Minggu, 02 Maret 2014

ARTHROPODA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Berbagai macam organisme terdapat di alam. Mereka saling mengadakan hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain. Dalam hubungannya dengan manusia, mereka dapat bersifat manguntungkan maupun merugikan. Dikatakan menguntungkan karena tidak jarang mereka memiliki peranan yang langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan manusia. Keberagamannnya menjadikan kita untuk terus mempelajarinya lebih dalam. Sebaliknya di antara mereka juga tidak sedikit yang merugikan bagi manusia. Kederadaannya kerap kali membuat berbagai macam masalah bagi kita, mulai dari penyebab berbagai macam penyakit, hama, merusak tanaman budidaya, dan sebagainya.

            Sebagai hama, mereka kerap kali meresahkan para petani atau pemilik kebun. Salah satu yang paling meresahkan adalah serangga. Banyak para petani dan pemilik kebun yang dengan terpaksa gagal panen disebabkan karena tanaman yang mereka miliki diserang hewan ini.  Ada juga diantara serangga-serangga ini yang menjadi fektor pembawa penyakit pada manusia. Demam berdarah yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegepty, malaria tejadi karena gigitan naymuk Anopheles, penyakit tidur, dan masih banyak lagi yang lainnya menjadi masalah yang serius apalagi jika sudah mewabah di suatu daerah. Hewan-hewan  ini berasal dari filum arthropoda, salah satu anggota dari kerajaan hewan yang mempunyai jumlah spesis paling banyak di alam. Bahkan diantaranya sudah mengalami kepunahan.
            Di sisi lain hewan-hewan dalm filum artropoda memilik peranan lain. Ada sebagian dari mereka yang dapat dimakan dan menjadi bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan banyak disukai oleh manusia, misalnya: kepiting, udang, dan sebagainya.Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang filum ini, penulis akan menjelaskannya secara terperinci dalam makalah ini.




Rumusan Masalah
1.Bagaimana ciri-ciri umum dari Arthropoda?
2.Bagaimana morfologi dan anatomi Arthropoda?
  1. Bagaimanakah fisiologi dari Arthropoda?
  2. Bagaimana pengklasifikasian Arthropoda?
  3. Bagaimanakah peranan Arthropoda dalam kehidupan?

1.3  Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui ciri-ciri umum dari Arthropoda.
  2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk  morfologi dan anatomi dari Arthropoda.
  3. Untuk mengetahui bagaimanakah fisiologi dari Arthropoda.
  4. Untuk mengetahui bagaimana pengklasifikasian dari Arthropoda.
  5. Untuk mengetahui perana Arthropoda dalam kehidupan kita.


















BAB II
PEMBAHASAN
 2.1 Ciri-ciri Umum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Hewan ini disebut sebagai arthropoda karena kakinya beruas - ruas. Tubuh beruas – ruas terbagi atas → kepala (caput), dada (Thoraks), perut (abdomen). Memiliki eksoskeleton terbuat dari zat KITIN. Arthropoda merupakan philum yang spesiesnya paling banyak.
Ciri tubuh
Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm. Namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.

2.2 Anatomi dan Morfologi Arthropoda
2.2.1 Pembagian tubuh
Moyang ancestor Arthropoda kemungkinan seperti annelida yang memiliki dinding tubuh  berotot dan tubuh tidak lagi terbagi menjad daerah tertentu. Pada Crustacea, Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda tubuh dibedakan mejadi 3 dearah yang jelas yaitu kepala, dada, dan abdoman atau kepala dan dada bergabung menjasi sefalotoraks. Chelicerata biasnya memeliki sebuah cefalotoraks atau prosoma dan sebuah abdoman atau ophistoma yang terdiri atas gabungan mesosoma dan metasoma, Ukuran dan jumlah segmen setiap pembagian tubuh tersebut berbeda di dalam kelompok dan berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitas setiap spesies (Kastawi,2005:200).




2.2.2 Sistem Peredaran Darah
            Arthropoda memiliki perdaran darah terbuka. Jantung terdiri dari sebuah kantong otot yang dapat berdenyut, memiliki 3 pasang lubang, disebut ostium.(jamak=ostia) sepasang di dorsal, sepasang latero-caudal, dan sepasang lagi di ventral.Pericardium adalah selaput tipis yang membungkus jantung, bertindak sebgai atrium. Jantung terendam dalam cairan yang terkandung dalam bungkus itu dan bertindak senagai ventrikel. Pericardium menerima darah dari seluruh tubuh, dan masuk jantung lewan ostia.
            Darah dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh lewat arteri yang terdiri dari 3 cabang utama: ke anerior, ke posterior, dan ke abdomen atau ventral. Arteri tidak memiliki vena yang menampung darah itu kembali ke jantung. Sesudah melalui arteri darah sekarang tumpah ke jaringan, melalui celah-celah yang disebut lacuna (jamak=lacunae) atau haemocoel (Yatim, 1996:200).

2.2.3 Sistem Pencernaan
            Saluran pencernakan terdiri atas 3 daerah. Usus depan atau stomodeum dan usus belakang atau protodeum merupakan daerah ektodermal dan dilapisi dengan khitin. Usus tengah mungkin berasal dari mesoderm tidak dilapisi khitin. Panjang, diameter, dan pembagian saluran pencernakan menjadi berbagai bagian berhubungan erat dengan kebiasan makanan suatu spesies dan cukup berbeda dalam kelompok yang berbeda (Kastawi,2005:200).

2.2.4 Sistem Pernapasan
Bermacam – macam tergantung  jenis spesiesnya:
a. Insang
b. Permukaan tubuh
c. trakea
d. Paru – paru buku
Secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
  1. Bernapas dengan insang.
  2. Bernapas dengan corong hawa.
Kelompok satu bagi arthropoda air, kelompok 2 yang hidup di darat, terutama insecta.  Sebagai perkecualin Arachnoidea, memilik belahan-belahan tipis mirip buku yang kalau beranapas di udara disebut paru-buku dan yang bernapas di air disebut insang-buku.
Pada Crustacea insang terletak berpasangan di pangkal anggota daerah kepala-dada, terlindung olah eksoskeleton berupa tameng disebut carapace. Insang itu sendiri tak bergerak, air dikayuhkan oleh anggota sehingga insang dapat pengaliran ynag segar terus.
Corong hawa (trachea) pada Insecta terdiri dari 2 batang corong utama (sepasang), terletak di lateral, lalu sepasang corong kecil di ventral, dan sepasang di dorsal. Pada setipa segmen trachea memeliki lubang keluar disebut spiraculum atau stigma. Spiraculum itu berkatip dapat digerakkan oleh otot mebuka menutup.
Trachea bercabang-cabang halus mencapai seluruh jaringan dan alat dalam, disebut tracheolous (jamak= tracheoli). Trachea serta tracheoli itu sam halnya dengan trachea vertebrata, bumbung yang ditunjang oleh cincin-cincin yang pada insecta ini terdiri dari bahn cutin. Trachea utam ditambah lagi penunjangnya agar terus terbuka lebar oleh adanya benang-benang spiral di dindingnya. Di pangkal percangan trachea dan tracheoli ada sel ynag memelihara sifat pernapasan, disebut tracheoblast (Yatim,1996:225).

2.2.5 Eksoskeleton
2.2.5.1 Struktur
Arthropoda memiliki lapisan eksoskeleton berupa lapisan kutikula yang melindungi tubuh. Kutikula ini tersusun atas protein dan khitin (polisarida yang tesusun atas N-aceyglycosamine).Kutikula Arthropoda dapat dibedakan menjadi epikutikula dan prokutikula. Kutikula ini juga bertanggung jawab atas warna spekatkuler yang berfungsi untuk kamuflase, warna pengenaln, dan peringatan. Warna ini dihasilkan dari pigmen yang ada dalam tubuhnya.

2.2.5.2 Pergantian Kulit (Molting)
Eksoskleleton merupakan lapisan pelindung tubuh yang keras dan kaku. Aadnya kerangka luar ini akan emnghalangi pertumbuhan. Oleh karena itu Arthropoda secara periodik mengganti kutikula saat mereka tumbuh. Proses pergantian kutikula ini disebut molting atau ekdisis. Proses ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan, peningkatan tekanan dalam tubuhnya aaupun karena hormo. Hormon yang dimaksud adalah hormon ekdison yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin tertentu. Hormon ini kan diedarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bekerja secara langsung trhadap sel-sel epidermis.Selanjutnya epidermis akan mensekresikan enzim protease dan khitinase yang berfungsi mencerna endokutikula. Setelah itu terbentklah epikutikula baru yang lama kelamaan akan emebentuk endokutikula yang baru pula. Hewan Arthropoda membutuhkan waktu beberapa emnit sama untuk bisa terlepas dari eksoskeleton lamanya.

2.3 Klasifikasi pada Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo
1. Apterygota
Famili  : Lepismilae
Contohnya                  : Lepisma, kutu buku.
2. Neuroptera
Famili  :
a.       Termitidae             : Macrotermes gilves, rayap
b.      Hemerobiidae        : Myrmelon formicarius, undur-undur.
c.       Aeschnidae           : Aeschna, capung.
3. Thysanoptera
Famili  : Thrips oryzae.
4. Rhynchota
Famili  :
a.       Pentatomidae        : Podops vermiculata, Nezera viridula.
b.      Coreidae                : Leptocorisa acuta’
c.       Lygaedae              : Colobathrisetes saccharida
d.      Capsida                 : Helopeltis
e.       Cimmicidae           : Cimex rotundalus, Cimex lactularius.
f.       Cicadiae                : Cicada, Dundubia.
5. Ortoptera
Famili  :
a.       Battidae                : Perilaneta americana
b.      Mnatidae               : Mantis religosa.
c.       Phasmidae             : Phasma, Phyllum  crurifolium.
d.      Acridiilae              : Acridium melanocorne
e.       Locustidae                        : Sexava nubila, Macopoda signifera.
f.       Gryllidae               : Gryllus bimaculatus, Gryllotalpa africana.
6. Coleoptera
Famlili :
a.       Scerabaeidae         : Oryctes rhinoceros
b.      Dynistidae             : Xyloptrupis creptans
c.       Dystisvidae           : Brachynus creptans
d.      Coccinellidae        : Coccunella arenata
e.       Lampyrinae           : Colophotia brevis
f.       Bostrychidae         : Rhizopertha
g.      Ptinidae                 : Lasioderma
h.      Tenebrionidae       : Tribollium castraneum
i.        Curulionidae         : Rhynchophorus ferrngineus, Lalandra oryzae.
7. Hymnenoptera
Famili  :
a.       Braconidae            : Stenobarcum luteus
b.      Chalcinidae           : Brachymeria
c.       Formicidae            : Dorylus laevigatus, Monomarium destructor, Crematogaster treubi
d.      Vespidae               : Vespa orientalis
e.       Apidae                  : Apis floralis, Apis indica
8. Diptera
Famili  :
a.       Tipulidae               : Tipula
b.      Culicidae               : Culex fatigans, Anopheles lativer
c.       Tabanidae              : Tabanus, Chrysops
d.      Asilidae                 : Asilus
e.       Trypetidae             : Drosophila melanogaster
f.       Muscidae               : Musca domestica, Glossina palpalis
g.      Agromyzidae        : Agromyza
h.      Oestridae               : Gastrophilus equi
9. Siphonoptera
Famili  : Pullicidae
Contohna                    : Pulex irritans, Xenopsyyilla ceopis
10. Lepidoptera
Famili  :
a. Sphingidae              : Acherontia lachesis
b. Bombycidae            : Bombyx mori
c. Noctuidae                : Agrotis interjectionis, Leucania unipuncta
d. Geometridae           : Antitrygodes divisaria
e.Microlepidoptera      : Tieola tripazella
f. Saturnidae               : Attacus atlas
g. Papilionadae            : Popilio memnon
h. Zygaenidae             : Artona catoxantha
i. Cossidae                   : Zeuzera coffae
j. Pyralidae                  : Seirophaga sericea

Kelas Arachnida
Ordo
  1. Xiphosura
Contoh            : Limulus
  1. Scorpionida
Famili  :
Scorpinidae                 : Butus afer, Srorpio
  1. Pedipalpi
Contoh            : tarantula
  1. Arachnida
Contoh            : Garteracantha arcuata, Nephila maculata
  1. Acarina
Famili  :
    1. Gamasidae      : Sarcoptes scabiles
    2. Argasidae        : Argas

Kelas Myriapoda
Ordo    :
  1. Chilopoda       : kelabang, lipan
  2. Diplopoda       : keluwing, sengguling

Kelas Crustacea
Terdiri dari 2 subklas, yaitu:
Entomostraca
Contohnya      : Cyclops, Argulus, Lepas, Sacculina
Malacostraca
Ordo
  1. Decapoda
Contohnya      : Palaemon, Homarus, Panulirus, Parathelpusa convexa
  1. Stomatopoda
Contohnya      : Squila, udang belalang
  1. Isopoda
Contohnya      : Limnoria , kutu kayu di laut (Yatim,1996).

