonim,
2005)
Super-Ordo 2. Hemipteridea (meliputi serangga yang tidak memiliki cerci)
Ordo 1. Psocoptera
Bersifat
hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak memiliki sayap atau memiliki 2 pasang
sayap yang berupa membran, sayap depan berukuran lebih besar daripada sayap
belakang. Contoh: Liposcelis divinatorius.
Ordo2. Thysanoptera
Panjang tubuh 0,5
sampai 8 mm; bersifat henimatabola; mulut tipe penusuk; tidak bersayap atau
memiliki 2 pasang sayap yang sempit dan sama panjang, sayap berupa membran dan
bagian tepi sayap terdapat rambut yang panjang; antena tersusun atas 6 – 10
segmen; tarsi terdiri atas 2 atau 3 segmen dan bagian ujung membentuk seperti
kantung. Contoh: Heliothrips haemorrhoidalis.
Gambar Liposcelis divinatorius Gambar Heliothrips haemorrhoidalis
(Anonim,
2007) (Anonim,
2007)
Ordo 3. Homoptera
Ukuran tubuh kecil;
bersifat hemimetabola; mulut tipe penusuk dan penghisap; biasanya memiliki 2
pasang sayap yang sama ketebalannya atau tidak bersayap. Contoh: Rhopalosiphum
prunifoliae, Phylloxera vitifoliae.
\
Gambar Rhopalosiphum prunifoliae Gambar Phylloxera vitifoliae
(Anonim, 2005) (Anonim,
2004)
Ordo 4. Hemiptera
Bersifat hemimetabola;
mulut tipe penusuk dan penghisap; tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap,
sayap depan lebih tebal pada bagian dasar (hemelytra) sedangkan sayap
belakang berupa membran dan dilipat di
bawah sayap depan. Contoh: Artocorixa alternata, Ranatra linearis,
Lethocerus, Gerris remigis.
Ordo 5. Mallophagida
Panjang tubuh mencapai 6
mm; bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap; mata degerasi;
antena pendek hanya terdiri atas 3 – 5 segmen; kaki pendek; tarsi tersusun atas
1 – 2 segmen; bersifat ektoparasit pada burung dan jarang menyerang hewan
Mammalia. Contoh: Menopon pallidum, Gyropus ovali.
Gambar Lethocerus Gambar
Menopon pallidum
Ordo 6. Anoplurida
Panjang
tubuh mencapai 6 mm; bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah dan penusuk;
tidak bersayap; mata tidak berkembang baik atau tidak memiliki mata; bersifat
ektoparasit pada hewan Mammalia; tarsi terdiri atas 1 segmen dan dilengkapi
dengan cakar yang berfungsi untuk melekat pada rambut inang. Contoh: Pediculus humanus capitis, Pediculus humanus
corporis, Phthirius pubis, Linognathus vitul
Gambar: Phthirius pubis
Sub- kelas 4. Endopteygota
Serangga
bersayap, mengalami metamorfosis komplek (holometabola). Fase larva dilanjutkan
dengan fase pupa yang tidak aktif dan merupakan bentuk dimana hewan dewasa
nantinya muncul. Pada fase larva tidak memiliki tunas sayap yang berkembang
secara eksternal untuk spesies yang memiliki sayap.
Ordo 1. Neuroptera
Bersifat
holometaboal; mulut tipe pengunyah; memiliki 4 sayap yang berupa membran;
abdomen tidak cerci; larva bersifat karnivor dan pada beberapa spesies memiliki
mulut tipe penghisap; terdapat insang trakheal pada larva yang bersifat
akuatik. Contoh: Chrysopa californica.
Ordo 2. Coleoptera
Bersifat
holometabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap atau memiliki 2 pasang
sayap, sayap depan lebih tebal dan keras (elytra) dan sayap belakang berupa
membran serta dilipat di bawah sayap depan; prothorax besar dan dapat digerak-
gerakkan. Contoh: Adalia bipunctata, Scarabaeus sacer.
Gambar: Chrysopa california Gambar: Adalia bipunctata
Ordo 3. Strepsiptera
Bagian-
bagian mulut hanya tinggal sisa atau tidak ada; bersifat endoparasit pada
serangga lain; sayap depan hewan jantan berbentuk seperti alat pemukul
sedangkan sayap belakang berupa membran; hewan betina tidak bersayap dan tidak
memiliki kaki; mendapatkan makanan dengan cara absorbsi. Contoh: Xenus
wheeleri
Ordo 4. Mecoptera
Bersifat
holometabola, mulut tipe pengunyah, antena dan kaki panjang, kepala memanjang,
tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap yang panjang, sempit dan berupa
membran. Pada hewan jantan memiliki organ penjepit yang terletak di ujung
posterior abdomen dan organ tersebut menyerupai organ penyengat pada
kalajengking. Makanannya adalah buah dan serangga yang mati. Contoh: Panorpa rufescens.