            Menurut Engeman dan Hegner, filum Arthrophoda dibagi menjadi empat sub-filum yaitu: Trilobita, Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata.
 2.3.1 Sub Filum Trilobita




                              Gambar fosil Trilobita (Anonim, 2009)
Salah satu invertebrata (hewan tak bertulang belakang) zaman purba yang paling dikenal manusia adalah Trilobita. Trilobita sebenarnya adalah hewan laut yang termasuk Crustacea dengan bentuk tubuh seperti lipan atau kutu kayu berukuran besar. Nama “trilobita” sendiri berarti “berdaun tiga” karena tubuhnya jika dilihat dari atas seperti daun yang bertumpuk-tumpuk. Rata-rata Trilobita memiliki panjang antara 5-8 cm. Keberhasilan para ahli menguak banyak hal dari Trilobita tidak lepas dari fosilnya merupakan fosil Arthropoda purba yang paling melimpah. Umumnya fosilnya merupakan cangkang kulit yg kosong - persis seperti cangkang lobster zaman sekarang yang merupakan hasil pergantian kulit.
Berdasarkan pengamatan pada fosilnya, Trilobita memiliki 3 bagian tubuh utama : kepala, dada (thorax), dan ekor. Pada kepala Trilobita biasanya terdapat sepasang antena dan sepasang mata. Tipe mata ini bervariasi; ada yang hanya berupa tonjolan kecil untuk membedakan terang dan gelap, sementara sebagian Trilobita lainnya memiliki mata majemuk yg terdiri dari 15.000 lebih lensa - persis seperti capung atau Crustacea zaman sekarang. Dadanya sendiri terdiri dari ruas-ruas yang lentur; pada fosil yang terbesar jumlahnya mencapai 40 ruas. Di setiap ruas pada dadanya ini pada Trilobita dasar laut terdapat sepasang kaki.
Trilobita adalah satu dari sedikit hewan yang perkembangan hidupnya dari telur hingga dewasa. Trilobita yang baru menetas disebut protaspid. Protaspid memiliki kemiripan dengan Trilobita dewasa, namun tubuhnya belum beruas-ruas. Seiring dengan pertumbuhannya, Trilobita harus melakukan pergantian kulit karena cangkangnya tidak ikut tumbuh hingga memasuki fase meraspid dan ruas-ruas dadanya pun mulai terbentuk pada bagian tengah tubuhnya. Meraspid ini kemudian melanjutkan pertumbuhannya sambil berganti kulit hingga menjadi tahap dewasa yang disebut tahap holaspid.
Menurut para ahli berdasarkan temuan fosilnya selama ini, ada sekitar 17.000 spesies Trilobita yang sudah diketahui manusia. Masing-masing Trilobita ini memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan Trilobita lain bergantung pada habitatnya. Trilobita yang hidup di dasar laut misalnya, tubuhnya mirip dengan lipan dengan kaki-kaki kecil untuk merayap, sementara yang hidup melayang di lautan memiliki kaki dayung untuk berenang dan tubuh yang termodifikasi untuk melayang di lautan. Semua fosil Trilobita diketahui berasal dari masa Paleozoikum, - sekitar 300 juta tahun yang lalu. Terutama pada masa Kambrium di mana fosil mereka dari zaman itu sangat melimpah.
Di masa di mana populasinya melimpah, para ahli percaya bahwa Trilobita memiliki peran yang kurang lebih sama seperti Crustacea zaman sekarang. Spesies yg hidup di dasar laut misalnya, mereka diperkirakan hidup dengan memakan bangkai dan sisa-sisa makhluk hidup di dasar laut. Adapun hewan-hewan yang dipercaya memakan Trilobita pada masa itu adalah Arthropoda dasar laut lainnya seperti kalajengking laut, sementara spesies yang hidup berenang menjadi mangsa ubur-ubur dan ikan laut purba. Jika spesies Trilobita yang berada di dasar laut ini terancam, mereka bisa menggulng dirinya sehingga musuh tidak bisa menembus cangkang luar mereka yang keras. Teori ini muncul karena ada beberapa fosil Trilobita yang ditemukan dalam kondisi menggulung seperti bola (Devina, 2009).

2.3.2 Subfilum Chelicerata
Ciri-ciri umum subfilum Chelicerata:
  1. Tubuh dibedakan atas dua bagian yaitu cefalotorak (prostoma) dan abdomen (ophistosoma) (kecali Acarina). Memiliki 6 pasang apendik yaitukelisera, pedipalus, an 4 pasang kaki yang semuanya terletak pada cefalotorak. Tidak memilik antena atau andibula.
  2. Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya untuk fungsi penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun.
  3. Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea, atau insang.
  4. Ekskresi dengan menggunakan tubulus Malphidian atau kelnjar koksa atau dengan menggunakan kedua organ tersebut.
  5. Sistem saraf terdiri aa ganglion dorsal (sebagai otak), dan tali saraf ventral yang memiliki pasangan ganglia. Mata bisanya sederhana dan berpasangan, pada permukaan tubuh memiliki rambut-rambut taktil
  6. Berkelamin terpisah, lubagn kelamni berjumlah satu (atau dua) yang terletak pada anterior abdomen. Fertilisasi biasanya secara internal, utamanya bertelur (ovipar), perkembangan langsung atau melalui fase larva.
  7. Hidup terestrial dan hidup soliter, yang lainnya hidup bebas dan bersifat predator atau parasitik (Kastawi, 2005).
Ukuran tubuh anggota filum ini bervariasi dari yang memiliki panjang tubuh hanya 0,5 mm (kelompok tungau) sampai yang terpanjang 500 mm (20 in) yaitu Limulus. Anggota subfilum ini terdiri atas lima kelas yaitu kelas Pycnogonoidea, kelas Merostomata, kelas Arachnoidea, kelas Tardigrada, dan kelas Pentastomoidea (Kastawi, 2005).

2.3.2.1 Kelas Pycnogonidea
Pycngonidea adalah sebuah kelas arthropoda primitif dari subfilum Chelicerata. Ia dibedakan oleh cara hidup mereka  di air dan perut mereka  yang dikenakan organ pernapasan, hanya tiga spesies hidup yang diketahui.
            Anggota kelas ini habitatnya di laut, biasnya disebut sebagai laba-laba laut. Hewan ini memiliki 4 mata dan kaki panjang yang mendominasi sebagia besar tubuh. Sekitar 600 spesies Pycnogonidea memiliki 4 pasang kaki yang panjang, tetapi sebagian kecil spesies memiliki 5 atau 6 pasang kaki. Setiap kaki terdiri atas 9 segmen. Pada beberapa spesies apabila kakinya direntangkan dapat mencapai panjang 70 cm, namun yang khas disebut kaki ovigerous (=oviger) yang berfungsi  mengumpulkan dan mengerami telur yang telah dibuahi. Larva  Pycnogonidea memilki 3 pasang kaki. Hewan ini  biasanya berada  di sekitar porifera, hydroid, karang lunak, anemon, dan remis. Dengan menggunakan proboscisnya hewan ini memakan bagian yang lunak dari hewan-hewan di sekitarnya. Beberapa spesies tidak memiliki chelicera. Pencernaan terjadi di sel-sel mukosa dari saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini bercabang-cabang sampai ke ujung kaki. Spesies Pynogonidea tidak memiliki sistem respirasi d ekskresi (Kastawi, 2005). 






Gambar Contoh speies Pycnogonidea (Pamungkas,2008)
2.3.2.2 Kelas Merostomata
Kelas Merostomata adalah salah satu dari tiga cabang dari garis chelicerate dari arthropoda; dua cabang lainnya termasuk laba-laba laba-laba laut dan darat. Dengan demikian kepiting purba yang lebih erat terkait dengan laba-laba dan kalajengking daripada kepiting lainnya. Tanggal kepiting sepatu kuda untuk periode Karbon (350 juta tahun yang lalu [juta tahun yang lalu]). Leluhur kerabat dari periode Kambrium (550 juta tahun yang lalu) telah ditemukan. kepiting Horseshoe diklasifikasikan ke dalam perintah tunggal (Xiphosura) dan keluarga (Limulidae). Empat spesies diakui. Banyak ilmuwan sekarang mengategorikan Merostomata sebagai kelas daripada subkelas.

·   Karakteristik fisik
Tubuh kepiting tapal kuda ditutupi oleh eksoskeleton coklat gelap. Eksoskeleton ini terdiri dari tiga bagian utama: melengkung, perisai berbentuk tapal kuda di depan, yang prosoma, sebuah bagian tengah, opisthosoma itu, dan ekor tipis, telson tersebut. Di bagian prosoma ini terdapat dua pasang mata sederhana di atas dan sepasang mata majemuk pada lateral. Di bawah eksoskeleton, terdapat  delapan pasang pelengkap yang selaras sepanjang sumbu memanjang dari prosoma tersebut. Tujuh pasang yang pertama  fungsi untuk makanan. Pasangan kedelapan adalah menyatu dan mencakup lima pasang insang buku di opisthosoma tersebut. Insang buku menjaga aliran air untuk pernapasan, gerakan, dan reproduksi. Duri menonjol dari tepi luar opisthosoma itu, jumlah duri bervariasi oleh spesies.  Lama telson tipis memanjang dari bagian belakang tubuh.
















Gambar Kepiting Tapal Kuda (Anonim, 2008)

Kepiting Horseshoe harus melepaskan eksoskeleton mereka, atau meranggas. Setiap Individu dapat meranggas 16 atau 17 kali selama hidup mereka. Enam molting ini terjadi dalam tahun pertama. Betina lebih besar daripada jantannya. Dalam spesies terkecil, Carcinoscorpius rotundicauda,betina dapat mencapai 15 inci (38 cm) panjang dan 5 inci (12,5 cm) lebarnya. Dalam Tachypleus tridentatus, spesies terbesar, betina mencapai panjang 33,5 inci (85 cm), dan lebar sebesar 15,5 inci (39,3 cm).Distribusi  dari hewan ini adalh di wilayah Pantai Atlantik Barat dan wilayah Hindia dan samudra Pasifik.

·         Habitat
Kepiting Horseshoe mendiami bagian muara atau dekat pantai wilayah pesisir. Mereka sering hidup di teluk-teluk kecil, teluk, atau lahan basah dilindungi dari tindakan gelombang kuat. Mereka tetap di daerah sublittoral berpasir atau berlumpur kecuali ketika mereka bergerak ke pantai untuk bertelur.

·         Tingkah laku
Sebagai larva, kepiting tapal kuda berenang keras selama berjam-jam, tetapi mereka mengadopsi pola aktivitas harian sebagai remaja dan dewasa. Ketika beristirahat, kepiting tapal kuda sering mengubur diri di liang dangkal. Merangkak di sepanjang substrat adalah sarana utama gerak, tapi kepiting tapal kuda kadang-kadang berenang terbalik dengan menggunakan insang buku untuk propulsi. Sebagai hewan dewasa, kepiting tapal kuda bermigrasi setiap tahun dari lebih dalam perairan dekat pantai ke pantai untuk bertelur. Individu yang membalik ke punggung mereka menggunakan telson untuk lengkungan badan dan berguling.

·         Makanan
Kepiting sepatu kuda larva tidak makan. Makanan dimulai setelah tahap pertama adalah remaja tercapai. Kepiting sepatu kuda tidak memiliki rahang, sehingga mereka menggunakan kaki mereka untuk menangkap dan menghancurkan mangsanya. kepiting Horseshoe mengais di hampir semua bahan makanan yang mereka temui di sedimen, seperti moluska dan cacing. Mereka juga mengikis alga dari batuan. Orang dewasa yang dimakan oleh predator oportunistik, termasuk hiu, penyu laut, burung camar laut, dan mamalia terestrial. Kebanyakan pemangsaan terjadi pada kepiting tapal kuda muda, larva dan telur yang dimakan oleh ikan. Telur menyediakan sumber makanan penting bagi banyak shorebirds selama migrasi musim semi dari Amerika Selatan ke Arktik.

·         Reproduksi
Kepiting Horseshoe panjang-hidup dan jatuh tempo lebih dari invertebrata lainnya. Pria dewasa antara 9 dan 11 tahun dan perempuan, antara 10 dan 12 tahun. Horseshoe kepiting bertelur selama musim semi dan musim panas. Pemijahan terjadi saat air pasang di pantai-pantai rendah energi dari muara, teluk, dan teluk-teluk kecil. Satu spesies (Carcinoscorpius rotundicanda) bergerak ke hulu sungai untuk bertelur.
Selama perkawinan, para laki-laki menangkap tepi opisthosoma betina. perempuan menggunakan kakinya dan prosoma untuk menggali sarang, ke mana ia deposito sekelompok telur. Telur yang dibuahi oleh laki-laki, dan pasangan bergerak 4-8 dalam (10-20 cm) jauh di pasir dan mengulangi proses tersebut. Sebagai betina menggali sarang kedua, penggalian pasir didorong ke belakang untuk menutupi sarang sebelumnya. Individu kepiting sepatu kuda mampu pemijahan lebih daripada sekali per musim. Telur-telur menetas menjadi larva trilobita; setelah ganti kulit menjadi muda, kepiting tapal kuda menetap untuk dasar laut.
Tidak ada spesies yang terdaftar oleh IUCN. Namun, kepiting sepatu kuda populasi telah menurun sebagai hasil panen dan rusaknya habitat.
Kepiting Horseshoe telah dipanen untuk makanan dan umpan. Mereka juga telah diproses menjadi pupuk. Mungkin yang paling penting, kepiting tapal kuda telah mengaktifkan berbagai kemajuan kesehatan manusia. Studi dari mata kepiting tapal kuda telah menyebabkan terapi untuk gangguan mata manusia. Darah bentuk zat kepiting tapal kuda, Limulus Amebocyte lisis (LAL), yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gram-negatif dalam cairan medis dan obat-obatan dan alat bedah. Beracun dan biodegradable kitin dari kepiting tapal kuda digunakan dalam produk seperti lensa kontak, jahitan bedah, dan lotion kulit. kitin Bentuk bahan kimia yang menghilangkan racun dari logam dan air, dan sifat menyerap lemak-membantu menghilangkan lemak dan kolesterol dari tubuh manusia.

Ø  Arachnida lain
·         Kalajengking
Kalajengking (scorpion, ordo scorpion) merupakan Arachnida bertubuh panjang dengan pedipalpus yang besar, kelisera kecil dan segmen abdomen terdiri dari 12 segmen dengan ujung terminal berbentuk duri runcing. Tubuh dibedakan atas sepalotoraks dan sebuah abdomen yang terdiri ata sdua bagian yaitu anterior yang tebal dan (mesosoma) dan sebuah ekor yang berbentuk seprti tabung (metasoma) yang akan diangkat naik saat kalajengking berjalan. Prosoma pendek dan ditutup dengan sepasang karapak yang memiliki seppasang mata dibagian tengah permukaan dorsal tubuh, dan tiga mata lateral di setipa sisinya (anterior karapak). Empat pasang kaki melekat pada prosoma dan berakhir pada dua pasang cakar. Pada segmen abdomen kedua terdapat sepasang struktur seperti sisir yang disebut pectin. Struktur ini unik dan mungkin berfungsi sebagai alat sensori (organ taktil). Rambut-rambut taktil teersebar di atas tubuh dan berfungsi sebagai peraba. Kalajengking juga memiliki 4 pasang paru-paru buku yang bermuara pada stigma. Stigma terletak di pemukaan bawah abdomen segmen III-VI.  Kalajengking banyak dijumpai di daerah tropic dam subtropik.
Biasanya kalajengking bersembunyi di bawah batu atau di dalam lubang pada siang hari, dan aktif mencari mangsa pada malam hari. Makanannya dapat berupa serangga dan laba-laba. Mangsa ditangkap dengan pedipalpus dan dirobek-robek dengan kelisera. Kalajengking bersifat vivipar, hewan muda diletakkan di punggung hewan dewasa beberapa hari lalu hidup mandiri. (Kastawi, 2005)
·         Tungau
Tungau dan kutu (ordo Acarina) umumnya berukuran kecil sampai mikroskopis. Kepala, dada, dan abdomen mengalami fusi membentuk tubuh yang tidak bersegmen. Sekitar 25000 spesies telah diketahui. Hewan ini ada yang hidup bebas di tanah, ada juga yang hidup parasit ditubuh hewan maupun manusia.
Ciri-ciri hewan ini adalah terdapat kepala berukuran kecil di ujung anterior, tidak bersegmen, tubuh biasanya ditutupi membrane dan terkadang berupa kerangka yang keras, memiliki 8 kaki di lateral tubuh, dan berkelamin terpisah. Pada sebagian spesies larva yang menetas dilengkapi dengan 6 kaki dan kemudian tumbuh menjadi 8 kaki yang merupakan fase nimfa. Nimfa tersebut akhirnya tumbuh menjadi hewan dewasa setelah tiga kali molting.
Tungau merupakan spesies yang melimpah, diperkirakan terdiri atas 20.000 spesies. Habitatnya anatar lain tanah, humus,air atwar, air laut, dan tumbuhan. Hewan ini bersifat parsit pada hewan lain dan tanaman. Beberapa dari mereka makan tumbuhan dan hewan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Beberapa yang lain menghisap cairan tumbuhan. Selain itu ada yang berada di kulit, darah, atau jaringan dari vertebrata darat.
2.3.2.4 Kelas Tardigrada
Habiatat Tardigrada atau beruang air adalah di dalam lumut atau pasir yang lembab, di dalam air tawar atau air asin. Tubuhnya dapa tdibedakan atas kepala dan badan. Badan terdiri atas 4 segmen tubuh yang berfusi. Setiap segmen tubh memiliki sepasang kaki yang pendek dan tebal. Kaki tersebut tidak berseggman. Di ujung kaki terdapat 4 sampai 9 cakar yang runcing. Hewan anggota kelas Tardigrada tidak memiliki system sirkulasi, respirasi, dan ekskresi. Tetapi system syarafnya berkembang dengan baik. Hewan ini dapat dibedakan atas jantn dan betina. Telur berukuran besar, anak yang menetas terkadang hanye memiliki tiga pasang kaki.








Gambar tardigrada (Annim, 2008)
2.3.2.5 Kelas Pentastomoidea






Gambar salah satu anggota Pentastomoidea (Anonim, 2007)
Hewan yang termasuk kelas Pentastomoidea berbentuk seperti cacing dan semua bersifat paradit. Zaman dahuku hewan ini dikelopokkan bersama cacing, tetapi ternyata morfologi hewan dewasanya menunjukkan ciri-ciri Arthropoda. Tubuh tidak bersegnen walaupun dinding tubuh terdiri atas lingkaran-lingkaran
Hewan ini tidak memiliki system ekskresi, respirasi, dansirkulasi. Saluran pencernaan lurus dam di sekitar mulut terdapat sepasng kait yang keras. Berjenis kelamin terpisah. Larva memiliki dua pasang kaki.. anggota kelas Pentastomoidea antara lain Reighardia sternae, Linguatulaserrata, dan Porocephalus armillatus.
2.3.3 Sub Filum Onycophora
Kata Onicophora berasal dari bahasa Yunani dari kata onyx yang berarti cakar dan phora yang berarti membawa. Karakter umum yang dimiliki hewan ini sebagai beirkut
·         Bentuk tubuhnya seperti cacing dengan 14 sampai 43 pasang kaki.
·         Rongga tubuhnya berupa homocoel.
·         Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan dikeluarkan melalui papilla oral untuk memangsa makanan atau predator
·         System saluran pencernaan makanannya lengkap.
·         System syaraf memiliki ganglion kepala dan dua taali saraf longitudinal yang membentuk tangga tali.
·         Metanefridium dengan lubang yang terletak dekat kaki di setiap kakinya.
·         Jantung berbentuk tubukar, terletak di sebelah dorsal dan system sirkulasi terbuka.
·         Kerangka tubuh bersifat hidrostatis.
·         Pergerakan tubuh etrjadi karena kontraksi peristaltic yang dibantu oleh lobopodia.
·         Bersifat bebas dan habitatnya terrestrial, khususnya pada habitat yang lembab.
·         Pernafasan mengguankan tabung trakeal.
·         Berjenis kelamin terpisah. Fertilisasai terjadi secara internal maupun eksternal.








Gambar penampang morfologi                       Gambar penampang anatomi
Pentastomoidea (Anonim, 2008)                    Pentastomoidea (Anonim, 2008)
Beberapa ahli zoologi menganggap bahwa Onycophora merupakan bentuk pertengahan anatra Annelida dan Arthropoda. Pendapat ini berdasarkan karakter yang dimiliki oleh Onycophora. Kemiripannya dengan Arthropoda dapat diliha dari adanya kutikula yang berkhitin, jantung tubular yang terletak disebealh dalam bagian dorsal, system sirkulasi terbuka, homocoel sebagai rongga tubuh utama,memiliki yabung pernafasan, dan tubuh bersegmen-segmen.
Sedangkan yang membedakan Onycophora dengan Arthropoda adalah pada Onycophora kutikula tidak mengeras, apendik tidak bersendi, tidak memiliki ganglion thoraks dan abdomen, dan pembuka trachea tidak dapat menutup sehingga menyebabkan Onycophora hanya aktif pada malam hari, saat lingkungan lembab atau hujan. Selain itu, cara makan Onycophora berbeda dengan Arthropoda. Cara Onycophora mendapatkan mangsa dengan menyemprotkan lumpur pada mangsa sekitar jara 30 cm. lumpur tersebut dihasilkan oleh kelenjar lumpur yang bermuara pada papilla oral. Setelah mangsanya terjerat, Onycophora memuntahkan ludah ke sarah mengsanya unutk mencerna jaringan tubuh mangsa. Hasil pencernaan tersebut diisap ke dala mulut.






    Gambar anatomi dan morfologi Onychopora (Anonim, 2008)
Subfilum Onycophora hanya terdiir atas satu kelas yaitu kelas Onycophora. Kelas ini terdiri ats 10 genus dan 80 spesies. Contoh anggota Onycophora adalah Peripatus. Hewan ini hidup di celah-celah batu dibawah pohon, serat di tempat lembab lainnya/ hewan ini hanya aktif pada malam hari. Sebagai hewan yang bergerak perlahan dari satu tempat ke tempat lainnya menggunakan kakinya. Maka memiliki 2 antenna yang bersifta sensitive unutk mendeteksi kondisi tanah. Di dasar antenna terdapat sepasang mata yang sensitive terhadap rangsang cahaya.
 
Peripatus (Anonim, 2009)
Ketika Peripatus terganggu maka dia akan menyemburkan lumpur pada jarak sekitar 30 cm dari sepasang kelenjar lumpur yang bermuarake dalam papilla oral. Fungsi lumpur tesebut unutuk menangkap mangsa berupa lalat, rayap, dan hewan kecil lainnya. Selain itu, juga berperan unutk mempertahankan diri dari predator.. di sekitar mulut terdapat apendik yang telah mengalami modifikasi menjadi rahanng dan berfungsi untuk meronek makanan menjadi potongan-potongan.
Sebagian besar spesies Peripatus  bersifat vivipara. Seekor hewan betina berukuran besar dapat menghasilkan 30-40 hewan muda setiap tahunnya. Kondisi hewan muda saat muda hampir sama dengan kondisi hewan dewasa, hanya berbeda dalm ukuran dan warna tubuhnya.
Pada kepala Peipatus jantan memiliki 3 pasang apendik yaitu, antenna, papilla oral, dan rahang. Selain itu terdapat sepasang mata yang sederhana dan mulut yang terletak di sisi ventral kepala kakki berdaging berjumlah 17 sampai 40 pasang, dan jumlah ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Setiap kaki memiliki cakar yang tajam. Anus terletak pada bagian posterior tubuh, lubang kaki terletak di antara pasangan kaki terakhir, dan nefridiofor terletak pada setiap dasar kaki. Kulit tertutup oleh papilla dan setiap papilla membawa sebuah duri. Jumlah papila banyak terutama di bagian antenna, bibir, dan papilla oral. Peran papilla tersebut mungkkin sebagai organ taktil. Lingkaran eksternal tubuh lebih banyak jumlahnya dari pada segmen-segmen internal.
System pencernaan sangat sederhana terdiri atas satu faring yang berotot, esophagus pendek, lambung panjang, dan usus pendek. Sepasang kelenjar ludah yang merupakan modifikasi dari nefridia bermuara ke dalam ronggan mulut. Jantung berupa tabung dorsal yang memiliki pasangan-pasangan ostia berfungsi menghubungkan jantung dengan rongga pericardium tempat jantung berada. Rongga tubuh berupa homocoel. Organ pernafasan tabung udara yang disebut trachea. Trachea ini berakhir dengan pori-pori yang terletak pada berbagai bagiantubuh. Organ ekskresi berupa nefridia berjumlah satu di setiap dasar kaki system saraf terdiri atas otak, terletak di kepalabagian dorsal, dan sepasang tali saraf dorsal yang dihubungkan oleh beberapa saraf transfersal. Hewan ini bekelamin terpisah.
2.3.4 Subfilum Mandibulata
Karakter spesial yang dimiliki subfulum mandibulata adalah dimilikinya mandibula dan antena. Subfilu ini terdiri atas enm kelas yaitu kelas Chilopoda, kelas diplopoda, kelas Crustacea, kelas Insecta, kelas Pauropoda, dan kelas Symphyla.







            Gambar: morfologi Mandibulata (Anonim, 2008)

2.3.4.1 Kelas Chilopoda
Tubuh pipih dorso-vnetral dan terdiri atas 17 sampai 173 segmen, yang setiap pasang tubuh membawa sepasang kaki kecuali pada dua segnmen terakhir dan satu segmen tepat di belakang kepala. Segmen tersebut membawa sepasang cakar racun yang disebut maksilapoda untuk membunuh mangsanya. Di daerah kepala terdapat  sepasang antena panjang yang tersusun atas 12 segmen sepasang mandibula dan dua pasang maksila.
Saluran pencernaan luas dengan tiga pasang kelenjar ludah bermuara ke mulut dan dua tubulus Malphigi yang panjang untuk ekskresi trachea becabang-cabang seperti pada serangga dan bermuara pada stigmata yang terleta hampir di setiap segmen tubuh. Jantung terdapat dalam rongga perikardium dengan sepasang ostia dan arteri lateral pada setiap segmen tubuh.
Berkelamin terpisah, setiap jenis kelamin memiliki gonad yang terletak di sebelah dorsal dan sepasang kelenjar asesori yang dihubungkan ke lubang kelamin yang terletak di ventral tubuh pada ujung posterior tubuh. Telur biasanya diletakkan di tanah, dan pada Lithobius telurnya satu dan ditutup dengan tanah.
2.3.4.2 Kelas Diplopoda
            Diplopoda disebut juga millipod. Tubuh berbentuk subsilindrik, terdiri atas 25 sampai 100 segmen, dan jumlah tersebut tergantung spesiesnya. Hampir pada setiap segmen membawa dua pasang apendik yang kemungkinan berasal dari fusi dua segmen, dua pasang spirakel, ostia, dan ganglia saraf. Pada hewan jantan salah satu atau kedua pasang kaki pada segmen ketujuh mengalami modifikasi menjadi organ kopulasi. Dia daerah mulut terdapat sepasang mendibula dan sepasang maksila. Memiliki sepasang antena pendek dan sepasang mata yang masing-masing terdiri atas sekelompok mata sederhana. Pada antena terdapat rambut-rambut olfaktori dan setiap segmen tubuh memiliki kelenjar bau atau repugnatorial gonad yang mensekresikan cairan berisis asam hidrosianik. Akibat sekresi cairan tersebut dari spesies tropikal dapat menyebabakan kebutaan pada anak-anak. Trakhea tidak bercabang yang bermuara pada lubang yang terletak di sebelah depan bagian kaki. Jantung merupakan pembuluh dorsal dengan ostia yang terletak di sisi lateral. Memiliki dua atau empat organ ekskresi yang berbentuk tabung seperti benang (Tubulus Malpighi) yang akan bermuara pada usus.
            Habitat hewan meliputi tempat yang gelap, memiliki kelembapan yang tinggi, dan secara prinsip memakan tumbuhan yang membusuk, namun terkadang memakan tumbuhan yang masih hidup sehingga dapat menyebabkan kerusakan bagi tanaman tersebut. Berkelamin terpisah, telur diletakkan di dalam tanah. Pada saat menetas, hewan muda memiliki segmen yang berjumlah sedikit dengan tiga pasang kaki. Dalam pertumbuhannya segmen ditambahkan di depan segmen tempat anus berada.