Gambar: Panorpa rufescens
Ordo 5. Trichoptera
Hewan
dewasa berukuran 3 sampai 25 mm, bagian mulut rudimenter, antena dan kaki
panjang, sayap 2 pasang dan berupa membran. Tubuh dan sayap tertutup
rambut-rambut atau bentukan seperti sisik. Larva bersifat akuatik dan membentuk
selubung yang terbuat dari butir-butir pasir atau dari bahan sayuran yang
diikat bersama dengan benang sutra yang disekresikan oleh kelenjar ludah yang
mengalami modifikasi.
Ordo 6. Lepidoptera
Panjang tubuh bervariasi mulai 3 sampai 250 mm,
bersifat holometabola. Ketika fase larva mulut tipe pengunyah tetapi ketika
dewasa bertipe penghisap. Biasanya tidak memiliki mandibula. Maksila bergabung
membentuk probosis untuk menghisap cairan. Antena panjang, mata besar, sayap
dua pasang yang bersifat membran, biasanya sayap ditutup dengan sisik atau
rambut. Fase larva berbentuk cacing memiliki 3 pasang kaki ditambah pendukung
fungsi kaki pada bagian abdomen. Memiliki 2 kelenjar sutra pada labium yang
berfungsi untuk membuat kokon pade fase pupa.
Gambar: Papilio polyxenes
Ordo 7. Diptera
Bersifat
holometabola, mulut tipe prnusuk dan pengisap atau spongin, juga membentuk
proboscis, abdomen tersusun atas 4-9 segmen. Tidak bersayap atau memiliki 1
pasang sayap depan yang berupa membran sedangkan sayap belakang memiliki halter.
Larva tidak memiliki kaki dan larva disebut belatung. Contoh: Culex pipiens, Drosophila melanogaster,
Musca domestica.
Gambar: Culex pipiens Gambar: Drosophila
melanogaster
(Anonim, 2008) (Anonim,
2005)
Ordo 8. Siponapterida
Bersifat
holometabola. Mulut tipe penusuk dan pengisap, tidak bersayap, kepala kecil,
tidak memiliki mata majemuk, kaki panjang diadaptasikan untuk melompat.
Bersifat ektoparasit pada hewan mamalia dan sebagian kecil parasit pada burung.
Contoh: ctenocephalides felis.
Ordo
9.Hymenoptera
Bersifat
holometabola, mulut tipe pengunyah atau penghisap. Tidak bersayap atau memiliki
2 pasang sayap yang berupa membran dengan sedikit vena, sayap depan berukuran
lebih besar daripada sayap belakang. Hewan betina memiliki ovipositor. Sebagian
besar spesies bersifat soliter, tetapi ada pula yang bersifat sosial. Contoh: Nematus,
Lysiphelebus,Itoplectis conquisitor.
Gambar Ctenochepalides felis Gambar Itoplectis conquisitor
(Anonim, 2007) (Anonim,
2006)
2.3.4.5 Kelas Symphila
Kelas symphila
merupakan arthropoda berukuran kecil dengan panjang tubuh kurang dari 1 cm.
Tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Pada bagian kepala terdapat antena,
maksila, dan labium. Badan tersusun atas 12 segnen dan setiap segmen tubuh
memiliki sepasang kaki.
Gambar: Scutigerella (Anonim,
2005)
Lubang
kelamin terletak pada permukaan ventral tubuhnya diantara pasangan kaki
keempat. Hewan anggota kelas ini bersifat terestrial dengan habitat di tempat
lembab dengan kecenderungan menghindari cahaya. Makananya berupa makanan yang
masih hidup ataupun sudah mati, sehingga kadangkala berupa hama kebun. Sebagian
kecil spesies bereproduksi secara partenogenesis yaitu dari telur yang tidak
dibuahi, sedangkan spesies lainnya bereproduksi secara seksual. Proses
reproduksi secara seksual yaitu dengan cara hewan jantan meninggalkan
spermatofora pada hewan betina. Hewan betina menerima spermatofor di dalam
mulutnya, selanjutnya sperma disimpan di dalam kanting khusus. Pada saat
bertelur, hewan betina menggunakan mulutnya untuk mengambil telur dari lubang
kelaminnya. Selanjutnya telur tersebut diletakkan diatas substrat misalnya
humus, kemudian sperma yang tersimpan di dalam mulut hewan betina dilepaskan
diatas telur.