2.3.4.3 Kelas Crustacea
            Anggota Crustacea antara lain meliputi udang, teritip, dan lobster. Habitat Crustacea meliputi air laut, air tawar, dan payau. Beberapa larva dan beberapa spesies anggota keas ini bersifat meliang (tinggal di dalam liang), sedangkan yang lain bersifat pelagik, bahkan ada yang menghuni laut dalam. Sebagian besar hidup bebas dan ada yang hidup dalam kelompok-kelompok besar.
Crustacean terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:
1
Entomostraka  crustacea miroskopik; hidup sebagai zooplankton. Meliputi ordo Branchiopoda, Ostrcoda, Branchiura  parasit, CopepodaÞ parasit beberapa ikan dan Cirripedia, misalnya : Daphnia sp. dan Mesocyclops sp.
2
Malakostraka  crustacea tingkat tinggi; makroskopik.
Meliputi ordo Isopoda, Stomatopoda dan Dekapoda yang memiliki nilai ekonorni bagi manusia,
misalnya : Portunus sexdentatus (kepiting) dan Penaeus monodon (udang windu).
            Untuk mempelajari lebih mendalam, berikut ini dicontohkan pada udang. Sebagai bahan kajian.
                                                                                   
           


Gambar Morfoloi dan  Anatomi Udang (Anonim, 2000)
·         Morfologi Eksternal
            Permukaan tubuh dilindungi oleh kutikula tersusun atas zat kitin yang ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Eksoskeleton menutupi seluruh permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan yang menjadi tipis dan lunak agar mampu bergerak. Tubuh dibedakan menjadi sefalotorak dan abdomen yang terdiri atas segmen-segmen (kepala 5, torak 8, dan abdomen 6) masing-masing dengan satu pasang anggota tubuh yang terdiri atas ruas-ruas.
            Setaip segmen tubuh dobedaka atas tergum (bagian dorsal), sternum (bagian ventral), pleura (lateral tubuh) dan pleura merupakan keping, terletak sisi tubuh serta epimera (keping kecil antara pleura dan dasar anggota gerak).
            Sefalotorak terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Pada karapak terdapat lekuk cervikal yang terdapat pada pertengahan karapak yang membedakan bagian kepala dari bagian dada. Ujung anterior karapak merupakan rostrum. Antenula dan antena merupakan struktur indera. Di bawah rostrum terdapat mata bertangkai yang dapat digerakkan. Mulut terdapat pada permukaan ventral, dekat posterior daerah kepala terdapat mandibula, sedangkan anus terletak di bagian ventral telson di ujung posterior abdomen.
            Udang memiliki satu pasang anggota tubuh (apendik) yang berbuku pada setiap somit. Mulut memiliki sepasang mandibula dan di posteriornya terdapat maksila ke 1 dan ke 2. Pada daerah “torak” terdapat maksilopoda ke 1, ke 2, dan ke 3, selanjutnya diikuti dengan chellped dan 4 pasang kaki jalan. Pada daerah abdomen terdapat 6 pasang kaki renang yang beberapa di antaranya mengalami modifikasi.
            Terdapat tiga macam apendik yang dapat dibedakan pada hewan dewasa yaitu (1) foliaceus, contohnya maksila ke-2, (2) biramus, contohnya kaki renang, (3) uniramus, contohnya kaki jalan. Pada kaki jalan pertama memiliki capit (cela) yang berfungsi untuk menyerang dan mempertahankan diri. Kaki jalan berfungsi untuk bergerak, memegang makanan dan membersihkan tubuhnya. Sedangkan kaki renang berfungsi sebagai alat berenang, respirasi dan pembawa telur pada hewan betina. Uropoda dan telson memiliki peran dalam berenang dan melindungi telur.
·         Anatomi Dan Fisiologi
            Tubuh udang tersusun atas sistem organ seperti yang dimiliki oleh hewan tingkat tinggi. Selom merupakan ruang yang tidak begitu luas, namun terbatas untuk rongga organ-organ reproduksi. Organ tertentu tersusun secara metamerik seperti sistem saraf, sedangkan organ ekskresi terkosentrasi ke dalam sebuah rongga kecil.


·         Sistem Pencernaan
            Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Lambung dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar (anterior) disebut kamar kardiaka dan yang kecil adalah pilorus. Pada permukaan dalam lambung terdapat bentukan seperti gigi-gigi yang mengapur untuk melumatkan makanan. Gigi-gigi tersebut dapat bergerak satu terhadap yang lain karena dihubungkan dengan otot-otot yang kuat. Pada kedua sisi bagian akhir lambung bermuara saluran dari kelenjar pencernaan dan muara dari cecum yang kecil. Usus merupakan tabung kecil yang mengarah ke arah posterior tubuh dan bermuara pada anus yang terletak pada permukaan ventral telson. Kelenjar pencernaan berupa hati yang terletak di daerah torak. Setiap lobus tersusun atas sejumlah kecil tubulus. Epitelium yang melapisi dinding-dinding tubulus bersifat glandular dan menghasilkan sekresi yang akan mengalir menuju ke duktus hepatik dan akhirnya menuju ke kamar pilorik di lambung.
            Makanan udang pada prinsipnya adalah hewan-hewan yang masih hidup, antara lain siput, berudu, larva insekta, dan ikan-ikan kecil. Namun ternyata udang juga makan material organik yang membusuk. Hewan ini makan pada waktu malam hari, tetapi lebih aktif pada waktu senja dan fajar daripada waktu-waktu lainnya. Cara makan udang pernah diteliti di laboratorium dengan memberinya sepotong daging. Cara makannya maxillaped dan maxilla memegang makanan sementara itu mandibula melumatkan makanan menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-potongan makanan selanjutnya masuk ke dalam esofagus kemudian ke lambung. Sedangkan bagian-bagian yang kasar dikeluarkan melalui mulut.
·         Sistem Peredaran
            Alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yan hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel ameboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkat material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut oksigen dari insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang, dan mengangkat urea menuju alat ekskresi.
            Pembuluh darah terdiri atas sebuah jantung, tujuh buah arteria utama, dan sejumlah rongga-rongga yang disebut sinus. Jantung beripa kantong berbentuk pelana di dalam sinus pericardial dan terletak di dalam bagian pertengahan dorsal. Jantung terikat pada dinding sinus pericardial dengan perantaraan 6 ligamen yang elastik. Tiga pasang lubang yang dilengkapi dengan valva  disebut ostia (bentuk tunggal ostium). Ostia ini memungkinkan darah masuk kembali dari sinus yang melingkupinya.
           




Gambar: penampang melintang udang. Tanda panah menunjukkan arah aliran darah (Anatomi, 2008)
Pada ujung anterior jantung mempercabangkan lima buah pembuluh arteri yaitu (1) arteria ophthalmica terletak di pertengahan dorsal, berjalan ke arah anterior di sebelah dorsal lambung, mengalirkan darah untuk pars cardiaca ventriculli, esofagus, dan kepala, (2) dan (3) dua buah arteria antennary terletak di kanan dan kirir arteria ophthalmica dengan cabang-cabangnya menuju pars cardiaca ventriculli, antenna, alat-alat ekskresi, dan menuju ke otot-otot dan jaringan lain di daerah kepala,(4) dan (5) dua buah arteria hepatic, menuju ke kelenjar-kelenjar pencernaan. Sedangkan pada ujung posterior jantung terdapat terdapat arteri abdomal dorsal. Pembuluh darah ini mensuplai bagian dorsal abdomen. Arteria midi dekat pangkalnya bercabang menuju ke arah bawah (arteri sternal) dan di daerah ventral tubuh bercabang menjadi dua buah arteri yaitu yang menuju ke arah anterior adalah arteri thoraxventral dan yang menuju ke arah posterior tubuh adalah arteri abdominal ventral. Arteri torak ventral bercabang-cabang menuju ke daerah  torak sebelah ventral serta ke apendik III sampai XIII. Sedangkan cabang-cabang arteri abdominal ventral menuju ke daerah abdominal sebelah ventral dan apendik di daerah abdomen.
            Sinus adalah rongga-rongga yang terletak di antara jaringan-jaringan yang menampung darah dari arteri. Misalnya sinus pericardii yang telah disebutkan. Selain itu di daerah thorax terdapat sinus yang besar (sternal sinus) dan sejumlah pembuluh-pembuluh (branchiocardian canal) yang menghubungkan insang dengan sinus pericardii. Saluran pencernaan di daerah sefalotorak juga diselubungi oleh suatu sinus (pervisceral sinus).
            Jantung berkontraksi secara teratur, akibatnya darah akan mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui arteri. Setiap arteri dilengkapi dengan valva pada pangkalnya untuk mencegah darah kembali. Cabang-cabang yang paling halus berupa pembuluh kapiler yang bermuara ke dalam ruang-ruang di antara jaringan-jaringan, dan kemudian darah mencapai sinus sternalis. Dari sini darah mengalir menuju ke pembuluh-pembuluh afferent insang dan selanjutnya mencapai lembaran-lembaran insang. Pada bagian ini terjadi pertukaran antara larutan asam karbonat dengan oksigen dari air yang ada di dalam kamar insang. Kemudian darah mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh efferent, selanjutnya menuju ke sinus branchiocardiaca dan akhirnya masuk ke dalam sinus percardii. Dari sinus ini darah masuk ke dalam jantung melaui ostia. Valva pada ostia memungkinkan darah masuk ke dalam jantung, tetapi menghalanginya mengalir kembali ke dalam sinus pericardii.
·         Sistem Respirasi
            Di antara bagian lateral karapak (branchiostegit) dan dinding badan terdapat rongga-rongga atau kamar-kamar berisi insang dan bagian ventral kamar tersebut terbuka. Insang merupakan penjuluran dinding badan yang berbentuk bulu dan mengandung pembuluh darah. Skafognatit (bagian berbentuk sadel) dari maxilla II bergerak ke depan dan ke belakang menarik air yang kaya oksigen menuju ke filamen insang.

·         Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut “kelenjar hijau” terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus. Setiap kelenjar terdiri atas bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria terbentuk dari dilatasi dinding yang tipis, dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu pori terletak di bagian ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau adalah membuang sisa metabolisme tubuh.

·         Sistem Saraf
            Sistem saraf udang mirip cacing tanah, tetapi relatif lebih besar. Sistem saraf terdiri atas ganglion supraesophageal (otak) yang bercabang ke saraf-saraf mata, antenula, dan antena. Sepasang saraf penghubung yang berhubungan dengan ganglion subesophageal yang terletak di belakang mulut bagian ventral. Ganglion subesophageal merupakan gabungan dari 5 atau 6 pasang ganglion yang ketika masih embrio terpisah. Saraf-saraf dari ganglion subesophageal bercabang ke anggota tubuh, mulut, kelenjar hijau, dan otot-otot depan. Sepanjang tali saraf dari segmen VIII sampai XIX terdaoat sepasang ganglion yang menyatu, dan meneruskan saraf-saraf  ke anggota tubuh, otot-otot, dan organ-organ tubuh lainnya.

·         Alat-alat Indera
-Mata
Sebagian besar Crustacea memiliki penglihatan yang baik. Mata berupa mata majemuk yang terletak oada ujung tangkai yang dapat bergerak, jumlahnya satu pasang, terletak di kanan dan  kiri rostrum. Disebut mata majemuk karena setiap mata tersusun atas beberapa sub-unit yang disebut ommatidia. Setiap mata tertutup oleh kutikula transparan yang disebut cornea, dimana terbagi-bagi menjadi area-area bersisi empat oleh garis-garis halus. Setiap area persegi tersebut disbeut facet. Setiap facet menutup setiap ommatidium. Di sebelah bawah setiap facet terdapat kerucut kristal (crystalline cone). Sedangkan daerah fotoreseptif dari ommatidium adalah retinula (“retina kecil”). Retinula ini biasanya terdiri atas 7 atau 8 sel-sel retinula dan sel-sel retinula memiliki sejumlah mikrovili paralel. Di bagian tengah gabungan sel-sel retinula membentuk rhabdom yang merupakan sumbu tengah ommatidium. Rhabdom terdiri atas fotopigmen-fotopigmen dan diperkirakan sebagai tempat tranduksi energi cahaya ke dalam perubahan voltage yang akan menimbulkan potensial aksi. Potensial aksi yang sebenranya merupakan inforrmasi tentang intensitas, warna, dan sudut dari polarisasi cahaya yang diterima ommatidium akan dikirim ke ganglia supraesofageal. Dengan cara demikian, mata majemuk Arthropoda menganalisis sebuah stimulus visual sedikit demi sedikit, tanpa memfokuskan gambar ke dalam retina. Ganglia supraesofageal agaknya mengintegrasikan informasi dari semua ommatidia ke dalam beberapa jenis gambar berdasarkan stimulus visual. Namun gambar tersebut hanya berupa bayangan yang disebut mosaik.
            Beberapa Arthropoda memiliki penglihatan warna yang baik. Hewan memiliki beberapa fotopigmen yang masing-masing sensitif terhadap panjang gelombang berbeda. Beberapa udang memiliki 10 fotopigmen yang berbeda, sedangkan maniusia hanya memiliki 3 fotopigmen. Adanya mikrovili dari sel-sel retinula yang tersusun paralel di dalam rhabdom mengakibatkan beberapa Arthropoda mampu mendeteksi sudut polarisasi cahaya. Kemampuan ini membantu hewan mengetahui posisi matahari untuk navigasi, sekalipun saat matahari tertutup oleh mendung, garis pantai, atau obyek lainnya.
            Mata mejemuk Arthropoda secara umum diadaptasikan untuk penglihatan tajam di dalam cahaya terang atau untuk sensitifitas tinggi di dalam cahaya suram. Pada Crustacea dan serangga yang aktif pada cahaya terang, maka setiap ommatidium terlindung dari ommatidium lainnya oleh pigmen. Mata majemuk dari tipe ini disebut mata aposisi. Pada mata aposisi ini cahaya difokuskan ke dalam retinula dari setiap ommatidum oleh kerucut kristal (untuk hewan Crustacea) atau oleh cornea (untuk serangga). Mata aposisi tersebut tampaknya diadaptasikan untuk penglihatan yang rinci.  Mata superposisi lebih sensitif di dalam cahaya redup. Pada Crustacea dan serangga yang aktif di malam hari, dalam tempat teduh, atau di dalam air yang gelap, maka setiap retinula menerima cahaya dari beberapa ommatidia sebab pada bagian tersebut kurang mengandung pigmen. Selanjutnya kerucut kristal maupun cornea akan memfokuskan cahaya. Mata superposisi tersebut tidak setajam mata aposisi, bahkan ketika cahaya terang mata superposisi  umumnya akan berkurang sensitifitasnya dan meningkat ketajamannya dengan terjadinya pigmen yang berpindah di sekitar ommatidia.















Gambar A. Mata Majemuk Cambarus, terdiri atas sekitar 2500 ommatidia B. Sebuah ommatidum mata udang pada cahaya terang. C. Sebuah ommatidium dari mata majemuk superposisi seekor Crustacea yang diadaptasikan pada cahaya redup. Pigmen dari sel-sel pigmen di sebelah distal dan basal membentik sebuah sarung yang mengisolasi setiap ommatidum dari cahaya yang berasal dari ommatidia lainnya.
-Statocyst
Statocyst berfungsi sebagai alat keseimbangan. Letak organ tersebut adalah di segmen basak setiap antenulla. Statocyst berbentuk kantong dan dinding kantong tersebut tersusun atas zat khitin. Di dalam kantong terdapat suatu peninggian yang disebut bantalan indera, dan terdapat tiga set rambut dengan jumlah sekitar 200 buah rambut. Pada setiap bantalan indera akan berhubungan dengan satu serabut saraf. Pada rambut-rambut itu terdapat sejumlah butir-butir pasir yang disebut statolith. Statolith melekat pada rambut-rambut dengan menggunakan zat hasil sekresi kelenjar-kelenjar yang terletak di bawah bantalan indera. Kontak antara statolith dengan rambut-rambut tersebut akan menentukan orientasi udang ketika berenang. Perubahan posisi tubuh udang akan berpengaruh terhadap perubahan posisi statolith yang berhubungan dengan gravitasi. Akan tetapi kemampuan orientasi ini akan menjadi lemah saat udang mengalami ekdisis.




Gambar Statocyst (Elis, 2007)
·   Sistem Otot
Otot-otot udang yang terdapat dalam tubuhnya menempel pada permukaan sebelah dalam eksoskeleton. Pada prinsipnya otot di dalam tubuh udang terletak di dalam abdomen. Otot tersebut digunakan untuk membengkokkan bagian-bagian tubuh udang pada permukaan ventraltorak ke arah depan dan selanjutnya menghasilkan gerak ke belakang pada saat berenang. Otot-otot lain berperan untuk gerak yang lain. Otot yang terbesar terdapat di dalam apendik khususnya di dalam cheliped.
·         Sistem Reproduksi
            Udang bersifat diosius, yang betina memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan yang jantan. Alat reproduksi udang jantan terdiri atas sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula seminalis. Testis lunak berbentuk lonjong, berwarna putih, dan terletak tepat di bawah sinus pericardii. Testis terbagi atas dua lobus, di bagian depan testis tersebut menyatu. Sedangkan pada setiap ujung posterior testis timbul vas deferens berupa pipa panjang berkelok-kelok dan bermuara pada tungkai kaki jalan ke lima. Di dalam vas deferens setiap udang jantan terdapat sekitar dua juta spermatozoa. Di dekat koksa vas deferens membesar membentuk vesikula seminalis tempat menampung spermatozoa.
            Pada udang betina, alat reproduksinya terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk. Ovari berbentuk sabit dan terletak tepat di bawah sinus pericardii. Bagian depan dan bagian belakang dari kedua ovari saling berhubungan. Dari tengah-tengah kedua sisi tiap ovari keluar oviduk pendek yang bermuara pada apertura genital dari pasangan kaki jalan ketiga.
            Pembuahan terjadi di luar tubuh. Ketika musim reproduksi udang jantan dan udang betina mengadakan kopulasi. Pada saat kopulasi spermatozoa akan ditampung dalam penampung sperma dari udang betina, kemudian kedua hewan terpisah. Beberapa hari kemudian, udang beina membersihkan daerah abdomennya menggunakan kaki renangnya. Kemudian udang betina membalikkan tubuhnya, melipat tubuh, dan keluarlah sekresi berupa lendir yang menyelaputi kaki renang. Kemudian ovum akan keluar dari oviduk  sekitar 200-400 buah (diameter 2 mm) dan akan dibuahi oleh spermatozoa yang keluar dari kantong penampung spermatozoa. Ovum tersebut akan menempel pada kaki renang dan mendapat udara dari gerakan kaki renang. Selanjutnya udang betina mengembalikan posisi tubuhnya. Telur tetap melekat pada kaki renang sampai menetas, sekitar 5 minggu lamanya. Setiap anak berupa udang kecil berukuran 4 mm dan transparan. Setelah anak udang mengalami beberapa pergantian kulit, hewan akan menjadi dewasa.










Gambar Perkembangbiakan Udang
·         Sistem Endokrin
            Hormon berperan utama dalam mengkoordinasikan fisiologi Crustacea. Organ endokrin yang terpenting adalah kompleks X organ sinus gland (XOSG) complex yang terletak dekat saraf optik. Organ endokrin lainnya yang juga penting adalah Y organ, terletak pada bagian dasar setiap maksila. Diantara hormon-hormon yang dihasilkan oleh sistem XOSG adalah molt-inhibiting hormone (MIH). MIH tersebut akan merintangi terjadinya molting dengan menghambat sekresi ekdison dari organ Y. Ketika terjadi perubahan lingkungan sekitarnya seperti perubahan suhu atau panjang hari, maka sekresi organ X terhambat dan organ Y terstimulus untuk untuk mensekresi ekdison. Oleh karean itu terjadinya molting hanya ketika adanya perubahan lingkungan yang akan memicu kerja organ Y.
            Komplek XOSG juga mensekresi hormon yang berfungsi mengontrol kromatofor, sehingga memungkinkan hewan mengubah warna kulitnya. Salah satu hormon menyebabkan pigmen menjadi lebih terkonsentrasi di sebelah dalam kromatofor merah, akibatnya warna kulit hewan menjadi kurang merah. Hasil sekresi lain dari sistem XOSG adalah crustacean hyperglycemic hormone yang analog dengan adrenalin dan glukagon dalam hewan Vertebrata. Fungsi hewan tersebut adalah meningkatkan pengubahan glikogen yang disimpan menjadi glukosa. Sistem XOSG juga mensekresi distal retinal-pigment hormone yang berperanan membantu proses adaptasi mata majemuk dalam cahaya redup.
            Udang karang dan Crustacea lain yang berkerabat dekat memiliki juga androgenic glands, dimana akan menyebabkan sifat maskulin. Kelenjar androgenik tersebut dalam tubuh hewan betina mengalami kemunduran, sedangkan di dalam tubuh hewan jantan berkembang baik. Jika karena suatu sebab, kelenjar-kelenjar androgenik di dalam tubuh hewan jantan dipindahkan oleh parasit-parasit tertentu, maka hewan jantan tersebut menjadi feminis baik dalam struktur maupun prilakunya. Namun jika kelenjar-kelenjar androgenik ditanamkan ke dalam tubuh hewan betina, maka fungsi ovari berubah menjadi fungsi testes dan hewan tersebut setelah mengalami molting berikutnya akan mirip seekor hewan jantan.

·         Regenerasi dan Autotomi
            Udang memiliki daya regenerasi pada bagian-bagian tubuh yang rusak atau hilang. Regenerasi dapat terjadi terutama pada bagian-bagian ekstremitas yang rusak atau dipotong. Pertumbuhan jaringan-jaringan pada organ yang mengalami regenerasi lebih sering terjadi dan lebih cepat pada hewan-hewan muda. Struktur baru tidak selalu sama dengan yang digantikan. Contohnya pada Orconectes pellucidus testii memiliki mata yang tidak berfungsi. Namun setelah terjadi regenerasi, terbentuk bangunan semacam antena yang berfungsi sebagai alat peraba. Regenerasi semacam ini disebut heteromorfosis karena struktiur baru tidak serupa dengan struktur yang digantikan.
            Udang juga memiliki kemampuan autotomi yaitu pemutusan kaki pada titik-titik tertentu. Sebenarnya fenomena ini juga terjadi pada hewan lainnya. Pada udang yang sangat menarik berkaitan dengan proses regenerasi adalah titik pemutusan tertentu yang terletak dekat dasar kaki jalan. Jika chela (capit) terluka, maka akan dipatahkan pada titik pemutusan. Sedangkan jika kaki jalan lainnya terluka, kemungkinan akan dipatahkan pada persendian bebas antara segmen kedua dan ketiga. Selanjutnya tumbuh kaki baru yang berkembang dari sisa ujung kaki yang buntung, tetapi ukurannya lebih kecil.

Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
1) Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
a) Branchiopoda
b) Ostracoda
c) Copepoda
d) Cirripedia
2) Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
a) Isopoda
b) Stomatopoda
c) Decapoda




1. Entomostraca (udang tingkat rendah)
Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton, ia melayang-layang di dalam air dan merupakan makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk Entomostraca antara lain :
a) Branchiopoda
Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis.
Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus.





Gambar Daphnia pulex dan Asellus aquaticus.
b) Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena.
Contoh: Cypris candida, Codona suburdana



                                                Gambar Cypris candida

c) Copepoda
Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya jelas.
Contoh: Argulus indicus, Cyclops.









Gambar Argulus indicus, Cyclops.
d) Cirripedia
Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit. Cara hidup Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.
Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina








Gambar Bernakel

2. Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda
dan Decapoda.
a) Isopoda
Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh: - Onicus asellus (kutu perahu), Limnoria lignorum. Keduanya adalah pengerek kayu.







                                    Gambar Kutu Perahu Onicus asellus
b) Stomatopoda
Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapui dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan antena.
Contoh: Squilla empusa (udang belalang)
c) Decapoda (si kaki sepuluh)
Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala – dada menjadi satu (cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang hidup di laut. Beberapa contoh Decapoda berikut uraiannya, yaitu:
- Udang
1. Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau, enak dimakan dan banyak dibudidayakan.
2. Macrobrachium rasenbengi (udang galah), enak dimakan, hidup di air tawar dan payau.
3. Cambarus virilis (udang air tawar)
4. Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak memiliki kaki catut.
5. Palaemon carcinus (udang sotong)
- Ketam
1. Portunus sexdentatus (kepiting)
2. Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp.
3. Parathelpusa maculata (yuyu)
4. Scylla serrata (kepiting)
5. Birgus latro (ketam kenari) (Irnaningtyas, tanpa tahun)

2.3.4.4 Kelas Insecta
            Berdasarkan jumlah spesies, jumlah individu, dan rentangan habitatnya, Insekta memiliki keberhasilan yang sangat besar. Hasil penelitian Terry Erwin (1983 dalam Harris, 1992) tentang penggunaan insektisida yang bersifat biodegradasi di dalam hutan Amazon, memperlihatkan bahwa ditemukan banyak spesies Insekta baru yang keluar dari kanopi hutan Amazon dan diperkirakan jumlah total spesies Insekta mencapai 50 juta. Keadaan ini kira-kira 35 kali jumlah spesies yang telah dideskripsikan dari semua organisme yang hidup. Sampai saat ini, lebih dari 750.000 spesies Insekta telah diberi nama, namun jumlah spesies Insekta yang belum bernama jauh lebih banyak. Setiap tahun para ahli mendeskripsikan ratusan spesies Insekta baru.
            Kelas Insekta merupakan kelompok yang melimpah pada lingkunagn terrestrial dan air tawar. Walaupun beberapa diantaranya merupakan Insekta berbahaya, namun ada juga yang berguna dalam mengontrol hama dan penyerbukan tanaman. Beberapa gambaran khusus yang berperanan dalam keberhasilan Insekta terrestrial adalah sebagai berikut :
  1. Pelindung eksoskeleton yang memungkinkan untuk gerak dan terbang.
  2. Sistem respirasi trakheal yang menghambat hilangnya air.
  3. Tubulus malpighi, berfungsi mengeluarkan sisa nitrogen berupa asam urat yang bercampur dengan feses yang mengandung sedikit air.
  4. Adaptasi perilaku, biokimia, dan anatomi.
  5. Mekanisme reproduksi, termasuk tingginya potensial biotik.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang Insekta, berikut akan dibahas belalang (Dissosteira carolina) sebagai salah satu anggotanya.