2.3.4.6 Kelas Pauropoda
Jumlah
spesies dari kelas pauropoda sekitar 400 spesies, tetapi jumlah individunya
sangat banyak. Diperkirakan 5 juta hewan hidup dalam 1 hektar sampah hutan.
Hewan ini berukuran sangat kecil dengan panjang tubh 0,5 sampai 2 mm. Hewan ini
tidak berwarna, tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Hewan ini sekilas mirip
diplopodatetapi antena bercabang 3 dan tidak memiliki mata. Tubuh berbentuk
silindris tersusun atas 11/12 segmen dengan 6 lempeng dorsal. Setiap segmen
badan memiliki sepasng kaki kecuali segmen pertama dan dua segmen terkhir. Saat
menetas hewan hanya memiliki 3 pasang kaki. Lubang kelamin terletak di
permukaan ventral badan pada segmen ke-3. Tidak memiliki organ sirkulasi dan
respirasi. Respirasi melalui seluruh permukaaan tubuh seperti pada cacing
tanah. Habitat hewan ini di tempat lembab di bawah kayu, batu, daun, dan di
dalam tanah. Makananya berupa hewan yang berukuran mikroskopik. Contohnya Pauropus huxleyi, dan Eurypauropus spinopus yang ditemukan di
Amerika timur dan tengah, serta Eropa.
Gambar: Pauropus
(Anonim, 2007)
2.3.5 Peranan arthropoda
1) Kelas Crustaceae
Ø Peranan
Crustacea yang menguntungkan:
· Sebagai
bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster
dan kepiting.
· Dalam
bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi
sumber
makanan ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda dan
Copepoda.
Ø Peranan Crustacea yang merugikan antara lain:
·
Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia
dan
Copepoda.
· Merusak pematang sawah
atau saluran irigasi misalnya ketam
· Merusak lambung kapal (perahu), misalnya anggota Isopoda
2)
Kelas arachnida
Ø Peranan arachnida yang menguntungkan
· Arachnida bermanfaat untuk
pengendalian populasi serangga terutama serangga hama.
Ø Peranan arachnida yang merugikan
· Caplak menyebabkan gatal
atau kudis pada manusia
· Psoroptes equi
menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, kuda.
· Ododectes cynotis (tungau kudis
telinga) menyerang anjing dan kucing.
·
Sarcoptes scabei, menyebabkan gatal atau
kudis pada manusia
·
Otodectes cynotis, (tungau kudis
telinga) menyerang anjing dan kucing.
·
Dermacentor variabilis sebagai vektor
demam Rocky Mountain .
3)
Kelas myriapoda
Ø Peranan myriapoda yang menguntungkan
·
Memecah bahan-bahan organik
atau serasah untuk membentuk humus karena proses penghancuran serasah tidak langsung
ditangani mikroorganisme, karena mikroorganisme justru menguraikan kotoran
hewan-hewan
Ø Peranan myriapoda yang merugikan
·
Dianggap mengganggu meskipun
tidak membahayakan
4)
Kelas insecta
Ø
Peranan
Insecta yang menguntungkan
· Insecta terutama golongan kupu-kupu
dan lebah sangat membantu para
petani karena dapat membantu
proses penyerbukan pada bunga.
· Insecta
dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah
madu (Apis mellifera).
· Dalam bidang industri,
kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang
dapat menghasilkan sutra
(contoh: Bombix mori).
· Untuk dimakan, misal
laron, gangsir dan larva lebah (tempayak) yang dapat
diperoleh secara musiman.
· Merupakan
mata rantai makanan yang amat penting bagi kehidupan.
Ø Peranan Insecta yang merugikan
·
Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti
tikus, kolera dan disentri
oleh lalat dan kecoak.
·
Merusak tanaman budidaya manusia, misal: belalang,
kumbang
kelapa, ulat.
·
Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata
lugens (wereng)
menyebabkan penyakit
virus tungro, belalang (walang sangit) yang
mengisap
cairan biji padi muda sehingga tanaman padi menjadi puso.
·
Parasit pada manusia (mengisap darah), misal:
nyamuk, kutu kepala dan
kutu busuk.
·
Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai)
oleh berbagai
Coleoptera, misal: kumbang
beras.
·
Serangga banyak yang hidup parasit pada ternak maupun
ikan.
·
Dapat merusak bahan bangunan, misal: kumbang kayu dan rayap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Arthropoda
(dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan
hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut
juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan
tergolong tripoblastik selomata.