Ø   Morfologi Luar
·         Eksoskeleton
Belalang memiliki eksoskeleton yang berfungsi melindungi organ-organ dalam. Eksoskeleton berupa kutikula yang terdiri atas zat khitin dan terbagi menjadi segmen-segmen. Antara segmen satu dengan lainnya terdapat sutura yaitu bagian yang lunak, dan berfungsi untuk memudahkan pergerakan abdomen, sayap, kaki, antena, dan lain-lain. Setiap segmen tubuh tersusun dari potongan-potongan terpisah yang dikenal sebagai sklerit. Beberapa sklerit dari segmen khusus tidak dapat dibedakan sehingga sutura tidak berfungsi lagi. Tubuh belalang dibedakan menjadi 3 kelompok segmen, yaitu kepala (caput), dada (torak), dan perut (abdomen).
·         Kepala (Caput)
            Kepala pada dasarnya tersusun atas 6 segmen yang berfusi. Keenam segmen tersebut tidak tampak lagi pada hewan dewasa, tetapi pada saat embrio teramati. Bukti adanya keenam segmen pada saat dewasa yaitu terlihat adanya apendiks yang meliputi preoral, antena, intekalari, madibula, maksila, dan  labial.
            Eksoskeleton kepala dikenal sebagai epicranium yang terletak di sebelah belakang, merupakan daerah diantara dan di belakang mata. Genae merupakan bagian yang terletak di kedua sisi lateral kepala bagian depan. Sedangkan sklerit empat persegi panjang yang terletak di bawah epicranium depan disebut clypeus.
Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Mata majemuk dilindungi oleh bagian transparan dari kutikula yaitu cornea, yaitu disebut   sebagai facet. Setiap facet merupakan ujung terluar dari suatu unit yang disebut ommatidium. Adanya struktur ini akan memberikan gambaran mosaic seperti pada udang. Di antara beberapa serangga, kemungkinan belalamg memilki mata sederhana atau occelus (jamak : ocelli) di daerah kepala bagian atas serta di tepi ssebelah dalam mata majemuk. Mata sederhana ini terdiri dari sekelompok sel-sel penglihatan yaitu retinula dan dibagian tengahnya terdapat batang optic yaitu rhabdom. Bagian terluar mata sederhana terdapat lensa transparan yang merupakan modifikasi dari kutikula.
            Selain mata, terdapat juga sepasang antena yang panjang dan sangat mobil (bergerak-gerak). Antena belalang berbentuk benang dan tersusun atas sejumlah segmen. Pada antena terdapat rambut-rambut sensori yang kemungkinan berfungsi sebagai indra pembau.
·         Mulut
Bagian-bagian mulut belalang diantaranya adalah : Labrum atau bibir atas terletak di sisi ventral clypeus. Di sebelah bawah labrum terdapat organ yang bentuknya seperti lidah yaitu hypopharynx.  Di setiap sisinya terdapat rahang keras mandibul. Permukaan rahang ini bergigi untuk menggiling makanan. Di sebelah bawah mandibula terdapat sepasang maxilla. Setiap maxilla terdiri atas cardo (bagian basal), stipes (bagian tengah), lacinia (berbentuk kurva panjang, galea (bentuknya panjang sedikit bulat), dan pallpus maxillary. Labium atau bibir bawah terdiri atas submentum (bagian basal), mentum (bagian tengah), ligula (berjumlah dua, merupakan penutup yang dapat bergerak), dan palpus labial yang terdapat di setiap sisinya. Labrum dan Labium berperan memegang makanan di antara mandibula dan maxilla yang bergerak secara lateral untuk menggiling makan tersebut. Sedangkan palpus maxillary dan palpus labial berfungsi untuk membedakan jenis makanan karena adanya organ-organ indera.
·         Dada (Thorax)
            Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior), mesothorax (tengah), dan metathorax (posterior). Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksosekeleton, di bagian dorsal di sebut tergum, di sisi lateral disebut pleura, dan dibagian ventral disebut sternum. Pada mesothorax dan metathorax masing-masing terdapat sepasang sayap. Sayap pada segmen mesothorax merupakan sayap anterior dan disebut tegmina atau elytra. Istilah tegmina digunakan untuk sebutan sayap anterior dari anggota Ordo Orthopthera (contohnya : belalang), sedangkan istilah elytra digunakan untuk sebutan sayap anterior anggota Ordo Coleoptera (contohnya : kumbang). Sayap pada segmen metathorax merupakan sayap posterior. Ditinjau dari strukturnya sebuah sayap terdiri dari membrane atas dan membrane bawah. Sayap sebenarnya merupakan perluasan dari kutikula yang diperkuat dengan anyaman vena dan saraf yang bercabang-cabang. Di dalam vena sayap terdapat trachea dan serabut saraf yang halus.  Sayap anterior merupakan lembaran tebal tidak tembus cahaya, sedang sayap posterior berupa lembaran tipis dan transparan. Pada  waktu istirahat,sayap posterior terdapat di bawah sayap anterior. Berdasarkan perbandingan dari aneka ragam sayap, pada dasarnya tetap mengikuti prinsip rangkaian vena longitudinal dari anterior menuju ke posterior yaitu :
  1. Kosta; tidak bercabang, terletak pada atau di tepi sayap.
  2. Subkosta; ujungnya bercabang dua, dan mendekati ujung basal ada kemungkinan berhubungan dengan kosta melalui vena humeral.
  3. Radius; dengan dua cabang , cabang ke-1 tidak bercabang, sedangkan cabang ke-2 disebut sector radial dan ujung dari sector radial bercabang.
  4. Media; kedua cabang menghasilkan 4 cabang.
  5. Kubitus; cabang dari kubitus menghasilkan dua sampai tiga cabang.
  6. Anal; vena yang tidak dan bernomor ke-1,ke-2,ke-3 dan seterusnya. Penomoran ini di mulai dari sisi anterior menuju ke posterior.
Di sisi mesothorax dan metathorax terdapat spirakel yang merupakan lubang dari system respirasi. Setiap semen dada membawa sepasang kaki. Setiap kaki tersusun atas segmen. Kelima segmen tersebut dari proksimal ke distal sebagai berikut.
1.      Coxa,bersendi dengan tubuh
2.      Trochanter, kecil berbentuk segitiga.
3.      Femur, khusus famur dari metathorax ( kaki ke-3) membesar dan mengandung otot yang digunakan untuk melompat.
4.      Tibia, ramping dan berduri.
5.      Tarsus, terdiri atas 3 segmen  yang tampak, salah satu yang bersendi dengan tubia memiliki 3 bantalan pada permukaan ventral. Seadangkan segmen pada ujung dilengkapi sepasang cakar yang terletak di sie antara lubus berdaging.
·         Perut (abdomen)
Jumlah segmen abdomen embrio insekta adalah 11 dan masing-masing segmen membawa sepasang apendik rudimenter. Sedangkan pada insekta fase dewasa abdomennya tidak memiliki apendik dan sejumlah segmen biasanya mereduksi. Segmen pertama abdomen belalang berfusi dengan metathorax. Hasil penggabungan ini hanya terdiri atas tergum saja, dan di setiap sisi segmen ini terdapat sebuah membran tympani berbentuk oval yang merupakan penutup sebuah kantung pendengaran. Pada segmen ke 9 dan ke 10, sternumnya berfusi, sedangkan tergumnya hanya sebagian saja yang berfusi. Segmen ke 11 hanya terdiri atas tergum saja dan membentuk alat genitalia. Pada hewan jantan terdiri atas lempeng subgenital, 2 lempeng podical, dan 2 cerci. Sedangkan pada hewan betina memiliki 2 lempeng podical, 2 cerci, dan 3 pasang lempeng yang dapat digerakkan dimana membentuk ovipositor, alat untuk meletakkan telur (Kastawi, 2005).

Ø   Anatomi dan Fisiologi
System organ yang dimiliki belalang sama seperti yang dimiliki hewan tingkat tinggi. System organ tersebut terletak di dalam rongga tubuh yang terisi darah (hemocoel). System organ belalang adalah sebagai berikut.
·         Sistem Otot
Otot yang dimiliki belalang tergolong otot lurik, bersifat sangat lunak dan lembut, tetapi cukup kuat. Di daerah perut otot tersebut tersusun bersegmen-segmen. Otot ini membantu gerak dari mandibula, sayap, kaki di daerah metatorak, dan ovipositor.
·         Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan pada dasarnya meliputi usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan terdiri atas faring yang merupakan kelanjutan dari mulut dan terletak di daerah kepala yang di setiap sisinya terdapat kelenjar ludah, kemudian esophagus yang membesar membentuk tembolok dan terletak di daerah mesotorak dan metatorak.organ selanjutnya adalah proventrikulus yang berperan sebagai organ penggiling. Usus tengah meliputi lambung yang bagian posteriornya masuk ke dalam abdomen. Pada permukaan lambung terdapat 16 kantong berbentuk kerucut yaitu gastric-ceca yang berperan menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan hasil sekresi ini akan diberikan kepada lambung. Sedangkan usus belakang tersusun atas usus yang membesar dan usus kecil yang meluas ke dalam rectum, dan anus sebagai muara akhir saluran pencernaan. Pada ujung anterior usus besar terdapat tubulus malphigi (Kastawi, 2005).
·         Sistem Sirkulasi
Organ sistem sirkulasi berupa pembuluh tunggal yang diselubungi sinus perikardii dan terletak di tengah-tengah sepanjang tubuh dalam rongga abdomen. Pembuluh tersebut dianggap sebagao “jantung” belalang. Jantung ini terbagi menjadi kamar-kamar yang tersusun segmental. Masing-masing kamar memiliki hubungan dengan sinus perikardii melalui sepasang ostia yang terletak di lateral jantung. Ujung anterior jantung membentuk sebuah aorta yang menuju ke daerah kepala ke dalam hemocoel di daerah kepala. Pada saat jantung berkontraksi secara bergelombang dari posterior ke anterior, ostia tertutup oleh katup, dan darah didorong ke anterior. Selanjutnya darah keluar dari jantung menuju organ-organ yang terdapat di dalam hemocoel. Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah putih (leukosit). Fungsi darah adalah hanya membawa zat-zat makanan, tidak berperan dalam respirasi (Kastawi, 2005).
·         Respirasi
System respirasi terdiri atas susunan pipa-pipa udara atau trachea yang bercabang-cabang membentuk anyaman yang membawa udara ke seluruh bagian tubuh. Trachea terdiri atas selapis sel yang berkhitin. Batang pokok trachea membentuk penebalan serupa spiral untuk mencegah rusaknya trachea dari kerusakan akibat gerakan dari bagian tubuh hewan. Batang pokok trachea tersebut berhubungan dengan lingkungan luar melalui aperture yang berpasangan yaitu spirakel atau stigmata yang tersusun segmental. Dikenal 10 pasang spirakel, 2 pasang terletak di daerah torax (pro dan metathorax) dan satu pasang pada masing-masing segmen dari delapan segmen, mulai dari segmen pertama abdomen. Setiap spirakel memiliki sebuah katup yang berperan mengurangi hilangnya air dari cairan tubuh, dan melindungi dari parasit, partikel-partikel, dan air. Katup spirakel membuka sebagai respon dari tingginya kadar CO2 di dalam hemolimfe. Batang trachea yang besar bercabang-cabang menjadi cabang trachea yang semakin kecil. Pola yang dihasilkan dari rangkaian cabang trachea tersebut berbeda-beda tergantung spesiesnya. Cabang trachea yang sangat tipis adalah tracheolus, dan secara umum memiliki diameter lebih kurang 0,1 µm. Tracheolus berhubungan langsung dengan jaringan dan berperanan mensuplai kebutuhan oksigen serta membawa CO2 hasil metabolism tubuh. Ujung akhir tracheolus yang terletak pada otot atau organ lainnya berupa ujung buntu dan terisi cairan. Selama otot berkontraksi kensentrasi cairan tubuh di sekitar tracheolus meningkat.
Keadaan ini menyebabkan cairan dalam tracheolus berdifusi ke luar, sehingga membawa oksigen menuju ke bagian yang memerlukan. Setelah aktivitas otot berhenti, hasil-hasil metabolic akan mengubah tekanan osmotic cairan sel, akibatnya air kembali ke dalam tracheolus. Pada belalang dan serangga tertentu, tracheanya meluas menjadi kantong udara berdinding tipis. Udara keluar dan masuk ke dalam system trachea akibat kontraksi dan perluasan abdomen. Pada belalang 4 pasang spirakel pertama membuka saat inspirasi dan menutup saat ekspirasi. Sedangkan 6 pasang spirakel lainnya tertutup saat inspirasi dan membuka saat ekspirasi.
·         Ekskresi
Proses ekskresi dan osmoregulasi serangga bergantung pada tubulus malphigi dan rektumnya. Setiap serangga memiliki 2 sampai dengan ratusan tubulus malphigi yang tipis. Tubulus malphigi umumnya berwarna kuning dan memiliki otot untuk menjaga pergerakannya di dalam hemocoel. Salah satu ujung dari setiap tubulus malphigi melekat pada perbatasan antara usus tengah dan usus belakang. Sedangkan ujung lainnya tidak melekat atau jika melekat yaitu ke rectum.
Tekanan darah hewan sangat rendah, mengakibatkan tubulus malphigi secara aktif mengabsorpsi ion-ion khususnya potassium (K+) dari hemolimfe dan air yang mengandung ion-ion secara osmotic. Ion potassium tersebut berasal dari potassium karbonat di dalam hemolimfe. Di dalam air yang masuk ke dalam tubulus malphigi  terlarut juga molekul-molekul termasuk asam urat. Cairan yang berada di dalam tubulus malphigi  tersebut kemudian masuk ke dalam usus belakang bercampur dengan sisa proses pencernaan. Di dalam usus banyak ion-ion yang diserap kembali dan dikembalikan ke hemolimfe. Pada insecta yang bersifat herbivore di dalam fesesnya banyak mengandung ion K+. Ion tersebut berasal dari tanaman yang merupakan makanannya. Ketika feses melewati rectum maka rectal pad menyerap kembali air dan mengembalikannya ke dalam hemolimfe. Akibatnya feses sangat kering dan di dalamnya mengandung asam urat. Beberapa spesies serangga, seperti belalang gurun Schistocerca gregaria maka semua air yang masuk ke dalam tubulus malphigi akan dikembalikan lagi ke dalam hemolimfe melalui penyerapan kembali oleh rectal pad. Pada dasarnya adanya kemampuan tubulus malphigi untuk mengekskresikan asam urat dan sangat sedikitnya kehilangan cairan tubuh dalam proses ekskresi merupakan faktor penting dalam keberhasilan serangga hidup di lingkungan terestrial.
·   Sistem Saraf
Otak terletak di daerah kepala bagian dorsal, terdiri dari 3 pasang ganglion yang berfusi. Ganglion-ganglion tersebut berperan mengatur mata antenna, dan lubrum. Otak berhubungan dengan ganglion subesofageal melalui circumesophageal connective. Ganglion tersebut terdiri dari 3 pasang ganglion anterior dari rangkaian saraf ventral yang berfusi bersama dan berfungsi mengatur bagian-bagian mulut. Selanjutnya kea rah posterior berhubungan dengan sepasang ganglion besar di setiap segmen thorak. Ganglion yang terdapat di dalam segmen metatorak merupakan ganglion terbesar, dan sebenarnya merupakan gabungan dari ganglion segmen metatotorak dengan ganglion segmen pertama abdomen. Di dalam abdomen terdapat 5 pasang ganglion. Pasangan ganglion pada segmen kedua abdomen sebnarnya merupakan gabungan dari pasangan ganglion dari segmen kedua dan ketiga abdomen. Sedangkan pasangan ganglion pada segmen ketujuh merupakan gabungan dari ganglion pada segmen ke tujuh sampai kesebelas abdomen. Otot, saluran pencernaan, dan spirakel berhubungan dengan otak melalui system saraf simpatetik.






Gambar: komponen dari otak insekta (Anonim,2009)

·         Organ-organ Indera
Belalang memiliki organ penglihatan, pendengaran,  peraba, perasa, dan pembau. Organ penglihatan berupa mata majemuk dan ocelli. Daya lihat mata majemuk in sama seperti yang dimiliki udang yaitu menghasilkan bayangan mozaik. Sedangkan ocelli mungkin tidak digunakan untuk melihat obyek, tetapi hanya organ yang peka terhadap cahaya. Organ pendengaran terletak di lateral tergit dari segmen pertama abdomen. Organ tersebut terdiri dari tympani yang direntang di dalam cincin berkitin yang bentuknya hamper bulat. Organ peraba berupa bentukan seperti rambut yang terletak di permukaan berbagai bagian tubuh belalang, tetapi khususnya di permkaan antenna. Organ perasa terletak di dalam bagian-bagian mulut, sedangkan antenna merupakan organ pembau.

·         Sistem Reproduksi
            Belalang betina dapat dengan dengan mudah dibedakan dai belalang jantan karena adanya ovipositor. Hewan betina memiliki dua ovari yang masing-masing terdiri dari sejumlah filamen yang disebut tubulus ovari. Setiap filament ovari mengandung oogonia, dan oocyt yang tersusun dalam seri linier. Selain itu juga berisi nurse cells dan sel-sel jaringan lainnya. Ke arah posterior filament ovari semakin mebesar, sehingg tampak tubulus itu makin melebar ke arah posterior. Pada setiap ovari, ujung posterior semua s filament menempel pada oviduk yang merupakan saluran pelepasan telur. Kemudian kedua oviduk bergabung membentuk vagina, selanjutnya menuju ke lubang kelamin yang terletak di antara lempeng-lempeng ovipositor. Seminal receptacle atau spermatheca membuka kea rah vagina. Fungsi organ tersebut adalah menerima spermatozoa selama kopulasi, dan spermatozoa tersebut akan dilepaskan kembali saat membuahi sel telur.  hewan jantan memiliki dua testis, tempat spermatozoa berkembang. Selanjutnya spermatozoa akan dilepas ke dalam vas deferens. Kedua vas deferens bergabung membentuk duktus ejakulatori yang membuka ke permukaan dorsal dai lempeng subgenital. Di ujung anterior, duktus ejakulatori terdapat kelenjar sensori yang fungsinya mengahasilkan cairan. Cairan itu berfungsi membantu dalam proses memindahkan spermatozoa ke hewan betina.
            Belalang muda yang keluar dari telur disebut nympha. Hewan ini mirip dengan induknya tetapi memiliki kepala yang besar dibandingkan badannya dan tidak memiliki sayap. Oleh karena terjadi pertumbuhan, maka tubuhnya menjadi besar. Akibatnya hean akan mengalami molting beberapa kali. Sayap secara bertahap tumbuh dari tunas sayap sampai mencapai fase dewasa. Jenis perkembangan belalang tersebut dikenal sebagai metamorfosis sederhana.







                                    (A)                                           (B)
Gambar : organ reproduksi insekta (Anonim, 2006) (A) organ reproduksi betina, (B) organ reproduksi jantan
Pada dasarnya yang dimaksud metamorfosis adalah perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa melalui tahap-tahap tertentu.
Ada dua macam metamorfosis yaitu :
  1. metarmofosis sempurna atau metamorfosis lengkap (metamorfosis tipe holometabola), diawali dari telur, larva, kepompong (pupa), dan bentuk dewasa (imago). Contohnya, antara lain: pada kupu-kupu, kumbang,  dan lebah;
  2. metamorfosis tak sempurna atau metamorfosis sederhana (metamorfosis tipe hemimetabola), diawali dari telur, nympha, dan imago. Contohnya antara lain pada belalang, kecoa, dan laron.

v  Klasifikasi Insekta
Klasifikasi Insekta menurut Engenmann dan Hegner sebagai berikut
Kelas Insekta
Sub-kelas
1.    Apterygota
     Ordo Thysanurida, contoh: silverfish: kutu buku
     Ordo Collembolida, contoh: sprngtails: Colllembola
2.    Palepterygota
     Ordo Ephemeroptera, contoh: mayfly
     Ordo Odonata, contoh: dragonflesy: capung
3.    Exopterygota
  a. Super-ordo Orthopteroidea
     Ordo Orthoptera, contoh: cokroac: kecoa; grasshopper: belalang.
     Ordo Isoptera, contoh: termite: rayap
     Ordo Emibioptera, contoh: web-spinner
     Ordo Plecoptera, contoh: stoneflies
     Ordo Dermaptera, contoh: earwings
     Ordo Zoraptera, contoh: zorapterans
b.    Super-ordo Hemipteroidea
Ordo Psocoptera, contoh: book lice
Ordo Thysanoptera, contoh: thrips
Ordo Homoptera, contoh: plant lice
Ordo Hemiptera, contoh: bugs
Ordo Mallophagida, contoh: bord lice
Ordo Anoplurida, contoh: sucking lice
4.    Endopterygota
Ordo Neuroptera, contoh: aphis-lions
Ordo Coleoptera, contoh: beetles: kumbang
Ordo Strepsiptera, contoh: stylopids
Ordo Mecoptera, contoh: scorpionflies
Ordo Trichoptera, contoh: caddisflies
Ordo Lepidoptera, contoh: kupu-kupu
Ordo Diptera, contoh: flies
Ordo Siphonaptera, contoh: kutu
Ordo Hymenoptera, contoh: semut

Ø  Sub-kelas Apterygota
            Anggota Sub-kelas Apterygota terdiri atas serangga yang tidak memiliki sayap dan tidak mengalami metamorfosis. Hewan muda pada fase instar memiliki ciri seperti hewan dewasa. Pada bagian abdomen memiliki apendik ventral (styli) dan biasanya dilengkapi dengan cerci.

·         Ordo Thysanurida
            Serangga tidak bersayap primitif, ukuran tubuh 30mm (1cm), antena panjang terdiri dari segmen-segmen, tipe mulut pengunyah, tubuh biasanya bersisik, abdomen terdiri dari 11 segmen, biasanya dilengkapi dengan 2 atau 3 apendik caudal yang bersegmen dan berbentuk filiform (jika memiliki 3 apendik caudal maka 2 apendik yang terletak paling luar adalah cerci, sedangkan apendik tengah merupakan filamen caudal), bergerak cepat atau dengan cara meloncat. Contoh: Lepisma saccharina (silverfish: kutu buku), dan Campodea staphylinus







                                    Gambar:  thysanura ( Anonim,2009)
·         Ordo Collembolida
            serangga tidak bersayap; ukuran tubuh mikroskopis sampai sekitar 5mm; tubuh berwarna atau putih; antena terdiri dari 4 sampai 6 segmen; tipe mulut pengunyah atau penghisap; tidak memiliki trachea, mata majemuk, tubulus malphigi, dan tarsi; abdomen terdiri dari 6 segmen; memiliki organ untuk melompat (furcula) yang terletak pada segmen keempat bagian abdomenny; pada segmen pertama abdomen terdapat bentukan seperti tabung (collophore) yang berfungsi untuk melekat pada permukaan substrat dengan bantuan sekresi dari kelenjar yang terletak di belakang labium.








Gambar: collembolida (Carrel, 2006)
Ø  Sub-kelas Palapterygota
            Serangga memiliki sayap pada fase dewasa, sayap tidak bisa melipat dan terletak di dorsal abdomen. Fase nympha bersifat akuatik dengan mengalami metamorfosis sederhana. Adaya tunas sayap pada nympha

·         Ordo Ephemeroptera (Ephemerida)
            Panjang tubuh dapat mencapai 25mm; bersifat hemimetabola; tubuh lunak; bagian-bagian mulut untuk mengunyah dan pada hewan dewasa hanya tinggal sisa saja; antena pendek; sayap 2 pasang dan berwujud membran, sayap depan berukuran lebih besar daripada sayap belakang, pada saat hewan istirahat maka sayap ditarik vertikal di dorsal tubuh; pada bagian ujung abdomen memiliki filamen caudal dan cerci yang sangat panjang. Nympha bersifat akuatik, memiliki insang tracheak yang terletak di lateral tubuh; makanan berupa tumbuhan; peristiwa molting ada yang sampai 21 dan lama fase nympha ada yang sekitar beberapa bulan, bahkan ada yang selama 3 tahun; akhirnya nympha akan menuju ke permuakaan air dan akan berkembang menjadi sub-imago, kemudian mengalami molting menjadi hewan dewasa (imago). Fase imago sangat singkat hanya beberapa jam atau beberapa hari, melakukan reproduksi kemudian mati tanpa melakukan aktivitas makan. Contohnya adalah Ephemera (mayfly).









                                                                                                                         







(A)                                                                   (B)
Gambar: Ephemeroptera Galactica
(A)hewan fase dewasa ,(B) fase nympha
·         Ordo 2. Odonata
            Bersifat hemometabola, mulut pada hewan dewasa bertipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap berwujud membran, sayap belakang lebih besar dibandingkan sayap depan, memiliki mata majemuk yang besar tersusun atas omatidia yang jumlahnya mencapai 30.000, antenanya kecil, nympha bersifat akuatik. Hewan fase nympha dan dewasa semuanya bersifat predator, pada hewan dewasa kaki tidak digunakan untuk bergerak tetapi digunakan untuk menangkap serangga lain pada saat terbang. Perkawinan berlansung di udara, telur diletakkan di atas air atau diselipkan pada tumbuhan air. Peristiwa molting 11 sampai 15 kali dan lama fase nympha ada yang selama 3 bulan bahkan ada yang sekitar 5 tahun. Contoh : Macromia magnifica (capung), Ischnura cervula (capung jarum)







Gambar: dragonfly (capung) (Anonim, 2008)







Gambar: damselfly (capung jarum) (Anonim, 2008)

Ø  Sub-kelas Exopterygota
            Serangga bersayap, mengalami metamorfosis sederhana (hemimetabola). Pada instar nympha akhir dari spesies bersayap memperlihatkan tunas sayap yang berkembang secara eksternal. Serangga Exopterygota dikelompokkan menjadi 2, yaitu : (1) serangga paleopterous yang meliputi Ephemeroptera dan Odonata, yang diperkirakan serangga bersayap tipe primitif yang saat ini banyak yang sudah punah, (2) sisanya adalah serangga exopterygota neopterous, memiliki sayap yang lebih berkembang dan sayap dapat dilipat pada abdomen bagian dorsal. Kelompok serangga neopterous dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Orthopteroids, meliputi serangga yang memiliki cerci, mulut biasanya tipe pengunyah, sayap  memiliki banyak vena yang bercabang-cabang, serta sayap belakang berukuran besar, (2) hemipteroids, meliputi serangga yang tidak memiliki cerci, tipe mulut merupakan modifikasi dari tipe pengunyah, sayap memiliki sedikit vena yang bercabang-cabang, sayap belakang berukuran sama atau lebih kecil daripada sayap depan, dan nympha tidak memiliki ocelli.
           
§ Super-Ordo 1. Orthopteroidea (meliputi serangga yang memiliki cerci)
Ordo 1. Orthoptera
            Tubuh berukuran medium sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, serta disebut tegmina, sayap belakang berupa membran dan dapat dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan, pada beberapa spesies sayap berupa sisa saja atau tidak bersayap. Contoh: Stagmomantis carolina (belalang sembah), Periplaneta americana (kecoa amerika), Acheta domesticus (jengkerik), Scapteriscus didactylus (orong-orong).





Gambar  Stagmomantis Carolina                    Gambar Acheta Domesticus
             (Anonim, 2007)                                              (Anonim, 2007)





Gambar: Scapteriscus Didactylus (Anonim, 2007)

Ordo 2. Isoptera
            Tubuhnya lunak, bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap sempit atau tidak bersayap, torak berhubungan klangsung dengan abdomen yang berukuran besar. Merupakan serangga sosial. Contohnya adalah rayap. Rayap terdiri dari 4 kasta meliputi : (1) Kasta reproduksi pertama, bersayap dan akan ditinggalkan setelah melakukan perkawinan, (2) kasta reproduksi ke-dua, dewasa secara seksual tetapi dalam bentuk nympha, (3) kasta pekerja, tidak bersayap, buta, dan memiliki banyak tugas yang berguna memelihara koloni, (4) tentara, bersifat steril, tidak bersayap, memiliki kepala dan mandibula yang besar serta bertugas menjaga koloni.

Ordo 3. Embioptera
            Tubuh panjang dan lunak, bersifat hemimetabola. Memiliki mulut tipe pengunyah, tidak bersayap atau bersayap dua pasang yang bersifat membran dan halus, cerci terdiri dari 2 segmen, sedangkan tarsi terdiri atas 3 segmen, segmen pertama tarsi dari kaki pertama meluas. Hewan jantan memiliki sayap sedangkan hewan betina tidak memiliki sayap. Contohnya adalah Oligotoms california.









Gambar rayap                                      Gambar: Oligotoma california
 (Anonim, 2007)                                             (Anonim, 2008)










Gambar: Thysanoptera (Anonim, 2008)

Ordo 4. Plecoptera
            Tubuhnya lunak dan berukuran sedang sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah tetapi tidak berkembang pada hewan dewasa. Memiliki antena yang panjang, 2 pasang sayap, sayap belakang berukuran lebih besar dan biasanya dilipat di bawah sayap depan, tarsus terdiri dari 3 segmen , nympha bersifat akuatik dan memiliki berkas insang tracheal yang terletak di posterior setiap pasang kaki. Contohnya adalah Allocapnia pygmae dan Taeniopteryx pacifica.
















Gambar: plecoptera (A) Fase nympha (B) fase dewasa (Anonim, 2005)

Ordo 5. Dermaptera
            Bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap atau dengan 1 atau 2 pasang sayap, sayap depan kecil tetapi keras dan keduanya bertemu pada satu garis sepanjang bagian dorsal punggung; sayap belakang berukuran besar dan bersifat membran, dilipat di bawah sayap depan. Tarsi terdiri atas 3 ruas; cerci membentuk bentukan seperti gunting tang yang kuat pada ujung posterior abdomen. Serangga ini aktif noktural dan makanannya tumbuhan. Contoh: Anisolabis maritima.

Ordo 6. Zoraptera
            Panjang tubuh sekitar 3 mm; antena terdiri atas 9 sgemen; tarsi terdiri atas 2 segmen; cerci pendek; seperti rayap yaitu serangga berkoloni. Contoh: Zorotypus hubbardi (ditemukan di Amerika Serikat bagian Selatan).







Gambar: Anisolabis maritima                         Gambar: Zorotypus hubbardi
(Anonim, 2005)                                               (Anonim, 2005)
Super-Ordo 2. Hemipteridea (meliputi serangga yang tidak memiliki cerci)
Ordo 1. Psocoptera
            Bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak memiliki sayap atau memiliki 2 pasang sayap yang berupa membran, sayap depan berukuran lebih besar daripada sayap belakang. Contoh: Liposcelis divinatorius.

Ordo2. Thysanoptera
            Panjang tubuh 0,5 sampai 8 mm; bersifat henimatabola; mulut tipe penusuk; tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap yang sempit dan sama panjang, sayap berupa membran dan bagian tepi sayap terdapat rambut yang panjang; antena tersusun atas 6 – 10 segmen; tarsi terdiri atas 2 atau 3 segmen dan bagian ujung membentuk seperti kantung. Contoh: Heliothrips haemorrhoidalis.







Gambar Liposcelis divinatorius                       Gambar Heliothrips haemorrhoidalis
(Anonim, 2007)                                                           (Anonim, 2007)

Ordo 3. Homoptera
            Ukuran tubuh kecil; bersifat hemimetabola; mulut tipe penusuk dan penghisap; biasanya memiliki 2 pasang sayap yang sama ketebalannya atau tidak bersayap. Contoh: Rhopalosiphum prunifoliae, Phylloxera vitifoliae.





\

Gambar Rhopalosiphum prunifoliae                           Gambar Phylloxera vitifoliae
(Anonim, 2005)                                                           (Anonim, 2004)
Ordo 4. Hemiptera
            Bersifat hemimetabola; mulut tipe penusuk dan penghisap; tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal pada bagian dasar (hemelytra) sedangkan sayap belakang  berupa membran dan dilipat di bawah sayap depan. Contoh: Artocorixa alternata, Ranatra linearis, Lethocerus, Gerris remigis.