·
Ciri tubuh Arthropoda meliputi
ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
·
Ukuran tubuh Arthropoda sangat
beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun
kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
·
Tubuh Arthropoda bersegmen
dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat
sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu Kaput
(kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).
·
Ciri lain dari Arthropoda
adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar
(eksoskeleton).Eksoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel
kulit.Eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
·
Eksoskeleton terdiri dari
lempengan-lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan
lunak.Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh.Oleh karena
itu, tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti dengan pengelupasan
eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru.Tahap pelepasan
eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis.Hewan yang biasanya melakukan
ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba.
·
Sistem saraf Arthropoda berupa
sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi
ventral tubuhnya.
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia.Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia.Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
·
Sistem pencernaan Arthropoda
terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulutnya dilangkapi
dengan berbagai alat tambahan yang beragam, misalnya mandibula dan maksila pada
belalang.
·
Arthropoda bernapas dengan
insang, trakea, atau paru-paru buku.Sisa metabolisme berupa cairan dikeluarkan
oleh organ ekskresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi,
atau keduanya.
·
Sistem sirkulasi Arthropoda
bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek,
dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.Darah Arthropoda
disebut juga hemolimfa.
·
Cara hidup Arthropoda sangat
beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan
kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut,
kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
·
Sistem reproduksi Arthropoda
umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu
dengan partenogenesis.
Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur.
Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur.
·
Klasifikasi Arthropoda
diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki.Berikut
ini akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu Kelas
Arachnoidea, Myriapoda, Crustacea, dan Insecta.
3.2 Saran
Dari hasil makalah yang kami tulis tentang
Mollusca ini,mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi mahasiswa pada umunya dan bagi
teman-teman kami pada khususnya.Apabila ada kesalahan pada makalah kami,kami
meminta kritik dan saran dari para pembaca sebagai pembenahan pada makalah
selanjutnya. Dengan mengetahui salah satu
keanekaragaman hayati ini. Sebagai generasi muda kita harus wajib menjaga dan
melestarikannya.
DAFAR PUSTAKA
Kastawi, Yusuf dkk.2005.Zoologi Avertebrata.Malang:UM Press
Anonim A.(online).( http://andripriyanto.blog.friendster.com/tag/arthopoda/
,diakses tanggal 18 April 2010 ).
Anonim D.(Online)
(http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-arthropoda/ ,diakses tanggal 19 April 2010).
Anonim H
(Online).( http://www.bumblebee.org/invertebrates/images/insectleg.gif,
diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim I (Online).
(http://www.earthlife.net/insects/images/anatomy/head-front.gif,
diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim J (Online).
(http://www.mun.ca/biology/scarr/142005_Insecta.jpg
, diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim K (Online).
(http://mrslait.weebly.com/uploads/1/4/6/5/1465667/arthropoda_notes.pdf,
diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim L (Online). (http://www.entomology.umn.edu/museum/links/coursefiles/JPEG%20images/Mecoptera%20web%20jpeg/Panorpa.jpg,diakses
tanggal 21 April 2010)
Anonim M (Online). (http://www.bumblebee.org/invertebrates/images/Strepsiptera.gif,
diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim N (Online). (http://www.zin.ru/ANIMALIA/Coleoptera/images/foto/adalia_bipunctata.jpg
,diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim O (Online). (http://godofinsects.com/images/specimens/189-6.jpg,diakses
tanggal 21 April 2010)
Anonim P (Online). (http://www.faculty.ucr.edu/~legneref/adults/gif/chrys1d.adu.gif,diakses
tanggal 21 April 2010)
Anonim Q (Online). (http://www.headlicetreatment.info/_images/crablice.gif,
diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim R (Online). (http://www.wissenschaft-online.de/sixcms/media.php/912/thumbnails/234766.jpg.333054.jpg,
diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim S (Online). (http://www.biolib.cz/IMG/GAL/720.jpg,
diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim T (Online). (http://www.entomology.umn.edu/museum/links/coursefiles/JPEG%20images/Hemiptera%20web%20jpeg/Nepomorpha/Corixidae.jpg,
diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim U (Online). (http://images.google.co.id/images?um=1&hl=id&tbs=isch%3A1&sa=1&q=CALPODES+ETHLIUS&btnG
,diakses tanggal 21 April 2010)
Anonim V (Online).
(http://www.nhc.ed.ac.uk/index.php?page=24.25.298.305,
diakses tanggal 21 April 2010)
referensi gak valid.
BalasHapus