Ordo 5. Mallophagida
            Panjang tubuh mencapai 6 mm; bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap; mata degerasi; antena pendek hanya terdiri atas 3 – 5 segmen; kaki pendek; tarsi tersusun atas 1 – 2 segmen; bersifat ektoparasit pada burung dan jarang menyerang hewan Mammalia. Contoh: Menopon pallidum, Gyropus ovali.








Gambar  Lethocerus                            Gambar Menopon pallidum

Ordo 6. Anoplurida
            Panjang tubuh mencapai 6 mm; bersifat hemimetabola; mulut tipe pengunyah dan penusuk; tidak bersayap; mata tidak berkembang baik atau tidak memiliki mata; bersifat ektoparasit pada hewan Mammalia; tarsi terdiri atas 1 segmen dan dilengkapi dengan cakar yang berfungsi untuk melekat pada rambut inang. Contoh: Pediculus humanus capitis, Pediculus humanus corporis, Phthirius pubis, Linognathus vitul









Gambar: Phthirius pubis
Sub- kelas 4. Endopteygota
            Serangga bersayap, mengalami metamorfosis komplek (holometabola). Fase larva dilanjutkan dengan fase pupa yang tidak aktif dan merupakan bentuk dimana hewan dewasa nantinya muncul. Pada fase larva tidak memiliki tunas sayap yang berkembang secara eksternal untuk spesies yang memiliki sayap.
Ordo 1. Neuroptera
            Bersifat holometaboal; mulut tipe pengunyah; memiliki 4 sayap yang berupa membran; abdomen tidak cerci; larva bersifat karnivor dan pada beberapa spesies memiliki mulut tipe penghisap; terdapat insang trakheal pada larva yang bersifat akuatik. Contoh: Chrysopa californica.

Ordo 2. Coleoptera
            Bersifat holometabola; mulut tipe pengunyah; tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan keras (elytra) dan sayap belakang berupa membran serta dilipat di bawah sayap depan; prothorax besar dan dapat digerak- gerakkan. Contoh: Adalia bipunctata, Scarabaeus sacer.






Gambar: Chrysopa california              Gambar: Adalia bipunctata
Ordo 3. Strepsiptera
            Bagian- bagian mulut hanya tinggal sisa atau tidak ada; bersifat endoparasit pada serangga lain; sayap depan hewan jantan berbentuk seperti alat pemukul sedangkan sayap belakang berupa membran; hewan betina tidak bersayap dan tidak memiliki kaki; mendapatkan makanan dengan cara absorbsi. Contoh: Xenus wheeleri

Ordo 4. Mecoptera
            Bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah, antena dan kaki panjang, kepala memanjang, tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap yang panjang, sempit dan berupa membran. Pada hewan jantan memiliki organ penjepit yang terletak di ujung posterior abdomen dan organ tersebut menyerupai organ penyengat pada kalajengking. Makanannya adalah buah dan serangga yang mati. Contoh: Panorpa rufescens.




Gambar: Panorpa rufescens
Ordo 5. Trichoptera
            Hewan dewasa berukuran 3 sampai 25 mm, bagian mulut rudimenter, antena dan kaki panjang, sayap 2 pasang dan berupa membran. Tubuh dan sayap tertutup rambut-rambut atau bentukan seperti sisik. Larva bersifat akuatik dan membentuk selubung yang terbuat dari butir-butir pasir atau dari bahan sayuran yang diikat bersama dengan benang sutra yang disekresikan oleh kelenjar ludah yang mengalami modifikasi.

Ordo 6. Lepidoptera
            Panjang tubuh bervariasi mulai 3 sampai 250 mm, bersifat holometabola. Ketika fase larva mulut tipe pengunyah tetapi ketika dewasa bertipe penghisap. Biasanya tidak memiliki mandibula. Maksila bergabung membentuk probosis untuk menghisap cairan. Antena panjang, mata besar, sayap dua pasang yang bersifat membran, biasanya sayap ditutup dengan sisik atau rambut. Fase larva berbentuk cacing memiliki 3 pasang kaki ditambah pendukung fungsi kaki pada bagian abdomen. Memiliki 2 kelenjar sutra pada labium yang berfungsi untuk membuat kokon pade fase pupa.








Gambar: Papilio polyxenes

Ordo 7. Diptera
              Bersifat holometabola, mulut tipe prnusuk dan pengisap atau spongin, juga membentuk proboscis, abdomen tersusun atas 4-9 segmen. Tidak bersayap atau memiliki 1 pasang sayap depan yang berupa membran sedangkan sayap belakang memiliki halter. Larva tidak memiliki kaki dan larva disebut belatung. Contoh: Culex pipiens, Drosophila melanogaster, Musca domestica.








            Gambar: Culex pipiens                        Gambar: Drosophila melanogaster
(Anonim, 2008)                                            (Anonim, 2005)

Ordo 8. Siponapterida
              Bersifat holometabola. Mulut tipe penusuk dan pengisap, tidak bersayap, kepala kecil, tidak memiliki mata majemuk, kaki panjang diadaptasikan untuk melompat. Bersifat ektoparasit pada hewan mamalia dan sebagian kecil parasit pada burung. Contoh: ctenocephalides felis.
 Ordo 9.Hymenoptera
              Bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah atau penghisap. Tidak bersayap atau memiliki 2 pasang sayap yang berupa membran dengan sedikit vena, sayap depan berukuran lebih besar daripada sayap belakang. Hewan betina memiliki ovipositor. Sebagian besar spesies bersifat soliter, tetapi ada pula yang bersifat sosial. Contoh: Nematus, Lysiphelebus,Itoplectis conquisitor.
 







Gambar Ctenochepalides felis             Gambar Itoplectis conquisitor
(Anonim, 2007)                                                  (Anonim, 2006)


2.3.4.5 Kelas Symphila
              Kelas symphila merupakan arthropoda berukuran kecil dengan panjang tubuh kurang dari 1 cm. Tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Pada bagian kepala terdapat antena, maksila, dan labium. Badan tersusun atas 12 segnen dan setiap segmen tubuh memiliki sepasang kaki.







Gambar: Scutigerella (Anonim, 2005)

              Lubang kelamin terletak pada permukaan ventral tubuhnya diantara pasangan kaki keempat. Hewan anggota kelas ini bersifat terestrial dengan habitat di tempat lembab dengan kecenderungan menghindari cahaya. Makananya berupa makanan yang masih hidup ataupun sudah mati, sehingga kadangkala berupa hama kebun. Sebagian kecil spesies bereproduksi secara partenogenesis yaitu dari telur yang tidak dibuahi, sedangkan spesies lainnya bereproduksi secara seksual. Proses reproduksi secara seksual yaitu dengan cara hewan jantan meninggalkan spermatofora pada hewan betina. Hewan betina menerima spermatofor di dalam mulutnya, selanjutnya sperma disimpan di dalam kanting khusus. Pada saat bertelur, hewan betina menggunakan mulutnya untuk mengambil telur dari lubang kelaminnya. Selanjutnya telur tersebut diletakkan diatas substrat misalnya humus, kemudian sperma yang tersimpan di dalam mulut hewan betina dilepaskan diatas telur.


2.3.4.6 Kelas Pauropoda
            Jumlah spesies dari kelas pauropoda sekitar 400 spesies, tetapi jumlah individunya sangat banyak. Diperkirakan 5 juta hewan hidup dalam 1 hektar sampah hutan. Hewan ini berukuran sangat kecil dengan panjang tubh 0,5 sampai 2 mm. Hewan ini tidak berwarna, tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Hewan ini sekilas mirip diplopodatetapi antena bercabang 3 dan tidak memiliki mata. Tubuh berbentuk silindris tersusun atas 11/12 segmen dengan 6 lempeng dorsal. Setiap segmen badan memiliki sepasng kaki kecuali segmen pertama dan dua segmen terkhir. Saat menetas hewan hanya memiliki 3 pasang kaki. Lubang kelamin terletak di permukaan ventral badan pada segmen ke-3. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Respirasi melalui seluruh permukaaan tubuh seperti pada cacing tanah. Habitat hewan ini di tempat lembab di bawah kayu, batu, daun, dan di dalam tanah. Makananya berupa hewan yang berukuran mikroskopik. Contohnya Pauropus huxleyi, dan Eurypauropus spinopus yang ditemukan di Amerika timur dan tengah, serta Eropa.








Gambar: Pauropus (Anonim, 2007)


2.3.5  Peranan arthropoda
1)      Kelas Crustaceae
Ø Peranan Crustacea yang menguntungkan:
·      Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster
dan kepiting.
·      Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi
sumber makanan ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda dan
Copepoda.
Ø  Peranan Crustacea yang merugikan antara lain:
·      Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan
Copepoda.
·  Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam
·  Merusak lambung kapal (perahu), misalnya anggota Isopoda
2)      Kelas arachnida
Ø  Peranan arachnida yang menguntungkan
·  Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga terutama serangga hama.
Ø  Peranan arachnida yang merugikan
·  Caplak menyebabkan gatal atau kudis pada manusia
·  Psoroptes equi menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, kuda.
·  Ododectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing.
·  Sarcoptes scabei, menyebabkan gatal atau kudis pada manusia
·  Otodectes cynotis, (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing.
·  Dermacentor variabilis sebagai vektor demam Rocky Mountain.
3)      Kelas myriapoda
Ø Peranan myriapoda yang menguntungkan
· Memecah bahan-bahan organik atau serasah untuk membentuk humus karena proses penghancuran serasah tidak langsung ditangani mikroorganisme, karena mikroorganisme justru menguraikan kotoran hewan-hewan
Ø Peranan myriapoda yang merugikan
· Dianggap mengganggu meskipun tidak membahayakan

4)      Kelas insecta
Ø     Peranan Insecta yang menguntungkan
·      Insecta terutama golongan kupu-kupu dan lebah sangat membantu para
     petani karena dapat membantu proses penyerbukan pada bunga.
·      Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah
           madu (Apis mellifera).
·    Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang
           dapat menghasilkan sutra (contoh: Bombix mori).
·    Untuk dimakan, misal laron, gangsir dan larva lebah (tempayak) yang dapat
           diperoleh secara musiman.
·    Merupakan mata rantai makanan yang amat penting bagi kehidupan.
Ø  Peranan Insecta yang merugikan
·           Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti tikus, kolera dan disentri
oleh lalat dan kecoak.
·           Merusak tanaman budidaya manusia, misal: belalang, kumbang
kelapa, ulat.
·           Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata lugens (wereng)
menyebabkan penyakit virus tungro, belalang (walang sangit) yang
mengisap cairan biji padi muda sehingga tanaman padi menjadi puso.
·           Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan
kutu busuk.
·           Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai) oleh berbagai
Coleoptera, misal: kumbang beras.
·           Serangga banyak yang hidup parasit pada ternak maupun ikan.
·           Dapat merusak bahan bangunan, misal: kumbang kayu dan rayap.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
·         Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
·         Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
·         Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).
·         Ciri lain dari Arthropoda adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton).Eksoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel kulit.Eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
·         Eksoskeleton terdiri dari lempengan-lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak.Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh.Oleh karena itu, tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru.Tahap pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis.Hewan yang biasanya melakukan ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba.
·         Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya.
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia.Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
·         Sistem pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulutnya dilangkapi dengan berbagai alat tambahan yang beragam, misalnya mandibula dan maksila pada belalang.
·         Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku.Sisa metabolisme berupa cairan dikeluarkan oleh organ ekskresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi, atau keduanya.
·         Sistem sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.Darah Arthropoda disebut juga hemolimfa.
·         Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
·         Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis.
Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur.
·         Klasifikasi Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki.Berikut ini akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu Kelas Arachnoidea, Myriapoda, Crustacea, dan Insecta.


3.2 Saran
Dari hasil makalah yang kami tulis tentang Mollusca ini,mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi mahasiswa pada umunya dan bagi teman-teman kami pada khususnya.Apabila ada kesalahan pada makalah kami,kami meminta kritik dan saran dari para pembaca sebagai pembenahan pada makalah selanjutnya. Dengan mengetahui salah satu keanekaragaman hayati ini. Sebagai generasi muda kita harus wajib menjaga dan melestarikannya.























DAFAR PUSTAKA
Kastawi, Yusuf dkk.2005.Zoologi Avertebrata.Malang:UM Press
Anonim A.(online).( http://andripriyanto.blog.friendster.com/tag/arthopoda/ ,diakses tanggal 18 April 2010 ).
AnonimB.(Online).( http://id.wikipedia.org/wiki/Artropoda , diakses tanggal 18 April 2010).
Anonim C.(Online).( (http://images.google.co.id/images/ ,diakses tanggal 18 April 2010).
Anonim D.(Online) (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-arthropoda/ ,diakses tanggal 19 April 2010).
Anonim E.(Online).( http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Robal.png , diakses tanggal 19 April 2010).
Anonim F.(Online).(http://forum.detik.com/showthread.php?t=35617 , diakses tanggal 19 April 2010).
Anonim G.(Online).(www.google.com, diakses tanggal 19 Maret 2010).
Anonim H (Online).( http://www.bumblebee.org/invertebrates/images/insectleg.gif, diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim I (Online). (http://www.earthlife.net/insects/images/anatomy/head-front.gif, diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim J (Online). (http://www.mun.ca/biology/scarr/142005_Insecta.jpg , diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim K (Online). (http://mrslait.weebly.com/uploads/1/4/6/5/1465667/arthropoda_notes.pdf, diakses tanggal 20 April 2010)
Anonim M (Online). (http://www.bumblebee.org/invertebrates/images/Strepsiptera.gif, diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim N (Online). (http://www.zin.ru/ANIMALIA/Coleoptera/images/foto/adalia_bipunctata.jpg ,diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim O (Online). (http://godofinsects.com/images/specimens/189-6.jpg,diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim P (Online). (http://www.faculty.ucr.edu/~legneref/adults/gif/chrys1d.adu.gif,diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim Q (Online). (http://www.headlicetreatment.info/_images/crablice.gif, diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim S (Online). (http://www.biolib.cz/IMG/GAL/720.jpg, diakses tanggal  21 April 2010)
Anonim V (Online). (http://www.nhc.ed.ac.uk/index.php?page=24.25.298.305, diakses tanggal  21 April 2010)


1 komentar: